Part 27 : Perceraian Callena

76 9 0
                                    

     Dibawah sinar sang Surya, seorang muslimah yang cantik tengah menggendong anak bayinya. Ia bersenandung-senandung kecil. Anak itu tertidur lelap di pelukan ibunya. Faiha Barizah adalah nama yang diberikan untuk si Bayi kecil.

    Seorang pria mengendap-endap dari belakang. Ia tiba-tiba memeluk Dasha yang sedang menggendong anaknya. Sontak Dasha terperanjat, "untung Faiha gak jatoh loh Mas."

"Maaf hehe, Aba iseng ya De?" Bizar mengelus lembut pipi Faiha.

"Aba!!!" Faaz berlari mendekati kedua orang tuanya. Bizar pun menggendong Faaz yang kini telah tiba di hadapannya.

"Aba? Dede Faiha kapan jalan?" tanya Faaz dengan polosnya.

"Aba kurang tau, Sayang. Soalnya dede Faiha kan masih bayi," jelas Bizar. Faaz pun mengerucutkan bibirnya.

"Dede Faiha ayo bangun, nanti Kakak ajak jalan-jalan keliling rumah, terus Kakak beliin telor gulungnya mas Pur, enak loh!" tutur Faaz membuat kedua orang tuanya terkekeh.

     Usai menjemur Faiha, Dasha kembali menidurkannya di kasur. Sejenak Dasha merebahkan tubuhnya. Ia merasa lelah telah mengerjakan semua pekerjaan rumah. Walaupun Bizar banyak membantunya, tapi pekerjaan rumah seakan tak ada habis.

    Tenenoet tenenoet, ponsel Dasha berdering. Dasha pun segera menyambar ponselnya. Ia khawatir Faiha akan menangis jika membiarkan ponsel itu bunyi lebih lama. Nomor tak dikenal tertera di layar ponselnya. Sejenak Dasha mengernyitkan dahi.

"Assalamu'alaikum?" sapa Dasha dengan sedikit ketakutan.

"Waalaikumsallam, Dasha!" ujar seseorang di sebrang sana. Dasha seperti mengenali suara ini.

"Maaf, ini siapa ya?" tanya Dasha dengan bahasa Indonesia.

"Ya Allah Dasha! Aku tidak mengerti bahasamu!" ujar Penelpon itu. Dasha seketika membulatkan matanya, karena si Penelpon tadi berbicara bahasa Yunani.

"Callena?! Kamu masuk islam?" Dasha shock mendengar Callena menyebut nama Allah dan menjawab salamnya.

"Iya, Sha. Aku telah hijrah ke agama ini. Semenjak kau dan Bizar pergi, aku juga Damian selalu merasa kesepian. Kami tetap mampir ke mesjid tempat kau belajar dulu. Hingga aku mendapat hidayah untuk memeluk agama ini," jelas Callena.

"Aku senang sekali, Call!" Dasha tersenyum bahagia.

"Tapi perjalanan hijrahku sungguh tidak mudah, Neron mengancam akan menceraikan aku jika aku masih memeluk agama ini," nada bicara Callena berubah menjadi sedih.

"Padahal di tahun 2019 ini, agama islam dan agama-agama lain telah hidup berdampingan di Yunani. Bahkan kemarin, pemerintah Yunani membangun sebuah mesjid di Athena. Apa kau tahu beritanya, Dasha?" tutur Callena.

"Maaf aku sudah hilang kontak sangat lama hingga bertahun-tahun lamanya, jadi aku tidak tahu kabar apapun dari Yunani. Bahkan kabar orang tuaku sendiri," jelas Dasha menahan sesak di dadanya.

"Mereka baik-baik saja disini, kamu jangan khawatir ya? Bagaimana keadaanmu disana?" tanya Callena.

"Aku baru saja melahirkan anak keduaku yang bernama Faiha Barizah. Dan anak pertamaku bernama Faaz Barraq," jawab Dasha. Mendengar hal itu Callena merasa senang. Lain dengan dirinya yang masih memiliki satu anak. Ia tak mungkin memiliki anak yang lain dari Neron.

     Dasha tak bisa reunian lama-lama dengan Callena. Ia harus segera memasak makan malam untuk keluarganya. Seperti bagaimana prinsip Dasha, keluarga adalah prioritas utama. Selagi Faiha tidur, Dasha memiliki kesempatan untuk berkarya di dapur. Walaupun Dasha masih banyak belajar soal masak, tapi Dasha tak rela jika anggota keluarganya membeli makanan di luar.

"Tadi aku dapat kabar dari Callena," ujar Dasha sembari menata makanan.

"Hah? Serius kamu?" Bizar terkejut mendengar kabar itu. Sudah lama sekali Callena tak mengabari Dasha.

"Iya, katanya dia dapat nomorku dari facebook. Nomorku yang Yunani kan sudah gak aktif lagi, jadi aku pakai nomor yang Indonesia. Ada lagi hal yang paling menejutkan," Dasha sengaja membuat Bizar penasaran.

"Apa itu?" Benar saja, rasa penasaran telah melahap Bizar.

"Callena dan Damian masuk islam," ucap Dasha membuat Bizar membulatkan matanya.

"Alhamdulillah ya Allah!" Bizar mengucap syukur.

"Aku juga senang sekali," Dasha tersenyum manis.

"Lalu bagaimana? Apa ada kendala?" Bizar masih tenggelam pada rasa penasarannya.

"Katanya Neron mengancam akan menceraikannya jika ia masih memeluk agama islam," ujar Dasha kemudian.

"Ya sudah, kalau begitu Callena pindah ke Indonesia saja." Bizar mengambil makanan yang telah disiapkan Dasha.

"Bagaimana caranya?" Dasha masih tak mengerti.

"Insya Allah ada jalan. Daripada dia tersiksa dengan Neron, mending ceraikan saja dia. Lagipula pernikahan seperti itu tak layak dipertahankan," usul Bizar. Dasha pun meng-iya-kan perkataan suaminya.

"Walaupun Callena tetap tinggal disana, setidaknya ia bisa mendapat kehidupan yang lebih baik tanpa Neron," lanjut Bizar lagi.

     Hari pun berganti dengan cepat. Seperti biasa, Dasha tengah menyiapkan keperluan suaminya untuk berangkat bekerja. Dasha memasukkan beberapa buku tebal milik Bizar ke dalam tas ranselnya. Sementara Bizar sedang menatap pantulan wajahnya di cermin. "Udah ganteng kok," ledek Dasha.

    Bizar cengengesan sembari menyambar ranselnya. Mereka pun berlalu menuju teras rumah. Dasha mengantar Bizar hingga ke depan. "Aku berangkat dulu ya?" ujar Bizar pamit.

"Iya, hati-hati Mas." Dasha menyuguhkan senyum untuk suaminya. Ia pun segera mencium punggung tangan Bizar. Sontak Bizar mencium kening Dasha. Ia merasa beruntung telah mendapatkan seorang istri yang sholehah seperti Dasha. Bagi Bizar, tak ada wanita yang sebaik istrinya. Dasha adalah sosok yang Tuhan ciptakan dengan berbagai keistimewaan. Ia kuat, tangguh, dan lembut. Dasha bagai perhiasan yang berharga bagi Bizar.

    Bizar pun berlalu, sesekali ia menatap istrinya yang tengah melambaikan tangan. Kecantikan Dasha yang berbalut hijab sungguh menyejukkan hati. Dasha ialah penyemangat paginya. Hati Bizar tiada henti mengucap syukur pada Allah atas nikmat yang Allah berikan.

***

    Callena mendekap Damian dengan rasa takut yang semakin memburu. Perlahan teriakan Neron semakin mendekat. Langkah kaki Neron perlahan terdengar jelas. "DIMANA KAU CALLENA?! AKAN KUBUNUH KAU JIKA TIDAK KELUAR DARI AGAMA ITU!" Neron terus menerus melontarkan kalimat ancaman.

Callena semakin menundukkan wajahnya. Tangan kanannya mendekap mulut Damian yang nyaris saja menangis.

"Callena?!" Neron menendang pintu kamar Callena. Ia mendapati Callena yang tengah duduk ketakutan.

"Keluarlah dari agama itu!" perintah Neron lagi.

"TIDAK AKAN!" Callena akhirnya bersuara. Namun Neron mencambuknya dengan ikat pinggang.

"AKU AKAN MENGAJUKAN CERAI! KITA BERCERAI!!" teriak Callena seiring rasa sakit yang ia rasa. Darah mulai bercucuran dari lengannya.

"Oke kalau begitu! Jika kau ingin bercerai denganku, maka kau harus membuat drama seolah-olah kau yang salah! Buatlah cerita kau selingkuh dengan siapapun, agar kita bisa menceraikan pernikahan antar kerabat ini!" Neron menyentuh dagu Callena.

"Baiklah aku setuju, tapi biarkan Damian ikut denganku!" ujar Callena memberi syarat.

"Bawa saja anak sialan itu! Aku tidak peduli!" Neron membalikkan tubuhnya.

&&&&

Teman Dari Tuhan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang