15. Ungkapan

416 51 21
                                    

Hari demi hari dilalui oleh Nezuko dengan kebahagiaan, hidupnya semakin berwarna sejak mengenal senpai berambut pirang kuning dengan gradasi oranye diujungnya, bahkan mereka masih rutin bertukar buku harian yang sempat tertunda selama beberapa saat. Nezuko tersenyum simpul ketika mengingat pertemuan pertamanya dengan Zenitsu, waktu itu dia masih merasa canggung dan malu. Makin lama, mereka makin dekat, bahkan remaja cowok itu berhasil memikat hatinya dengan perhatian dan keramahannya, ditambah dengan cerita-cerita kakaknya tentang kekonyolannya. Meski Nezuko belum tau dengan pasti karakter sebenarnya dari seorang Agatsuma Zenitsu, tapi cewek itu merasa nyaman dengannya, sekalipun dia disebut ganjen, mesum, atau apalah itu oleh kakak-kakak seniornya karena Nezuko percaya kalau Zenitsu nggak akan melakukan hal itu padanya.

Sampai pada suatu saat, Nezuko termenung di kamarnya, memorinya kembali memutar kenangan ketika mereka datang ke festival dan melihat bintang bersama di malam Tanabata tahun lalu. 'Apakah takdirku akan sama seperti kedua bintang itu suatu hari nanti?'

***

Di sini mereka sekarang, duduk di sebuah bangku yang menghadap ke danau. Nezuko merasa ada sesuatu yang aneh sejak pemuda itu menjemputnya seusai sekolah dan bukannya langsung pulang, malah menuntunnya ke sini. Sepanjang perjalanan, dia nggak bicara sepatah kata pun dan hanya tersenyum hambar, bahkan kini mereka duduk berjauhan.

"Ano sa, Nezuko-chan..." Cewek itu menoleh, namun wajah Zenitsu tertutup poninya jadi dia nggak bisa liat ekspresinya. Tapi dia tau, ada sesuatu yang benar-benar penting perlu mereka bicarakan.

Zenitsu mengusap wajahnya lalu menghela napas. "Sebentar lagi kamu ada banyak ujian kan?"

Nezuko mengangguk pelan, perasaannya makin nggak enak, tapi dia tetap berusaha buat mikir yang positif.

"Pertama aku mau nanya dulu... menurut kamu aku orangnya gimana sih?"

Nezuko diam, untuk saat ini mulutnya benar-benar kaku, padahal selama setahun lebih ini kenal, dia punya banyak pandangan terhadap cowok itu.

Zenitsu tersenyum tipis karena Nezuko nggak kunjung jawab. "Kamu nggak harus menjawabnya sekarang kok."

"Kedua, aku mau bilang, kalo aku suka sama kamu."

Seluruh tubuh gadis itu terpaku, dia nggak siap sama pernyataan yang tiba-tiba ini. "Yappari ne..." Dua alis kuning tebalnya terangkat, lalu dia beranjak dari bangku dan meninggalkan Nezuko yang memandangi punggungnya dengan tatapan kosong. Mendadak, dadanya terasa sesak dan air bening menuruni kedua pipinya untuk alasan yang dia sendiri nggak ngerti. Ada apa dengan cowok itu? Apa Nezuko berbuat suatu kesalahan?

Nezuko berlari mengejarnya sebelum orang itu menghilang di tengah keramaian jalan. Sayangnya dia terlambat, remaja dandelion itu telah ditelan kerumunan orang-orang yang berlalu-lalang, meski rambut dan penampilannya yang mencolok di mata Nezuko.

"Onii-chaaaan!!!" teriak Nezuko, menerobos rumah tanpa peduli benda apa aja yang ditabraknya, fokusnya kini hanya satu, Zenitsu.

"Whoaa, Nezuko, tenanglah! Apa yang terjadi?" tanya Tanjirou yang baru selesai mandi.

"Onii-chan, katakan di mana rumah Zenitsu-san! Cepat!" Nezuko menarik-narik kimono handuk dan memukul-mukuli lengan kakaknya seperti orang kesurupan, mendesaknya untuk segera menjawab.

"Tenang, Nezuko! Ada apa?" Tanjirou menggoyangkan tubuh Nezuko, di saat itulah dia melihat air mata sang adik jatuh dari pelupuk matanya.

"Zenitsu-san... ada yang... aneh..dengannya..." ucapnya terpatah-patah membenamkan wajahnya ke pelukan Tanjirou.

Remaja pemakai anting-anting hanafuda itu tersentak, ingatannya kembali ke beberapa hari yang lalu setelah Inosuke meneriakkan nama Zenitsu karena dipanggil ke ruang guru.

𝑌𝑒𝑙𝑙𝑜𝑤 𝐻𝑒𝑎𝑟𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑔𝑎𝑡𝑎𝑟𝑖Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang