28ーfirasat

4.3K 1.1K 280
                                    

tanggal 30 juni 2019, gue bangun tidur dengan perasaan yang lebih tenang dibanding hari-hari sebelumnya. setelah renjun sadar dari rehat panjangnya, semalam gue mendapat kabar lagi, kalau gue lolos tahap pertama alias tahap pemeriksaan berkas untuk lanjut ke salah satu perguruan tinggi di singapura.

bahagia? banget. tapi di sisi lain seperti ada yang kegelisahan dalam diri gue atas kebahagiaan ini.

usai berlama-lama memikirkan itu, gue menghela nafas dan bangkit, menemukan pantulan gue di dalam cermin dengan rambut yang begitu amburadul. gue mendengkus, merasa sangat gak bersyukur atas semua pemberian tuhan hingga detik ini.

gue lalu menyibakkan selimut dan turun dari ranjang untuk merapikan rambut. setelah itu gue membasuh muka, kemudian keluar untuk sarapan. rumah gue sepi, pastinya. papa dinas keluar kota lagi, dan mama udah ke rumah sakit. rutinitas gue hari ini? seperti biasa. sarapan, mandi, dan ke rumah sakit untuk bertemu renjun. tapi sayangnya di luar sedang hujan deras dan papa gak ada, jadi gue kebingungan mau kesana naik apa.

selagi gue sarapan di ruang tengah, gue menyalakan tv untuk menemani gue dalam kesendirian. disini ada jendela yang bisa melihat keluar rumah, tepatnya menuju pagar depan. sesekali gue melirik kesana, melihat rintikan hujan yang masih cukup deras. gak lama kemudian ponsel gue bergetar, menunjukkan nama felix disana. gue menggeser tombol hijau dan mendekatkan ponsel ke telinga.

"halo lix, kenapa?"

"selamat pagi, dengan burger king. mau pesan apa mbak? bulan ini kita lagi ada promo— blablabla—"

"lix, apaan deh? sinting lo?"

"hehehe, mau ke rumah sakit gak? yangyang nyuruh gue nganterin lo. kebetulan yang lain juga bisa ngumpul hari ini."

"hm—boleh! tapi sejam lagi ya, soalnya gue belum mandi."

"oke, paket panasnya dua, ditambah krim supnya, total 150 ribu ya mbak. mau cash atau tunai?"

gue langsung menekan tombol merah dan meletakkan ponsel di sofa sebelah. akhir-akhir ini, felix kayak gak beda jauh sama yangyang, makin-makin gilanya. padahal kita mau masuk universitas, masuk perguruan tinggi. yakin gak tuh mereka mau lanjut dengan kepribadian kayak gitu?

selagi menghabiskan sarapan, gue kembali melirik keluar rumah. awalnya terasa biasa aja, tapi gue langsung tersadar jika ada sesuatu yang aneh terjadi. gue spontan berdiri, memincingkan mata dan menemukan sebuah motor merah yang terparkir di depan pagar. motor itu terasa gak asing, dan sesaat kemudian gue tersadar, itu motornya renjun!

gue berlari keluar rumah dengan langkah super cepat, diikuti dengan seol yang terkejut lalu memilih mengekor di belakang gue. gue membuka pintu rumah dan mendapati renjun tengah mengintip dari balik pagar dengan helmnya. ya tuhan— bukannya renjun belum bisa keluar dari rumah sakit?

"lo ngapain hujan-hujan begini?!" tanya gue sambil menarik dia masuk ke dalam teras.

renjun terkekeh dengan badannya yang basah kuyup seraya melepas helm. "pengen ketemuuu."

"ya gak gini juga. lo kabur ya dari rumah sakit?!"

renjun tersenyum.

"tunggu, gue mau ambil handuk kering di dalam."

"eh—" renjun meraih tangan gue. "bentar."

gue mengerutkan kening.

renjun mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan memberikan sebungkus sour candy seraya berkata, "buat cemilan."

"heh, kenapa sih?"

renjun tersenyum, lagi.

"tunggu dulu ah! gue mau ambil handuk, lo jangan kemana-mana!"

renjun mengangguk.

"seol—" kata gue pada si kucing. "jagain dia oke?"

seol hanya menatap gue dan duduk di samping renjun.

gue kembali masuk ke dalam rumah serta masuk ke dalam kamar orangtua yang dimana itu adalah kamar terdekat untuk mengambil handuk baru. sesudah menariknya, gue mendengar ponsel gue yang masih ada di ruang tengah kembali berderit, dan kali ini adalah telepon dari mama.

"iya ma, kenapa?" ujar gue setelah mengangkat telepon.

"kamu udah bangun? jam berapa kesini?"

"kemana?"

"ke rumah sakit, temenin rendi. kasian kalau dia bangun terus malah sendiri, soalnya temen kamu juga belum datang."

jantung gue terasa berhenti berdetak untuk sesaat.

"luia?"

"mama ngomong apa sih?" gue bertanya lagi untuk memastikan ucapan mama sambil keluar agar bisa memberikan renjun handuk. "renjun ada di—"

renjun mendadak gak ada di teras, hanya tersisa seol disana. pagar tertutup rapat, gak ada siapapun di luarnya dan hujan masih awet. tiba-tiba gue merasa pusing dan sangat bingung dengan apa yang baru saja terjadi. bibir gue bergetar, merasakan ketakutan yang mendadak datang menghampiri gue.

"luia, kamu kenapa?"

"mama, renjun belum bangun? mama bisa ke kamarnya gak? kasih teleponnya ke dia, siapa tau renjun udah bangun. sekalian pastiin dia."

"mama ada pasien rawat jalan, biar mama kasih ke suster ya hapenya? nanti dia yang ke ruangan renjun. kamu gak usah matiin teleponnya."

gue mengiyakan ucapan mama secepat mungkin. gue menunggu ponselnya sampai ke renjun, seraya menggigiti kuku juga menggoyangkan kaki untuk mengontrol resah. gue berharap semuanya baik-baik aja, namun sialnya firasat gue memburuk. cukup lama gue menunggu kepastian, dan akhirnya gue mendengar suara parau persis seperti yang gue harapkan.

"halo—"

gue menghela nafas lega dengan mata yang berkaca-kaca. "ren, lo baik-baik aja?"

"iya, gue baik-baik aja. gue baru aja bangun, mungkin sekitar 10 menit yang lalu."

gue menutup mulut, berusaha agar isakan gue gak terdengar. gue berusaha menetralkan perasaan gue yang sangat rumit ini dan akhirnya cuma berkata, "gue kangen sama lo, ren."

"hahaha, astaga—kan kemarin baru ketemu. kangen lagi?"

"ren, tunggu gue ya? jangan tidur dulu. pokoknya jangan tutup mata lo sampai gue datang. oke?"

"iya, iya. lo kenapa sih? gue masih ada, gue masih hidup. kayak apa aja. gak usah buru-buru, gue tungguin."

gue menangis tanpa suara dan tanpa sepengetahuan renjun. seol terus menatap gue bingung dan seol bangkit, mendekat kemudian berbaring di kaki gue.

seol, kamu juga liat hal tadi kan? ini bukan pertanda apa-apa kan? renjun baik-baik aja. ya, dia akan selalu begitu. maybe i was feeling something so deep, but—damn. there was no words to explain it.

 ;;;source pict belongs to the owner, trims!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


;;;
source pict belongs to the owner, trims!

RENDUALITY ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang