07. Rutinitas

5.9K 885 136
                                    

Jo menatap ponsel di tangannya dengan gamang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jo menatap ponsel di tangannya dengan gamang. Ada sesuatu yang tersentil di dalam dadanya saat membaca chat terakhirnya dengan Aurora yang mengabarkan bahwa dirinya sedang di acara reuni bersama dengan Banu. Banu yang seharusnya meeting bersama dirinya dan Saturnus malah seenaknya cabut setelah manggung, mangkir dari meeting yang ternyata hanya untuk datang ke acara reuni sekolahnya.

"Kenapa lo bengong?" Odi meletakkan secangkir kopi yang baru saja ia buat di meja pantry.

Keduanya baru sampai di studio sekitar sepuluh menit yang lalu setelah selesai meeting dan dilanjutkan dengan makan malam. Selama itu pula Jo memandangi ponsel di dalam genggamannya dengan muka bertekuk-tekuk.

"Lo daritadi ngeliatin hape mulu. Ada masalah apa, sih? Tadi kan meeting-nya lancar-lancar aja."

Jo baru akan membuka mulut saat menyadari bahwa Odi belum tahu menahu perihal hubungannya dengan Aurora.

Akhirnya Jo hanya bisa menjawab, "Nggak ada."

Ia tidak tahu hubungan seperti apa yang terjalin antara Aurora dan Banu. Cara Aurora menceritakan tentang Banu tempo hari menunjukkan kedekatan yang tidak biasa. Sedekat apa keduanya itu sampai bisa mempertahankan pertemanan bertahun-tahun tanpa ada perasaan suka platonis terhadap satu sama lain. Ia tidak ingin tahu, tetapi terus-terusan kepikiran.

Seharusnya itu bukan urusannya. Kalau Aurora dan Banu menjalin hubungan, itu artinya posisi Jo sekarang adalah orang ketiga yang masuk ke kehidupan Aurora. Kalau memang benar begitu duduk perkaranya, ia tentu tidak akan bersusah payah bertahan dalam perjodohannya dengan Aurora. Ya, pernikahan mereka bisa jadi tidak akan pernah ada di masa depan. Ia akan membiarkan Aurora memilih Banu dan menghentikan semua kegilaan ini.

Tetapi kenapa rasanya sangat salah?

"WOY!!! Malah bengong."

Jo mengerjapkan matanya. Tidak berminat membalas tepukan keras di punggungnya. Teman yang merangkap sebagai asisten produser di Jo's Music itu sepertinya punya dendam pribadi yang sudah menumpuk dan sengaja dilampiaskan lewat tepukan penuh tenaga tadi.

"Gimana? Lo mau nginep atau balik apartemen?" Tanya Odi lagi. Bersiap-siap pulang. Membiarkan cangkir kopinya yang tinggal ampas itu bertumpuk dengan gelas-gelas kotor di washdisher.

"Lo duluan aja."

"Mau nginep studio lagi? Nggak sakit apa badan lo begadang mulu. Nggak tidur berhari-hari. Badan tuh disayang, kek. Lagian ngapain juga nyiksa diri sendiri padahal punya kasur enak di apartemen. Kalo lo sakit, yang rugi nggak cuma elo. Tapi pegawai lo juga."

Jo bukannya tidak kesal mendengar sindiran dari Odi. Hari ini dia memang sudah berniat lembur, lagi. Rencananya ia akan menyelesaikan dua lagu untuk album Saturnus -yang setelah diskusi alot beberapa minggu terakhir tercapai kesepakatan untuk memajukan jadwal comeback di bulan Oktober. Ia sudah terlalu menghabiskan banyak waktu untuk hal-hal yang tidak penting. Ia terlalu sibuk memikirkan masalahnya dengan Aurora. Well, sepertinya hanya dirinya yang menganggapnya masalah, sementara Aurora terlihat tenang-tenang saja.

Non-matching Puzzle Pieces [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang