7. Ketemu

522 68 6
                                    

20**/06/12 (Fri)

Konbanwa, Nezuko-chan. (aku tidak tau kamu akan membaca ini kapan, tapi aku memutuskan untuk menyapamu sesuai dengan waktu yang kugunakan untuk menulis ini. XD)

Langsung aja ya.. mm... sebenarnya aku bingung kenapa kamu tiba-tiba memintaku untuk menulis di buku ini, karena sebenarnya aku sendiri tidak ahli dalam menulis, apalagi untuk buku harian, ehehe... tapi kamu benar, aku bisa menyegarkan pikiranku lewat tulisan.

Hari ini tidak ada yang spesial, karena emang seperti biasanya, pulang sekolah aku langsung ke tempat kerja paruh waktu. Eh iya aku lupa, hari ini kan kamu memintaku untuk mengantarmu membeli alat tulis ya.. maaf.. maaf.. XD

Um.. aku bingung mau nulis apa lagi :( mungkin kamu mau cerita sesuatu padaku?

Sudah ya, aku ngantuk :))

- Zenitsu.

Nezuko menghela napas panjang, padahal ia berharap Zenitsu nulis panjang, tapi wajar lah, namanya juga baru awal.

"Yosh!" Nezuko menggenggam pulpennya, lalu mulai mencoret beberapa kata sebagai balasannya hingga tertidur.

***

"Aku kasihan sama Zenitsu," ujar Tanjirou tiba-tiba saat mereka tengah sarapan.

"Eh?" Tangan Nezuko terhenti dari mengoleskan selai stroberi di rotinya.

"Zenitsu itu... dia nggak pernah kenal sama orangtuanya." Nezuko mulai tertarik, sepertinya dia bisa tahu alasan Zenitsu menghabiskan waktunya hanya untuk sekolah dan bekerja.

"Kok bisa sih?"

Tanjirou terdiam sejenak. "Dia... sejak bayi sudah dirawat oleh kakek angkatnya," jelasnya memperhalus istilah 'ditelantarkan'.

"Jadi dia harus berjuang sendiri untuk hidup tanpa menyusahkan kakeknya itu." Tanjirou menyesap teh panasnya, roti panggang di piringnya sudah habis.

Cowok berambut merah itu beranjak dari kursinya lalu meninggalkan ruang makan, katanya ia punya janji hari ini sama seseorang. Sementara Nezuko masih sibuk mengunyah sarapannya, ia berpikir kenapa kakaknya tiba-tiba ngebahas Zenitsu sih?

.

.

.

"Hee... jadi begitu ya..." Makomo mengangguk paham, pagi ini ia dan Nezuko keluar untuk sekedar jalan-jalan, memanfaatkan hari libur.

"Ngomong-ngomong, kamu nggak salah kirim pesan kan?"

Nezuko mengangkat sebelah alisnya, "Maksudnya?"

"Iya, soalnya waktu itu aku minta nomornya Zenitsu-senpai dari Sabito-niichan, tapi karena yang kudengar nomor dia itu rahasia banget, jadi aku ragu apa bener nomornya itu."

Nezuko manggut-manggut. Ia mengerti kenapa dirahasiakan, soalnya kalau tidak pasti senpai berambut kuning itu sudah diteror oleh para gadis yang ditolaknya.

"Benar kok, malah pesanku dibales," ucap Nezuko senang sambil mengayun-ayunkan kedua kakinya yang tergantung, mereka sekarang sedang berada di Taman Ueno.

"Oh ya?" Nezuko mengangguk.

"He~, jadi gimana nih?"

"Gimana apanya?"

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang