Vania Ending

6 0 0
                                    


Hari ini aku menunggu pacarku digerbang pintu sekolahnya, tak lama, Zakky datang.

"Vania?, kok elu ada disini?" Tanya Zakky

"Eh, Elu sekolah sini ?, ini sekolah idaman gue dulu." Jawabku

"Mau jalan jalan sekitar sekolah?"

"boleh?!, Asikkk, mau donggg." 

Zakky menaruh motornya didekat pintu gerbang tadi, Zakky membawaku jalan jalan. aku sangat senang melihat pemandangan sekolah idamanku dahulu, aku tidak bisa masuk SMA ini karena jarak rumahku dan SMA ini cukup jauh, sementara orang tuaku keduanya sangat sibuk.

"Mau makan disitu?" Tanya Zakky sambil menunjuk kantin sekolah

"Hehh?,boleh?" Balasku dengan wajah terkejut

"Iya"

Aku membuka tasku, "Sialan, uangku gacukup, aku pengen nyicipin lebih dari satu makanan disini, gimana nihh." Keluhku dalam hati,

"Aku traktir." Ucap Zakky

"Astaga, peka banget deh."

Aku langsung memegang tangan Zakky. Zakky merekomendasikan nasi uduk favorit satu sekolah karena rasanya yang enak, untung saja masih cukup untuk kami berdua, karena katanya biasanya sudah habis. Aku dan Zakky makan bersama di bangku kantin sambil berbincang bincang, sambil menikmati cuaca yang agak mendung.

Setelah makan,aku dan Zakky kini melanjutkan jalan jalan kesekitar sekolah. Cuaca makin mendung membuat kami risau hujan akan turun. Saat berada didepan kelas Zakky, Aku melihat Willy, pacarku yang sepertinya sedang menunggu seseorang.

Saat hendak menyapanya, tiba tiba datang seorang wanita dari belakang kirinya, Willy langsung menggenggam tangan wanita tersebut lalu pergi menghilang dari pandanganku begitu saja.

"Vania? gapapa?" Tanya Zakky

"T-tadi, pacarku..." Jawabku menitihkan air mata

"Hah? si Willy? anjing banget tu anak, udah punya pacar masih aja-" 

Aku memegang tangan Zakky, mengisyaratkan supaya ia tidak pergi kesana dan tetap disini bersamaku saja.

"Zakky, bisa gak kita, berdua aja?" Tanyaku sambil mengusap air mata

"Ah, Bisa..." 

Zakky membawaku masuk ke kelasnya, ia mengusap air mataku dengan selembar tissue. Zakky adalah orang yang sangat amat baik, ia juga sangat rendah hati. Sikapnya yang sangat hangat, ia adalah pria terbaik yang pernah aku kenal sebelumnya. Zakky membuka tasnya, ia ternyata juga hobi memotret. 

"Kita buat kenangan yuk?" Ucap Zakky menyalakan kameranya

Aku mengagguk, kami foto bersama menggunakan kamera Zakky. Ia juga memotretku ketika sedang mengusap air mata, ia bahkan memotret tanpa aku ketahui, nakal banget. Dia adalah orang yang sangat penuh cinta, kurasa siapapun wanita didekatnya bisa dengan mudah terpikat oleh sifatnya. Selain itu,

"Eh, rambutmu ini pirang asli ya?" Tanya Zakky sambil memainkan rambutku

"Tumben banget ada cowo yang bisa nebak." Jawabku

"Gampang banget ini mah, udah keliatan dari tekstur sama warnanya."

"Selfie yuk?!" Ajakku

"Ayo deh."

Aku mengambil beberapa jepretan untuk disimpan ke gallery, kita adalah orang yang sama sama suka membuat ingatan. Saat bersama Zakky, aku sangat melupakan sosok Willy yang sangat tidak bertanggung jawab padaku. 

"Zakky, bisa gak kita..." Ucapku ragu

"Apaaaaa?" Balas Zakky

"Aduhh, jangan pake nada panjang dan sok imut gitu dongggg." 

"Dih, padahal kamu sama aja."

Kami terdiam sejenak, 

"Maksudnya ini?" 

Zakky tiba tiba menciumku tepat dibibirku, aku tidak menyangka ini, namun ini sangat menyenangkan. Tak kusangka First Kiss ku jatuh pada orang yang bukan pacarku. Kami menikmati setiap detiknya, setiap detik antara bibir kami yang saling bersentuhan. Setelah beberapa detik berciuman, Zakky melepaskan ciumannya,

"A-aku enggak, nyangka lho..." Ucapku dengan wajah merah merona

"Sama sih, aku juga, kenapa aku tiba tiba ya?" 

"Ihh, kamu kok gak merah gitu mukanya, gak adil. Jangan jangan udah pernah ciuman yaaa?" 

"Dih, enggak, ini First Kiss ku."

"Jadi, Apa kita cuman bakalan jadi temen?"

"Ya enggak lah kalo kamu mau!."

"Mauu bangettttt."

Tanpa sepatah kata lagi, kami saling mendekat lalu kembali berciuman

THE END

Hujan DerasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang