12. Senyum Itu

391 49 29
                                    

【Zenitsu POV】

Seperti yang kalian tau, dari lahir aku dikaruniai pendengaran yang bagus, bahkan lebih bagus daripada manusia umumnya. Jangankan suara bisikan, suara detak jantung saja aku sudah mampu mendengarnya. Aku tahu siapa-siapa saja yang memiliki perangai yang baik maupun yang buruk hanya dari suara mereka. Pertama kali bertemu Tanjirou, aku merasa beruntung karena tau dia adalah orang yang sangat baik, alunan nada yang keluar dari mulutnya terasa sangat lembut.

Berbanding terbalik dengan para gadis yang nggak segan menembak bahkan memaksaku untuk menjadi pacar mereka, terutama Ume dan kawan-kawan gengnya. Mereka ingin memilikiku hanya karena nafsu semata, bukan karena ketulusan.

Hari ini, aku dan Makomo sudah datang ke rumah sakit pagi-pagi buta, kami memutuskan bertemu di depan halaman rumah sakit untuk pergi bersama menuju padang bunga yang Nezuko-chan ingin kunjungi. Gadis yang berhasil mengambil hatiku itu senang karena akhirnya bisa keluar dari kamar perawatannya, setelah kecewa karena dia nggak jadi keluar untuk menikmati udara malam gara-gara hujan hingga tengah malam yang untungnya Makomo sudah pulang lebih dulu.

Nezuko-chan masih belum bisa menggunakan kedua kakinya, jadi dia hanya bisa terduduk di atas kursi roda yang didorong olehku. Aku mengerti rasa sakit yang dideritanya, walaupun dia terus menyembunyikannya dariku dan mengatakan kalau dia baik-baik saja.

"Zenitsu-san! Yang kencang! Yang kencang!" celotehnya riang seperti anak kecil, aku pun mengabulkannya, mendorong kursi rodanya lebih kencang lagi, meninggalkan Tanjirou dan Makomo.

"Zenitsu! Hati-hati!"

Aku memberi isyarat mengerti padanya, sambil tetap membawa Nezuko-chan bersamaku.

Kami berdua sama-sama tertawa, melewati berbagai jenis bunga yang tumbuh menghiasi padang bunga itu.

Setelah beberapa meter, aku memperlambat langkahku, aku teringat pertemuan pertama kami ketika aku berhasil menangkapnya yang terjatuh dari jendela lantai 3. Saat itu, aku langsung jatuh hati pada tatapan yang ia berikan padaku, tapi keadaan membuatku harus langsung menurunkan kedua kakinya ke atas tanah dan sejak itulah aku merasa ada yang berubah di kehidupanku.

Gadis inilah, yang berhasil membuka hatiku dan memotivasiku untuk mengejarnya. Tadinya kupikir kami nggak akan pernah ketemu lagi karena dia adalah murid SMP random yang tentunya nggak kukenal, tapi takdir berkata lain, ternyata gadis ini merupakan adik dari sahabat dekatku sendiri.

"Anoo... Zenitsu-san." Aku tersadar dari lamunanku ketika dia memanggil namaku di tengah doronganku.

"Zenitsu-san selalu saja menyelamatkanku... terima kasih," ucapnya menoleh padaku.

Kedua bola mataku menangkap senyuman indahnya, ketulusannya membuat hatiku semakin meleleh. Setelah mengucapkan kata-kata itu, Nezuko-chan kembali menghadap depan dan mulai bernyanyi dengan suara merdunya yang baru pertama kali kudengar.

"Ini lagu yang selalu dinyanyikan ibuku dulu biar aku bisa tidur."

"Nezuko-chan..."

"Iya, Zenitsu-san?"

"Apa nggak masalah kalau kamu bersama seseorang yang dipandang mesum oleh orang lain?" tanyaku menundukkan wajahku, aku terlalu takut mendengar jawabannya.

"Apa kamu nggak takut bersama seseorang yang dikenal suka menggoda cewek lain?" tanyaku lagi dengan air mata yang menetes. Sudah kuduga aku nggak pantas bersama seorang perempuan sebaik dan semanis Nezuko-chan.

Dia nggak langsung menjawab, tapi dia memintaku untuk pindah menghadapnya. "Aku percaya Zenitsu-san bukan orang yang seperti itu," ucapnya menggenggam tanganku yang berlutut di depannya.

"Tapi jujur saja, sebenarnya waktu awal-awal kita ketemu, aku merasa gugup," guraunya, lalu tertawa ringan.

Senyumannya... sedikit berkurang...

.

.

.

Normal POV

"Uwaaa, aku iriiii," jerit Makomo yang melihat kejadian itu dari jauh bareng Tanjirou.

Remaja berambut hitam kemerahan itu tergelak kecil, bisa-bisanya anak SMP mengeluarkan kata-kata itu. "Makomo-chan, apa ada seseorang yang kamu suka?" Pertanyaan simpel tapi maknanya sangat dalam.

Makomo langsung salah tingkah, nggak nyangka bakal ditanya begitu, padahal selama ini Nezuko yang teman dekatnya aja nggak pernah nanyain hal itu. "Mmm... kalo dibilang ada sih iya..." jawabnya malu-malu, menggosokkan kedua kepalan tangannya.

"Hm... hm..." Tanjirou mengangguk-angguk, menantikan kalimat lanjutannya.

"Sayangnya dia orangnya cuek, berbanding terbalik sama Zenitsu-senpai yang perhatian."

"Begitu ya..." Anak tertua keluarga Kamado itu menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala, kedua manik merahnya berusaha menembus langit.

"Zenitsu itu... walaupun sibuk kerja, tapi di sekolah dia orang yang friendly dan sering mengundang tawa orang-orang dengan tingkah konyolnya."

"Karena itu banyak anak gadis di angkatanku ngebet jadi pacarnya. Mereka punya keinginan suatu saat Zenitsu akan membuatkan lagu khusus untuk mereka." Tanpa penjelasan lebih lanjut, Makomo sudah bisa mengerti alasannya. Dengan telinganya yang tajam, Zenitsu pasti akan mudah mengabulkan keinginan mereka, sifatnya yang perhatian dan wajah yang tampan menjadi nilai tambahan tersendiri, nggak heran dia jadi rebutan para cewek.

"Tapi semenjak kejadian itu, Zenitsu jadi lebih kalem dari biasanya."

Mereka kembali menatap kedua orang itu, terlihat Zenitsu yang duduk di depan Nezuko merangkai mahkota bunga yang menjadi favorit gadis itu lalu memakaikannya di atas kepalanya. Nezuko kini terlihat seperti seorang putri yang tengah menggenggam sebuket bunga pemberian pasangannya, dengan kedua pipi yang merona.

"Nezuko juga begitu, semakin ceria seiring berjalannya hari, dan ketika Zenitsu menitipkan buku harian itu untuk Nezuko, aku jadi mengerti."

Makomo nggak tau harus ngomong apa lagi, dia hanya bisa memandangi momen manis mereka dari jauh. Angin segar pagi hari yang berhembus lembut di padang bunga menerpa rambut mereka dan menambah suasana romantis di sana.

Syukurlah, Nezuko-chan...

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang