14. Kesempatan

400 54 5
                                    

Itsuka no ai ni sugaritsuite mo
Togireta yume wa mou modoranai
Tashikana omoi
Surinukete yuku
Hitori no yoru demo
Kono mama I'll be waiting for you

Entah apa yang membuat Zenitsu memilih untuk menyanyikan lagu ini hingga gadis di sampingnya menitikkan air mata, walau kedua netra merah jambunya tetap tertuju pada langit malam.

Tanpa musik, lagu yang dinyanyikan Zenitsu tetap terdengar merdu dan maknanya sampai ke lubuk hatinya.

Di sini, mereka hanya berdua, jauh dari keramaian festival. Zenitsu mengajaknya naik ke kaki bukit karena di sanalah tempat terbaik untuk melihat bintang.

Anak perempuan bermarga Kamado itu memejamkan kedua matanya perlahan, menikmati alunan nada yang keluar dari orang yang duduk di sebelahnya, hatinya terasa sejuk dan tentram. Ia tidak pernah merasa sebahagia ini sejak kedua orangtuanya telah pergi untuk selamanya.

Mulutnya menggigit sedikit gulali berukuran besar yang dibelikan oleh Zenitsu sebelum mereka datang ke sini.

Tanpa ia sadari, pemuda yang mengenakan yukata kuning bermotif segitiga itu memperhatikannya meski mulutnya masih menyanyikan lagu yang sebenarnya mengandung kesedihan.

"Nezuko!" Kedua orang itu sontak menoleh dan berdiri melihat kedatangan keempat temannya.

"Onii-chan!"

"Ya ampun, Nezuko, kami mencarimu ke mana-mana." Tanjirou meraih kedua tangan Nezuko, ekspresi khawatir tergambar jelas di wajahnya, sedangkan Nezuko sendiri tertawa kecil.

"Nezuko!" Tanjirou berkacak pinggang dengan tingkah Nezuko, gadis itu bersikap seakan nggak terjadi apapun setelah mereka susah payah mencari kedua orang itu.

"Gomen, habisnya Onii-chan dan yang lainnya tiba-tiba hilang, untungnya Zenitsu-san menemukanku." Cewek itu cuma bisa nyengir lebar. Tanjirou nggak bisa marah sama adik satu-satunya itu.

"A-apa-apaan ini?" Inosuke tanpa sengaja menengadahkan kepalanya, kedua maniknya menangkap langit malam yang luas, dihiasi banyak bintang yang berkilauan, pemandangan yang hampir nggak mungkin dilihat jika tinggal di kota besar.

Semua sontak melihat ke atas. Menatap ke langit seperti belum pernah melihatnya seumur hidup. "Bagus kan? Zenitsu-san yang menemukan tempat ini."

"Waah, indahnyaa," gumam Makomo.

Mereka semua pun mengambil posisi duduknya masing-masing, pemandangan seperti ini rasanya sayang untuk dilewatkan, ditambah malam Tanabata menambah kesan tersendiri saat melihat langit. Nezuko menyandarkan kepala pada bahu kakaknya, di saat seperti inilah gadis itu teringat pada ibunya yang selalu mengelus kepalanya di bawah sinar bulan.

***

Beberapa bulan kemudian, Nezuko sudah sembuh total, termasuk kedua kakinya, dia pun bisa kembali beraktivitas melakukan apapun.

"Nezuko, benar nih kamu nggak apa-apa?" tanya Akari, salah satu teman sekelas Nezuko yang sekarang sedang kerja kelompok bareng dia.

Nezuko mengangguk mantap. "Benar kok, kenapa sih teman-teman pada mikirin aku? Aku jadi seperti memberatkan kalian."

"Bukan begitu, soalnya kan ada gosip beredar kalo kamu diusili sama kakak kelas SMA."

Diusili? Dalam hati Nezuko mengomel, itu sih bukan usil namanya, hampir seluruh tubuhnya terluka dan penyebabnya juga hanya karena hal yang sebenarnya nggak dia lakuin. Untungnya Nezuko nggak trauma jadi dia masih mau datang ke sekolah.

Kabar terbaru yang dia dengar, katanya sih ketiga orang yang menindasnya beberapa bulan lalu telah dikeluarkan dari sekolah. Sama seperti sifat Tanjirou yang terlalu baik, sebenarnya Nezuko nggak sampai hati mereka dikeluarkan, tapi mau gimana lagi, daripada nantinya ada anak lain yang senasib dengannya.

"Oh ya, kudengar kamu pacaran sama Zenitsu-senpai?" tanya Akari.

Kedua mata gadis itu terbelalak seiring dengan jantungnya yang hampir meledak saking kagetnya. "Hah? Sejak kapan? Aku aja belum pernah pacaran sampai sekarang."

"Habisnya banyak yang bilang kalo sering ngeliat kamu jalan bareng dia sih." Cewek yang rambutnya dikuncir jepitan pita itu memutar-mutar pulpen yang digenggamnya.

"Ahaha, itu karena kakakku deket sama dia, jadi kalo kakakku nggak bisa jemput dia yang gantiin."

"Ooh," respon Akari dengan ragu, wajah Nezuko nggak seperti biasanya, apa mungkin dia bohong?

"Ngomong-ngomong, white day kemarin kamu dapet balasannya nggak?"

Nezuko menggaruk pipi dengan jarinya, tangan satunya masih sambil mengerjakan tugasnya. "Dapet sih."

Akari tersenyum jahil. "Cie... cie... siapa sih? Kok kamu nggak mau kasih tau?"

"Nggak ah, itu kan rahasia antara aku sama dia doang."

"Yah, Nezuko nggak asyik ah, mentang-mentang udah punya pacar sekarang."

"Hei, kan aku udah bilang kalo aku belum pacaran sampai sekarang," bantahnya, lalu dia mengalihkan perhatiannya pada kertas tugas yang diberikan oleh Shinazugawa-sensei.

Valentine dan White Day adalah kesempatan bagi para pasangan untuk menyampaikan perasaan mereka masing-masing dengan memberikan permen, cokelat, marshmallow, bunga, dan lain-lain yang merupakan simbol kasih sayang. Selain pasangan, mereka juga biasa memberikannya pada keluarga yang mereka sayangi.

Di Jepang, Hari Valentine merupakan saat di mana cewek memberikan sesuatu ke cowok yang mereka suka, lalu jika seorang cowok menerima perasaan itu dan membalasnya, maka dia akan balik memberikan sesuatu pada cewek saat White Day.

Waktu Valentine, Nezuko membuat dua cokelat dengan arti yang berbeda, tentu yang salah satunya dia berikan pada sang kakak dan satunya lagi dia berikan pada seseorang di bawah sebuah pohon di taman belakang sekolah agar tidak menarik perhatian orang.

Lalu pada White Day, Nezuko menemukan sebuah tas kecil di kolong mejanya yang disertai kertas dengan tulisan 'untuk Nezuko' yang diikat dengan sebuah pita kecil. Saat gadis itu membukanya, ternyata dia mendapat sekotak cokelat, sebungkus besar marshmallow, beberapa pocky, dan sebuah gantungan boneka lucu yang memang dia inginkan.

"Pasti kamu nggak fokus ya setelah dapet balesan White Day kemarin?" tanya Makomo yang mematahkan sebatang pocky dengan giginya.

Nezuko malu, memang benar kemarin dia gagal fokus sampai-sampai salah masuk kelas dan duduk di bangku seorang murid. Dia baru sadar saat Genya yang ada di kelas itu menegurnya.

"Duuh, jangan diingetin dong." Gadis itu menggaruk-garuk kepalanya yang nggak gatal, kedua alisnya terangkat miring.

"Um... aku nggak nyangka orang itu ngasih balesannya sampe segitunya."

"Benar, dia menghabiskan banyak uang hanya untuk membalas pemberianku yang cuma sedikit."

Selama beberapa detik, mereka terdiam, suara-suara berisik dan hembusan angin yang menyapa kulit mereka mengisi kekosongan topik. Para murid berseliweran di mana-mana, ada yang main bola, di kantin, atau sekedar duduk dan mengobrol seperti mereka.

"Nezuko-chan enak ya punya seseorang yang merhatiin, aku mah apa.."

"Loh? Bukannya pocky itu hadiah balasan dari Mui-kun?"

"Ng... iya sih."

Nezuko menepuk pundak Makomo, menatap wajahnya memberi semangat. "Semangat, Makomo-chan! Setidaknya kamu udah punya kesempatan!"


𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang