Prolog

20.2K 1.1K 79
                                    

Zalia memeluk angin, merasa tubuh menggigil nyaris menembus tulang. Ia telah kalah, dan hancur. Malam ini, ia dipermalukan dalam duka yang terdalam.

Tak menghiraukan tanah yang ia pijak basah oleh hujan, ia terus melangkah dalam balutan gaun keemasan. Tak peduli juga pada hiruk pikuk kendaraan di jalan juga malam yang menggelap karena mendung.

Dalam rintik hujan ia mendongak, menatap langit kelam lalu berucap lantang.

"Tuhaan! Aku patah hati malam ini. Patah dan hancur jiwaku. Aku tak meminta banyak padamu, Tuhan. Aku akan menikahi siapa pun, yang ada di hadapanku sekarang!"

Lalu, menunduk pasrah. Merasa jika doanya terlalu gila untuk diwujudkan. Sebuah kendaraan melaju cepat, memercikan  air dan membuat gaunnya kotor. Ia hanya terdiam tak berdaya.

"Maaf, Kak. Gaunnya kotor, ya?" Pengendara motor itu berteriak dan turun dari kendaraannya. Menghampiri dengan cemas. "Maaf, ya, Kak."

Zalia mendongak, menatap mata paling indah yang pernah ia lihat. Seorang anak muda dalam balutan seragam biru dan memakai helm hitam. Entah apa yang menggerakkannya ia berucap keras.

"Yuk! Kita menikah!"

"Hah!" 

Zalia tertawa dan merangkul pemuda yang kini terlihat kaget . "Akhirnya Tuhan mengabulkan doaku. Yuuk! Kita menikah!"

"Kakak nggak waras, ya!"

"Aku memang gilaa! Tapi, kamu harus menikah denganku!"

Wanita cantik, dalam balutan gaun keemasan. Memeluk laki-laki yang baru pertama ia jumpai. Bertekad menjadikannya suami. Tak peduli meski ia mendengar caci maki dan teriakan tak percaya. Ia makin yakin saat laki-laki itu melindunginya dari curah hujan yang turun makin deras.

Marry Me If You Dare (Sang Perawan Mengejar Cinta)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang