Saat jam istirahat, Nezuko dan Makomo makan siang bersama seperti biasa, mereka membicarakan berbagai hal hingga sampai pada topik
"Zenitsu-senpai itu baik banget ya," sahut Makomo tiba-tiba, membuat Nezuko menghentikan tindakannya untuk memasukkan sesendok omurice ke mulutnya.
"Kenapa begitu?" tanya Nezuko, sebenarnya ia sangat tertarik dengan topik kali ini, tapi ia menyembunyikannya dengan ekspresi wajah yang dibuat-buat seolah tidak peduli.
"Habisnya, Zenitsu-senpai bela-belain lari dari jauh demi menangkapmu yang terjatuh." Makomo menyeruput susu kotaknya.
"Lari? Kupikir itu kebetulan karena saat itu dia tepat di bawah jendela kelas kita," bantah cewek pemakai pita pink yang mengikat beberapa helai rambut panjang depannya, sebenarnya ia sudah muak karena Makomo jadi sering ngomongin kakak kelas mereka yang satu itu.
Makomo menggeleng sebelum menunjuk sudut matanya dengan telunjuk. "Aku lihat dari ujung mataku, aku bisa melihatnya berlari, Nezuko-chan, jangan lupa mejaku tepat di samping jendela jadi aku bisa langsung melihat semuanya,"
"yah, untungnya Zenitsu-senpai bisa berlari secepat kilat hingga tepat waktu, kalau tidak, mungkin kamu hanya bisa terbaring di ranjang sekarang."
"Untuk apa membicarakan senpai yang konyol itu? Apa kalian penggemarnya?" sahut seorang pria berambut panjang yang entah kenapa ia dan saudara kembarnya bisa lolos dari peraturan sekolah yang tidak membolehkan murid laki-laki memiliki panjang rambut melewati bahu.
"Ah, Mui-chan," sapa Makomo mengangkat kedua tangannya, pose imut khasnya ketika menyapa seseorang.
"Berhenti memanggilku begitu," katanya dengan mata sayu miliknya.
"Hihi, tapi kamu terlalu imut untuk tidak dipanggil seperti itu," Makomo nyengir, menyentuh rambut Mui untuk menjahilinya.
"Mui, cepatlah," teriak sang kakak kembarnya bernama Yuichirou dari depan pintu kelas, mereka hendak makan di taman sekolah, semacam piknik.
"Oh, tunggu," Mui berlari meninggalkan kedua gadis itu.
"Nee... Nezuko-chan, nanti pulang sekolah aku mau mampir ke toko rotimu ya,"
"Eh? Mau ngapain?"
"Ya mau belilah, soalnya roti yang kamu tawarkan padaku waktu itu enak sekali, aku juga ingin membelinya untuk Onii-chan."
Nezuko tersenyum, ia senang karena semakin hari semakin banyak teman-temannya mampir ke toko roti yang dijalankan berdua hanya dengan kakaknya sejak orangtua mereka meninggal karena sakit.
Walaupun begitu, perekonomian mereka tidaklah sulit, kehidupan mereka dijamin oleh perusahaan tempat ayah mereka bekerja, setidaknya sampai mereka menikah.
Namun, bukan berarti ia dan kakaknya bermalas-malasan menghamburkan uang itu, justru mereka menabungnya dan hanya menggunakan seperlunya. Untuk urusan hiburan, mereka menggunakan sebagian uang hasil penjualan roti dan kue. Toko yang diberi nama Kamado Bakery itu buka 5 hari dalam seminggu, dari sepulang mereka sekolah hingga malam sekitar pukul 8, mengingat mereka masih disibukkan oleh aktivitas sebagai pelajar.
"Kalau begitu kita pulang bareng ya, Sabito-nii hari ini langsung ke tempat kerja paruh waktunya, dan aku gak mau sendirian di rumah."
 ̄ ̄ ̄ ̄ ̄
"Okaeri, Nezuko... Makomo? Tumben ke sini? Mana Sabito?" tanya Tanjirou yang tengah bersiap membuka tokonya, ia memakaikan sarung tangan di kedua tangannya.
"Nii-chan kerja, jadi aku ke sini biar nggak kesepian," jawab Makomo tersenyum manis.
"Duduk aja, Makomo, pasti capek kan?" ucap Tanjirou mempersilakan.
Nezuko bergegas mengganti seragamnya dengan baju biasa lengkap dengan celemek mininya dan topi ala pelayan toko roti.
"Nezuko-chan cantik," puji Makomo yang membuat Nezuko tersipu.
"Makomo-chan emang pandai memuji ya."
"Tanjirou... abis itu digimanain lagi?" Sedetik kemudian, muncul remaja berambut kuning keluar dari dapur tempat pembuatan roti, Nezuko yang melihatnya tentu saja terkejut, bagaimana bisa ia tidak menyadari kehadiran orang itu? Padahal ia harus melewati dapur jika ingin ke kamar ganti, ia hanya bisa tercengang tanpa mengatakan apapun.
"A, Nezuko-chan, selamat datang. Ada Makomo juga ya," sapa Zenitsu dengan wajah dan pakaiannya yang kotor akibat berkutat di dapur. Maklum, ia kan tidak profesional, beda dengan Tanjirou yang masih tetap rapi dan bersih walau kerja di dapur.
Nezuko membalikkan tubuhnya membelakangi Zenitsu, ia menutup mulutnya dengan wajah yang memerah.
"Ne...zuko-chan?" Makomo memiringkan sedikit kepalanya, bingung apa yang terjadi pada sahabatnya.
Tanjirou yang menyadari tingkah aneh Nezuko, segera mengajak Zenitsu ke dapur untuk melanjutkan penjelasan mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan selanjutnya. Zenitsu hanya mengangkat salah satu alisnya dengan perasaan bingung.
Apa Nezuko membencinya?
"Nezuko-chan, ada apa?" Beberapa detik kemudian, Nezuko melepas tangannya dari mulut, lalu beberapa kali mengambil napas, mencoba mengatur detak jantungnya.
"Nggak ada apa-apa kok," jawabnya bohong.
"Makomo-chan, aku ke dapur dulu ya, kamu duduk dulu aja," pamit Nezuko sebelum melangkah ke dapur. Makomo mengangguk, ia pun duduk di salah satu kursi yang memang disediakan untuk pelanggan yang ingin makan di tempat, setelah itu ia memainkan ponselnya untuk mengisi waktu.
Di depan dapur, Nezuko berdiri tertahan, kedua tangan dan kakinya bergetar, ia begitu gugup. Ia mengambil napas dalam-dalam. Setelah merasa tenang, ia mengepalkan kedua tangannya lalu masuk ke dapur, berniat untuk tidak berbicara sepatah kata pun pada cowok berambut kuning itu.
※

KAMU SEDANG MEMBACA
𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖
Fiksi PenggemarKimetsu Gakuen ver. Zenitsu x Nezuko Kisah yang dimulai dari seorang murid perempuan yang terjatuh dari jendela kelas. Modern AU. OOC. 鬼滅の刃 Ⓒ吾峠呼世晴 Cover by akarinnn03 Start : 2020/06/03 Completed : 2020/06/29 Road to 300 votes Terima kasih atas duk...