4. Hujan

611 66 12
                                    

Nezuko melihat ke jendela, langit ternyata sudah gelap ditutupi awan hitam, pertanda sebentar lagi akan hujan. Tapi ia tidak khawatir selama ada kakaknya, mereka mungkin akan hujan-hujanan bareng, atau menunggu hingga reda di dalam gedung sekolah SMP.

Di Kimetsu Gakuen, gedung SMA dan SMP memang dipisah, namun terhubung oleh sebuah lorong besar bernuansa taman. Karena itu Tanjirou bisa langsung nyamperin adiknya sepulang sekolah ataupun sebaliknya tanpa harus keluar gedung dulu yang pintu keluarnya lebih jauh dari kelas Tanjirou.

Seusai jam pelajaran, Nezuko gelisah, ia menunggu kakaknya begitu lama, bahkan lebih lama dari biasanya, hingga Nezuko khawatir pulang kemalaman yang berakibat toko mereka tidak bisa buka hari ini.

Trrt... trrt...

Ponsel Nezuko bergetar. Ketika ia mengeceknya, ternyata ada pesan masuk dari Tanjirou.

Dalam pesan itu, ia bilang kalau ekskul tata boga ada pertemuan mendadak, dan yang pasti itu tidak sebentar. Tanjirou memberi pilihan untuk pulang sendiri atau menunggunya sampai waktu yang tidak diketahui.

Pilihan yang sulit. Ia takut pulang sendiri saat hujan, tapi ia juga tidak mungkin menunggu kakaknya disaat teman-temannya sudah pada pulang.

Selama Nezuko berpikir, seseorang membuka pintu kelasnya yang mana ia hanya tinggal seorang diri di sana.

"Nezuko-chan," panggil suara itu membuyarkan pikiran Nezuko.

"Z-Zenitsu-senpai? K-kenapa ke sini?" tanyanya gugup merapikan roknya saat spontan berdiri.

"Aku disuruh Tanjirou mengantarmu pulang, karena katanya kamu tidak membalas pesannya," jawab Zenitsu menghampirinya, tangannya membawa sebuah payung besar yang siap digunakan.

"Bagaimana kalau kita pulang sekarang? Sebelum semakin deras," ajak Zenitsu yang diikuti anggukan Nezuko.

'Tidak ada pilihan lain,' pikirnya.

Keluar dari gedung sekolah, Zenitsu membuka payungnya. "Yuk, Nezuko-chan."

Nezuko tidak bergeming, Zenitsu yang menyadari itu cepat-cepat memberi penjelasan. "Gomen, Nezuko-chan, aku cuma bawa satu." Zenitsu paham, gadis itu pasti tidak mau dekat-dekat dengannya.

Nezuko menggeleng, lalu segera berdiri di samping Zenitsu yang akan mengantarkannya pulang.

Sepanjang perjalanan mereka diam membisu, hingga tiba-tiba sebuah petir menggelegar memekikkan telinga, spontan saja Nezuko memeluk lengan Zenitsu karena ketakutan.

"Eh?" Wajah mereka sama-sama memerah ketika sadar apa yang terjadi. Nezuko buru-buru melepaskan tangannya dan meminta maaf berkali-kali, sedangkan Zenitsu kelimpungan mengatakan tidak perlu minta maaf.

"Zenitsu-senpai, kudengar kehidupan SMA itu menyenangkan ya?"

Zenitsu terpana, tumben sekali gadis itu mau berbicara dengannya, bahkan ia yang memulai percakapan, sepertinya hati gadis itu mulai melunak padanya. "Hmm... gimana yah... aku sendiri belum terlalu merasakan sih... kan baru juga kelas satu." Zenitsu terkekeh kecil sambil mengusap rambut belakangnya.

"Oo..." Nezuko mengangguk. Suasana di antara mereka semakin mencair. Ternyata pilihan Tanjirou menitipkan Nezuko pada Zenitsu tidak salah.

"Oh iya, Nezuko-chan, aku ingin minta maaf karena aku diam-diam menyicipi roti buatanmu kemarin." Mendengar itu, Nezuko langsung menolehkan kepalanya ke Zenitsu.

"Hah? Pantes jadi cacat sedikit rotinya," keluh Nezuko. "tapi nggak apa-apa selama rotinya tidak disentuh dengan tangan langsung sih, ehehe," tambahnya memejamkan kedua matanya.

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang