5. Siluman Babi

556 63 8
                                    

"Ujian matematika tadi susahnya... tidak bisa diukur dengan kata-kata lagi!" seru seorang murid laki-laki pada teman-temannya.

"Benar-benar deh... rasanya seperti di neraka!" timpal seorang murid yang lain.

"Iya, Shinazugawa-sensei mengerikan, kalau sampai nilai kita semua di bawah KKM, bisa-bisa kita dihajar pas kelas 3 nanti."

"Kudengar dia punya adik di angkatan kita, siapa ya?"

"Oh, kalo nggak salah namanya Genya, anak kelas 2-D."

"Pasti dia pinter mtk."

"Eh, tapi nggak juga loh, katanya di rumah dia dihajar habis-habisan karena tidak paham dengan apa yang diajarin sama kakaknya."

Sontak semua merasa kasihan dengan anak laki-laki polos itu, mereka membayangkan betapa mengerikannya Sanemi ketika mengajari adiknya sendiri, berdiri di sampingnya dengan membawa tongkat kayu yang siap dipukulkan adiknya ketika tidak mengerti soal yang diberikan.

"Kita harus lapor polisi atas tindak kekerasan pada anak di bawah umur!" teriakan seseorang mengheningkan keramaian kelas itu.

"Benar!" Mereka pun ribut, mendukung agar guru matematika yang terkenal killer itu dipenjarakan.

"Kalian jangan bercanda!!" teriak Yui, mengejutkan gerombolan itu.

"Melapor polisi? Atas apa? Lagipula Genya adik kandungnya sendiri kan? Tindakan seperti itu tidak melanggar hukum kalau untuk mendidik!" tegas Yui, mendiamkan mereka.

Berbeda dengan kakaknya, nyatanya Mui terlihat tidak peduli, ia hanya berdiri di depan jendela, mengamati berbagai bentuk awan yang lewat tertiup angin.

Untuk mendapatkan nilai 80 di kelas Sanemi sangatlah sulit, begadang semalaman untuk belajar sebelum mata pelajaran besoknya saja tidak cukup, padahal KKM-nya 75, tapi untuk anak-anak yang konsisten belajar matematika setiap hari, maka bisa mendapat angka yang dianggap berharga itu.

Di antara anak-anak yang pernah mendapat 80 adalah Yui, Mui, Nezuko, dan tentu saja Makomo. Walau begitu mereka tidak ditindas karena nilai mereka yang bagus, sebab Sanemi mengumumkan nilai mereka dengan nilai yang setara dengan teman-teman yang lain, untuk menghindari yang namanya pembullyan.

Note : Sanemi memberikan ujian matematika yang sangat memutar otak, terkadang juga tidak masuk akal hingga kebanyakan murid tidak lagi berselera mengerjakannya setelah melihat soal nomor pertama. Karena inilah sangat jarang ada murid yang berhasil dapet nilai lebih dari 80.

"Nezuko-chan, kamu pernah dapet 80?" tanya Makomo. Nezuko yang asyik menyimak perdebatan tadi menggeleng.

"Nggak tuh, nilai 75 aja nggak pernah."

"Aku juga, tapi aneh ya... kita nggak pernah dipanggil buat mengulang mata ujian."

***

Hari ini sekolah dipulangkan lebih cepat dari biasanya, Nezuko terkejut karena yang datang menjemputnya ke kelas bukanlah orang yang memiliki rambut hitam kemerahan, melainkan kuning dengan warna oren di ujungnya.

"Nezuko-chan, Tanjirou... bilang... dia akan... masih di... sekolah dulu... sampai... sore..." ucap Zenitsu yang napasnya tersengal-sengal karena habis lari.

Belum sempat Nezuko merespon, teman-temannya yang melihat kedatangan remaja laki-laki itu segera mengerubungi mereka, dan hasilnya, Zenitsu diserbu oleh para wanita yang menjadi penggemarnya

"Zenitsu-senpai, minta tanda tangan!!"

"Senpai, ceritain dong kok bisa abis kesamber petir rambutnya malah berubah warna."

"Hebat ya, padahal kalo orang lain kesamber petir ninggalinnya bekas luka atau malah mati."

Yes. Zenitsu digemari bukan karena prestasinya, tapi warna rambut yang berubah setelah tersambar petir.

Setelah berusaha, Zenitsu berhasil menarik tangan Nezuko yang sempat terpisah darinya dan mengambil kesempatan untuk kabur, dengan bantuan Makomo tentunya. Mereka baru bernapas lega setelah berhasil keluar dari gedung SMP. "Teman-temanmu kayaknya udah gila, rambutku ditarik-tarik," keluh Zenitsu mengelus kepalanya yang terasa sakit sehabis 'dijambak' oleh para gadis.

"Hiks, rambutku jadi rontok," ringisnya kesakitan.

Nezuko yang melihat raut wajah Zenitsu merasa bersalah. "Senpai, maaf. Karena aku, Senpai jadi begini," ucapnya bergetar.

Zenitsu melirik Nezuko yang sedikit lagi hampir menumpahkan air matanya. "Ti-tidak. Ini bukan salahmu, Nezuko-chan. Ini salahku yang nyamperin kamu tanpa ngasih tau dulu," hiburnya.

Gadis itu memalingkan wajahnya, dan itu membuat Zenitsu ketakutan, kalau sampai Tanjirou tahu ia membuat adiknya nangis, pasti akan marah besar. "Kalau begitu, bagaimana kalo kita bikin tempat janjian untuk ketemu aja?" saran Zenitsu, berharap Nezuko mendengarnya.

"Tapi..." Nezuko menundukkan wajahnya, kini perasaannya tidak bisa lagi ditebak.

"Tapi..."

"Tapi apa?" Zenitsu menautkan alisnya.

"Nanti kita dikira pacaran!!" teriak Nezuko di depan wajah Zenitsu yang ia tidak tahu ada di sampingnya sekarang.

Seketika wajah gadis itu memerah, sedangkan remaja yang identik dengan kuning itu terpaku mendengar kalimat barusan.

"Ah, bukan itu maksudku!" Nezuko mengibaskan tangannya, salah satu tangannya lagi ia gunakan untuk menutup mulutnya.

Zenitsu tersenyum. "Lebih baik kita pulang sekarang."

"Eh? Tapi... aku mau ke toko alat tulis dulu."

"Jauh nggak?"

"Nggak terlalu sih, tapi harus naik bus dulu."

"Kalian mau ke mana?!!" teriak seseorang dengan logat bar-barnya yang khas.

'Huh, dateng deh si siluman babi itu.' Inosuke berlari ke arah mereka dengan membawa topeng babi yang menjadi identitas uniknya.

"Hei, bisakah kau tidak membawa topeng itu ke sekolah?" tanya Zenitsu sedikit kesal, karena si pria berwajah cantik itu akan mengganggu waktu mereka untuk berdua saja.

Inosuke tidak peduli, ia menyenggol Zenitsu dan bertanya lagi dengan semangat pada Nezuko. "Kami mau ke toko alat tulis, Inosuke-senpai mau ikut?"

"Jelas! Aku mau baca komik-komik di sana dengan gratis!" Inosuke mengacungkan jempolnya.

"Hei, hei, apa-apaan ini? Hanya aku dan Nezuko-chan yang akan pergi! Pengganggu dilarang keras untuk ikut!" Zenitsu mendorong tubuh Inosuke yang menghalanginya dari Nezuko.

Pertengkaran tidak dapat dihindari, meski cuma adu mulut, tapi itu sudah cukup membuat Nezuko tidak tahan dengan pemandangan di depannya. "Berhenti!!" teriaknya, membuat kedua murid SMA itu menghentikan ocehannya.

"Kita akan pergi sama-sama!" tegas Nezuko, dan tentu saja Zenitsu kecewa.

'Aku juga nggak mau digosipin macem-macem sama satu sekolah cuma gara-gara jalan berdua dengan Zenitsu-san.'

Di dalam bus, Inosuke membuat keonaran, ia menakut-nakuti penumpang bus lain dengan topeng babinya. Sang supir untungnya bisa menahan dirinya agar tidak marah, walaupun para penumpangnya turun sebelum tiba di halte tujuan mereka karena ketakutan. Zenitsu dan Nezuko yang duduk di paling belakang hanya bisa menahan malu, namun gadis itu sesekali tertawa kecil, dan itu membuat Zenitsu cemburu.

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang