22ーperisai

4.5K 1.2K 850
                                    

ciluuuk mberrr komentar chapter sebelumnya nembus 400 astaga sumpah gue nangis? alay banget emang tapi gatau bangga aja lah gue sama lo semua sebaik itu nyemangatin gue. kedepannya gue bakalan berusaha yang terbaik lagi, promise! semangat untuk gue dan kita semua! tahan tahan sampai ending ya brou!
;;;

akibat perkelahian yang terjadi di depan koperasi sekolah sampai mengakibatkan luia terluka, satu sekolah langsung heboh dan mengaitkan masalah tersebut dengan gosip yang sebelumnya tersebar. abang-abang penjaga koperasi sampai diminta jadi saksi, padahal waktu itu dia cuma melayani murid-murid yang datang kesana.

di sisi lain, setelah diproses di ruang bina konseling, renjun, mark, dan jaemin diminta keluar dari sana setelah mendapat teguran keras. bukan sekadar teguran, karena kalau sekali lagi mereka membuat onar atau kejadian yang seheboh ini, maka sanksinya adalah skorsing yang bisa aja membahayakan diri mereka di masa-masa akhir sekolahnya.

sementara itu, di uks hadirlah haechan, yangyang, felix dan jia yang sigap menemani luia. beberapa teman yang lain hatinya terketuk untuk menjenguk luia secara bergantian karena cukup kaget dengan masalah ini. disana juga terlihat seungmin atau salah satu member geng sebelah yang begitu prihatin dengan luka yang didapatkan luia. katanya, dorongan mark cukup keras dan saat menghantam pilar, tubuh luia berada dalam posisi yang sangat gak mendukung.

anehnya seungmin bilang, sebagai perwakilan dia sangat meminta maaf dengan kelakuan blangsak teman-temannya, termasuk dinda dan jean yang tadi berada di tempat kejadian.

"perwakilan, perwakilan—" omel yangyang. "emang kira ini kantor bus buat study tour apa? segala pake perwakilan! liat nih anak orang sampe lebam! ini mah dia yang bener-bener jadi korban! mana tuh si mark? anjir lo mark gue kutuk lo besok jadi semangka!"

"lo ngutuk siapa? gorden? sana lo marah-marah pake panci di tengah lapangan." sambung haechan.

"maaf, gue bener-bener minta maaf." kata seungmin sekali lagi.

"kenapa lo yang minta maaf hey? mana temen lo?"

"udah, udah. gak apa-apa, min. lo gak salah, jean juga—dia gak ngapa-ngapain kok. lo balik ke kelas aja sana."

"astaga luia jangan baik banget please. hantam aja lah kalau perlu, mark sama dinda itu—" ucap felix. "pengen tak— hih!" sambungnya geram. "seungmin, lo balik sana! gue ikutan emosi nih."

seungmin pun mengalah sambil mengangguk ringan, berat hati meninggalkan luia dan kawan-kawan. cowok itu keluar dari uks kemudian digantikan dengan kehadiran renjun yang baru masuk.

"eh ibu jia, kok lo diem aja sih daritadi?" tanya haechan pada jia yang masih mengobati luka di tangan luia karena tergores paku.

"gue kalau ngomong bakalan gue kata-katain pake kata kasar dari semua bahasa yang ada di dunia."

"mantap jia." puji yangyang. "jadi guru gue ji, nanti gue bayar pake mahar."

jia menatap yangyang sinis.

"hehehe."

renjun berjalan dan menghampiri luia sambil memegangi perutnya dengan wajah sedikit kesakitan. dia lalu duduk di atas ranjang, tepat di samping luia. melihat raut wajah renjun, felix pun bertanya. "lo kenapa?"

"ini—sakit aja."

"sakit banget?" tanya luia. jia langsung menghentikan kegiatannya, dan yang lain reflek mengamati renjun. cukup lama renjun terdiam dan berujung pada bibirnya yang melengkung tersenyum tipis. "enggak." jawabnya.

"gimana tadi? lo dihukum?"

renjun menggeleng. "dapat teguran doang."

"si geng sebelah?" tanya felix.

"kurang tau, soalnya pas gue disuruh keluar mereka masih tinggal. yang gue taunya, si jaemin brengsek paling banyak kena omel sama teguran soalnya dia kan anak kepsek. terus dia juga masih sering nempel poster-poster mukanya di mading."

yangyang mendadak tertawa terbahak-bahak. "serius lah, anjay gurinjay. demi apapun, baru kali ini gue berbahagia di atas penderitaan orang lain. hahaha! ya tuhan, gak sekalian tuh jaemin ngeprint mukanya di baliho terus pasang di perempatan mampang. biar dituntut sama gubernur."

"ah elo mah." haechan menyikut yangyang. "ngelawaknya gak usah diulti begitu anjir, hahaha!"

"weh bentar, tumben gue gak liat shena?" ujar felix. "biasanya kan dia nongol juga kalau ada yang kayak begini."

jia berdecak kesal. "gak usah dicari!"

"kenapa?"

"mending lo nyariin temen lo noh, si wahyu. dari kemarin dia juga gak nongol." tambah haechan.

"wahyu saha? oh, hyunjin?"

haechan mengangguk.

"udah, udah." luia menginstrupsi semuanya dengan menepuk tangan. "gak usah cari yang gak ada, fokus aja sama yang ada disini."

"yoi bro, fokus sama diri sendiri aja bukan sama mantan." ledek yangyang seraya melirik haechan. "heran, kenapa temen-temen gue pada mantanan sama geng sebelah sih? curiga gue kita sekarang reinkarnasi dari gangster italia yang suka baku hantam tapi malah jatuh cinta sama musuh sendiri."

"sumpah yangyang, pikiran lo bisa direset dulu gak sih?" tanya renjun.

"hehe, maaf. terlahir cerdas gak jelas kayak begini juga bukan maunya gue."

"please makanya lo—" jia menepuk mulut yangyang. "diem aja."

"iya diem, iya. iya maap." yangyang pun mengatupkan bibirnya.

"sorry ya renjun." kata jia yang menarik semua perhatian teman-temannya. "dulu gue yang paling negative thinking ke lo, gue kiranya lo cuma main-main. ternyata sekarang lo yang jadi perisai buat lui. sekali lagi, maaf banget gue pernah menganggap lo sebagai orang gak baik."

luia menoleh pada renjun yang menunduk, "gak apa-apa. orang-orang kan sebelum kenal aja biasanya langsung ngatain gue brengsek." balas renjun.

"iya soalnya muka lo judes banget kayak kim jong un." cercah felix. "giliran jalan bareng lui aja mukanya kayak nobita lagi ngemis minta beras."

"renjun, sesayang itu ya lo ke lui?"

"kenapa malah bahas yang beginian sih?" tanya luia yang mulai salah tingkah.

"iya woy." tambah yangyang. "kulit gue udah mulai gatel-gatel menghadapi keuwuan ini, iyuuuh—"

"lui itu orangnya beda banget daripada yang lain." jawab renjun lalu melihat luia dari dekat. "dia juga judes kan? cuek. tapi sebenarnya dia lembut banget kayak permen kapas. dia juga cewek yang bener-bener mengejar cita-cita jadi dokter, maka dari itu gue harus bantuin dia untuk fokus belajar."

"lui jadi dokter, lo jadi apa?"

"jadi suaminya dong."

"yeee, si monyet mulai lagi!"

"serius, gue gak bakalan nikah kalau bukan sama luia."

seisi ruangan langsung bergemuruh riuh, bahkan yangyang dan felix saling mencekik satu sama lain. lain halnya dengan luia yang cuma tersenyum tipis sambil memperhatikan renjun yang tertawa renyah namun masih memegangi area perutnya. luia memang senang, tapi di sisi lain luia juga khawatir kalau sebenarnya ada yang gak beres dengan cowoknya sendiri.

sementara itu, pada anak tangga lantai 3 terlihat seorang shena yang melangkahkan kaki ke lantai atas, seorang diri. begitu tangannya berniat menarik pintu yang menghubungkan langsung dengan rooftop, tiba-tiba seseorang mencegat tangannya. shena menoleh dan menemukan hyunjin yang tanpa basa-basi bertanya, "lo mau ke rooftop?"

"ya mau kemana lagi?"

"lo—" ujaran hyunjin menggantung.

"iya, mau ketemu mereka lagi. lo juga kan?"

hyunjin menyunggingkan senyum tipis usai mendengar shena. gak menunggu waktu lama, mereka membuka pintu dan berjalan dengan langkah sejajar. disana, hyunjin serta shena bertemu dengan mark, dinda, serta kawanan mereka yang lain.

RENDUALITY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang