Bab 7b

4.6K 844 45
                                    

"Maksudmu apa?” tanya Zalia tenang. Ia sudah terbiasa mendengar komentar-komentar sinis dari Fitri dan ia yakin yang kali ini pun tak jauh beda.

“Dari seorang Thomas yang berkedudukan sebagai GM, kini beralih pada seorang OB. Apa kamu seputus asa begitu? Sampai menggoda seorang OB.” Fitri terang-terangan mengamati penampilan Gavin, mau tidak mau mengakui kalau pemuda di hadapannya lumayan tampan. Namun, ia menolak mengakui. “Tampan, sih, tetap aja hanya pegawai rendahan .”

Zalia mendengkus kasar, ia bertukar pandang dengan Gavin dan pemuda itu memberi tanda berupa gelengan samar. Ia tahu, Gavin tidak menginginkannya terlibat adu mulut dengan Fitri. Sungguh tak berguna memang.

“Aku mau menggoda siapa pun, itu bukan urusanmu, Fitri. Kamu sigap sekali kalau mengurus masalahku? Kenapa bukan mengurus masalahmu sendiri? Kudengar pacarmu kabur dibawa cewek lain.” Zalia menghentikan omongannya, menatap Fitri yang berdiri mengatupkan mulut. “Ah, yang aku dengar bukan cewek lain tapi cowok lain. OMG, itu mengerikan.”

Perkataan Zalia menjadi pukulan telak bagi Fitri. Wajah wanita itu kini memucat dan menatap Zalia dengan geram.

“Dasar pelakor!” desisnya marah.

Zalia mengangkat bahu. Kini memandang Gavin dan meniupkan ciuman jarak jauh. “Daa, Sayang. Kita pulang barengan, ntar.” Dan melihat Gavin tergelak sambil mengangguk.

Ia berbalik, meninggalkan Fitri yang berdiri dengan menggenggam kedua tangan di samping tubuh. Zalia tak peduli apa kata orang lain tentang dia dan Gavin, selama ia bahagia ia akan terus menjalani hubungannya dengan kekasihnya.

Fitri berputar di tempatnya berdiri, kini menatap Gavin yang meneruskan mengelap dinding kaca dengan  cairan pembersih. Ia merasa murka karena pemuda itu sama sekali tidak memandangnya.

“Hei, OB. Kerja yang benar, kalau nggak aku adukan ke atasanmu biar kamu dipecat!”

Ancamannya hanya ditanggapi dengan lirikan dingin oleh Gavin. Ia tidak terlalu suka dengan wanita yang berlaku sewenang-wenang dengan kekasihnya. Fitri adalah jenis wanita yang mencari perhatian dengan cara yang salah. Bersikap sinis dan ucapan yang menyikiti orang lain. Persis dengan kepribadian ibu tirinya, jadi Gavin beranggapan jauh-jauh dari Fitri adalah tindakan yang baik.

“Hei, mau ke mana kamu?” teriak Fitri saat Gavin membereskan peralatan kebersihannya dan berlalu dari lorong.

Wanita itu makin marah saat Gavin sama sekali tidak mengindahkannya.

“Dasar OB sialan, nggak jauh beda dengan Zalia. Tunggu pembalasanku!” Ia menggeram marah dengan wajah merah padam. Menatap punggung Gavin yang menjauh.

Fitri bukanlah satu-satunya masalah yang menghadang Gavin. Ia dengan mudah menghindari wanita itu karena memang tidak satu lantai dengannya. Yang ia pikirkan justru Zalia tapi ia punya keyakina jika sang kekasih pun sanggup mengatasi mulut culas milik Fitri.

Tantangan terbesar dari mengelola hotel datang tepat saat ia sudah magang selama sebulan. Hanson datang ke kantornya suatu malam dengan wajah murung dan memberikan setumpuk dokumen ke atas mejanya.

“Ini apa,  Susu?” tanyanya bingung. Mengambil satu bundel dokumen dan membukanya.

“Shaoye, ini adalah masalah terberat dari hotel kita,” jawab Hanson muram.

“Maksudnya?”

“Tolong, Anda baca dulu. Saya menunggu di sini untuk berdiskusi dengan Anda.”

Hanson duduk di kursi depan meja Gavin. Ia menunggu dengan sabar saat Gavin membuka, membaca, dan mengamati dokumen di tangannya satu per satu. Ia mengamati dalam diam saat wajah Gavin secara perlahan menjadi pias. Dugaannya tidak salah, jika sang tuan muda ternyata pintar mengambil kesimpulan. Bahkan hanya dari membaca dokumen.

Marry Me If You Dare (Sang Perawan Mengejar Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang