19ーplaying victim

4.8K 1.2K 601
                                    

[writer side]

pukul 5 sore, luia dan renjun baru berjalan ke parkiran untuk beranjak pulang. awalnya sih karena renjun menunggu luia yang harus ikut rapat osis, dan begitu luia selesai malah renjun yang dipanggil untuk ikut rapat band. gak seperti biasanya, kali ini luia kelihatan lesu dan terus diam sedari sekretariat osis.

"kenapa?" tanya renjun sedang membuka sadel motornya yang baru dia ambil di warung belakang sekolah. "mau berak?"

"ah, renjun mah!"

"terus? kok gak mood begitu muka lo kayak orang gagal pesugihan."

luia menghela nafas berat. ketika cewek itu tengah mengenakan helmnya, secara bersamaan jaemin dan han atau member geng sebelah, datang menghampiri mereka. renjun reflek meraih luia dan menggeser cewek itu sampai berdiri di belakangnya.

"kenapa?" tanya renjun dengan nada dingin.

jaemin memainkan lidah pada gusinya sambil berkacak pinggang sebelum mengucapkan sesuatu. dia menatap renjun dan luia sedikit menghakimi entah karena apa.

"lo kenapa liatin gue? naksir? sorry gue gak homo."

"cih—" jaemin terkekeh sebentar dan mendengus. "lui, lo seposesif apa sih sama renjun? gue gak nyangka lo sampai agresif banget ke dinda."

luia tersentak, begitu juga dengan renjun.

"lututnya lebam gitu abis ketemuan sama lo. mark sampai marah karena tau hal ini." sambungnya. berbeda dengan jaemin yang langsung berterus terang, han sendiri terlihat ragu dengan kondisi yang dirasanya semakin kurang kondusif saat ini.

renjun menoleh pada luia seolah meminta penjelasan. ini membuat luia merasa terpojokkan dan akhirnya dengan terpaksa berkata jujur pada renjun. "maaf, tadi itu gue bukannya ke perpus dan sebenarnya gue ketemuan sama dinda. tapi gue cuma mengobrol, gue gak menyentuh dinda sama sekali, sumpah."

"gak gitulah cara mainnya lui, kalau lo kesel ya jangan sampai main tangan."

"demi tuhan gue gak melakukan apa-apa, jaemin."

"lo ada bukti gak sampai nuduh-nuduh pacar gue? lagipula ngapain luia mau main kasar sama dia?"

"woy woy apaan nih?" ujar seseorang yang datang bersama dua orang lainnya. mereka adalah haechan, yangyang, dan felix.

"oi bro." sapa felix pada han sambil melakukan high-five terlebih dulu, disaat-saat seperti ini. "gue sama han satu tongkrongan futsal, hehehe."

dahi yangyang mengerut. "emang yang nanya lo siapa? pasir?"

"cong, kita lagi nanya ini kenapa, lo berdua malah cekcok." ujar haechan sebal dan berhenti di samping renjun serta luia. cowok itu secara tidak langsung berhadapan dengan jaemin, orang yang punya cerita brengsek tersendiri dengan dia. "kenapa?"

"temen lo—" jaemin mengendikkan dagunya pada luia. "dia udah kelewatan."

"iya gue tanya kenapa ya langsung jawab intinya aja. jangan kayak orang tolol ah."

"santailah anjing."

"lah emang gue kenapa?"

"ya ya, belom apa apa malah lo berdua yang baku hantam?" tanya han seraya menggeser posisi jaemin agar argumen antara temannya dan haechan berakhir. "biar gue yang bicara. ini—katanya luia ngedorong dinda sampai dinda jatuh dan kakinya lebam, soalnya luia naik pitam pas ngobrol di rooftop tadi. katanya ya katanya."

"hah?"

haechan, yangyang, dan felix menatap luia secara bersamaan. luia sudah tampang pasrah karena benar-benar kaget atas tuduhan yang dilontarkan geng sebelah. karena memang kenyataannya luia gak menyentuh dinda, sedikit pun.

"gue sih gak percaya." yangyang angkat bicara. "pas masalah yang kemarin aja yang langsung ngalah ya cuma lui."

felix mengangguk setuju. "betoool. jangankan aniaya orang, nyamuk aja dia izin dulu kalau mau ditepok."

tolonglah lix, timingmu gak pas.

"apa-apaan sih main nuduh aja lo kayak anak sumur." ejek haechan.

tiba-tiba yangyang menyikut lengan haechan yang membuat semuanya mengikuti arah tatapan yangyang. ternyata mark datang, bersama dinda dengan cardigan pinknya serta wajah yang sembab juga memelas. luia melirik lutut dinda dan memang benar, disana ada lebam. raut wajah mark menjadi garang dan gak sefriendly biasanya. ini membuat genggaman luia ke renjun mengerat, membuat renjun sadar kalau luia dibuat gelisah.

semuanya masih terdiam, sampai pada akhirnya mark berhenti di depan renjun yang seperti menjadi tameng untuk melindungi luia. "lo—" kata mark dan menunjuk luia dengan jarinya beberapa saat. "kalau masih dendam sama gue jangan lo lampiasin ke dinda."

baru saja renjun ingin meledak karena perlakuan mark, tiba-tiba saja yangyang mendorong bahu mark. "maksud lo apa nunjuk-nunjuk cewek? gak diajarin sopan santun lo?"

"ngapain lo ikut campur?"

tanpa menunggu aba-aba, felix menarik yangyang dan haechan menahan renjun agar gak terpancing. semuanya lumayan terkejut karena baru kali ini yangyang ikutan emosi.

"sinting ya sinting aja sama circle lo, brader. gak usah gitu sama cewek, anyinglah." umpat yangyang.

luia semakin tersudutkan, sialnya luia gak bisa menangis karena terpuruk, hanya pasrah di tempat masih dengan menggenggam tangan renjun. hingga akhirnya tiba saat dimana dinda berhadapan dengan renjun. cowok itu pun berkata, "lo kenapa? kenapa lo sampai nuduh pacar gue?"

"kok malah nyerang gue?" ujar dinda.

"ya lucu aja sih kalau sampai gue dapat ternyata bukan cewek gue yang apa-apain lo. tolong jangan playing victim, din."

mark menepuk dada renjun menggunakan kepalan tangannya. "lo—mestinya—tau diri. gak sadar yang dirinya bermasalah siapa?" ucapnya penuh penekanan. "lo sama lui."

"yaelah— yang mestinya tau diri itu lo semua, bangsat. gak usah nyari masalah, kita semua udah kelas 12, mau lulus. gini deh, kalau mau ribut sokin sama gue aja. cewek gue mesti belajar, mesti fokus, cita-citanya tinggi. paham gak lo? jangan gangguin dia ya, bangsat. bangsat lo, bangsat." ujar renjun penuh kekesalan lalu kembali menarik luia untuk naik ke atas motornya. setelah itu renjun segera menyalakan mesin motor dan pergi dari sana.

seperginya renjun, haechan mengajak kedua temannya yang lain untuk membubarkan diri agar ibu irene—si guru bk yang masih ada di ruangannya—gak curiga melihat kerumunan mereka. tapi sebelum itu haechan berhenti dihadapan jaemin dan berkata, "lo udah bermasalah sama gue sebelumnya. jadi gak usah sok ya bro? thanks."

;;;
sorry sorry aja yang namanya dinda yak, di book ini lu nyebelin ;_; doain aja next booknya love again universe gue lu tobat ya din, bapak lo nonton din ;_; sorry juga soalnya geng sebelah alias mark, dinda serta antek-anteknya blangsaknya minta ampun.

RENDUALITY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang