21ーbegin again

4.6K 1.2K 748
                                    

heh, bentar. gue mau ngomong sesuatu.
SUMPAH GUE SAYANG BGT SAMA LO SEMUA YANG RAJIN KOMENTAR TIAP RENDUALITY UP. apalagi sampe ngespam gitu ya tuhan gue cinta banget lah sama lo. bikin semangat aja beneran gak boong. sini mau gue doain apa? gue aminin paling kenceng!!!
;;;

beberapa hari berselang setelah tuduhan yang dilontarkan untuk luia dari kawanan mark dan dinda, beberapa hari terakhir juga banyak yang tiba-tiba menjauhi luia. iya, masalah itu tersebar ke orang-orang meskipun isinya gak benar. bahkan shena yang notabenenya teman baik luia sejak lama, melakukan hal yang sama, semakin jarang bermain atau berinteraksi dengan luia. beruntungnya masih ada jia, renjun, dan kawanannya yang lain. gak lupa beberapa orang yang gak peduli dengan masalah ini. luia yang dulunya punya banyak kenalan, langsung merasa terasingkan dalam waktu yang singkat.

syukurnya luia masih bisa sedikit bernafas lega lantaran renjun yang selalu siap siaga menjadi tameng agar luia gak begitu kepikiran dengan semua ini. renjun selalu bersikeras, agar luia bisa fokus belajar dan melanjutkan studinya ke singapura. akhir-akhir ini, renjun mendapatkan julikan sebagai renduality lantaran sifat aslinya yang judes namun berubah drastis menjadi sok manis saat bersama luia—lengkap dengan lawakan-lawakan garingnya.

bisa kita ambil contohnya sekarang, renjun terlihat meluangkan waktu untuk menemani luia yang sedang berjalan menuju koperasi sekolah.

"lo udah makan?" tanya renjun.

"iya." luia mengangguk. "udah makan roti tadi. eh ren—"

"apa?"

"lo gak bosen apa ngikutin gue mulu? sumpah, kan gue udah bilang gue bisa sendiri."

"sendiri? bukannya lo biasanya bareng shena atau jia? mereka kemana sekarang?"

"jia lagi ngerjain tugas di kelas, kalau shena—" luia mengendikkan bahunya.

"kemarin gue liat shena bareng dinda."

reflek luia menghentikan langkahnya dan menatap renjun. awalnya luia memang terkejut dan gak percaya, namun luia berusaha untuk berpikiran positif. positive thinking atau denial. "mungkin—shena ada perlu sama dia. dan—lo jangan mengalihkan pembicaraan ya!" luia terbata-bata.

"hahaha, memangnya kenapa? jadi gue gak boleh ngikutin lo?"

"gak gitu sih."

"biarin deh gue ngikutin lo. sampai tua, sampai kakek nenek. sumpah, gue gak bakalan nikah kalau bukan sama luia."

"renjun lo—lo lebay banget sumpaaah!" kesal luia tapi wajahnya yang bersemu sambil memukul ringan lengan renjun. salah tingkah gak akan ada habisnya meskipun renjun cuma blak-blakan tentang perasaannya.

tiba-tiba ada dua orang yang menyambar bahu luia. dan saat menoleh, pelakunya adalah mark yang sedang berdampingan dengan dinda, disusul jaemin dan jean di belakangnya. begitu jaemin lewat, secara sengaja cowok itu memiringkan gelas minumannya yang mungkin adalah kopi, sengaja mengotori seragam putih luia.

"eh, sorry gue gak liat." kata jaemin santai. jean mendengkus kesal lalu buru-buru menarik jaemin agar mereka bisa menjauh.

renjun? tentunya cowok itu spontan marah dan maju untuk menghampiri jaemin. luia menghalangi langkah renjun, begitu juga dengan mark. dia gak mau ada keributan karena hal sepele.

"masalah hidup lo apa sih bangsat? berani lo?" tanya renjun tersulut emosi. "gak cukup lo nyebar-nyebar gosip? brengsek lo."

"ren, ini sekolah. jangan emosi lagi." bisik luia. "nodanya juga sedikit kok, gue bisa ganti seragam."

"sekarang lo sok polos ya? sok memaafkan, hahaha." singgung mark dengan memaksudkan luia. "aslinya sok jual mahal."

"lo kenapa sih?" luia akhirnya angkat bicara pada mantannya itu. "lo kesel sama gue karena gue gak mau ikut masuk ke mobil lo waktu itu?"

lirikan mata dinda reflek menajam, tangannya bersilang di depan dada dan seolah menunggu kelanjutannya. sayangnya respon mark semakin membuat jengkel. cowok itu tersenyum mengejek dan membalas, "ngapain juga gue mengharapkan cewek kayak lo? sumpah, how lucky i am gak langgeng sama cewek seposesif lo. oh, bagusnya sih gue udah nyobain—" kalimat mark menggantung seraya menatap bibir luia.

perlahan bahu luia terguncang, mark seolah menjatuhkan harga dirinya di depan renjun dan orang lain. "apa? lo jangan buat-buat gosip lagi ya, lo—" kata luia dengan suaranya yang bergetar. "lo mau apa sih dari gue?"

mark mendekati telinga luia dan membisikkan, "pengen aja liat lo jatuh karena berani macam-macam sama gue."

renjun menarik kerah baju mark dan memukul wajahnya sampai mark tersungkur ke tanah. semuanya terkejut, dengan dinda yang spontan menghampiri pacarnya itu. luia menangis namun sayangnya, luia merasa gak punya tenaga untuk menghentikan semuanya. ucapan mark terlalu menyakiti hati luia sampai membuatnya terpaku. dia gak pernah menyangka, orang sebaik mark tega mengatakan dan melakukan semunya.

melihat temannya diserang, jaemin lantas menendang renjun dari belakang. dan terjadilah baku hantam satu lawan dua gak jauh dari koperasi. suasana yang tadinya terbilang sepi kini perlahan ramai, mereka datang mengamati perkelahian antara rendi dan marvin serta jaendra. melihat orang-orang mulai berkerumun, luia pun bergerak untuk berusaha menarik dan melindungi renjun, apalagi disaat renjun tertendang di bagian dada dan perutnya, namun sialnya mark secara gak sengaja mendorong luia sampai jatuh dengan badannya yang terbentur di pilar sekolah.

"luia!" seru jean dan menghampiri luia dengan wajah panik. dinda sendiri berusaha menghentikan perkelahian yang masih berlanjut, diikuti dengan mark yang terkejut karena ulahnya sendiri.

"lui—" gumam renjun yang kini sudut bibirnya berdarah sambil menghampiri luia. renjun menggeser jean, dan menemukan luia menangis memegangi kakinya. "luia, sayang—"

tiba-tiba terdengar bunyi peluit di telinga semua orang. kerumunan mulai membubarkan diri tatkala sadar jika suara itu bersumber dari ibu irene, ibu dewi alias penanggung jawab bina dan konseling sekolah, telah berdiri dan berkacak pinggang dengan raut kesal. awalnya bu irene hanya melihat mark dan jaemin yang penampilannya sudah urakan. tetapi begitu melihat luia yang berada di lantai bersama renjun, bu irene terkejut dan lantas menghampiri mereka.

"kamu kenapa?" tanya bu irene khawatir. luia gak menjawab dan hanya bisa terisak memegangi kakinya. perlahan bu irene menggeser tangan luia dan menemukan lebam cukup serius disana. spontan bu irene meminta pada orang-orang yang tersisa untuk memanggil petugas medis yang berada di ruang kesehatan. sesudahnya, beliau kemudian menoleh lagi lengkap dengan setelan death-glarenya pada mark serta jaemin. "luia ke uks dan kalian semua yang berantem—ke ruangan ibu sekarang!"

RENDUALITY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang