23. Rendezvous

5.2K 666 70
                                    

"Kemarin gue abis ngelamar Aurora," cetus Jo di tengah keheningan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kemarin gue abis ngelamar Aurora," cetus Jo di tengah keheningan. Jo sedang berkumpul dengan teman-temannya di apartemen Malik. Awalnya hanya untuk menghibur Malik yang sudah berhari-hari karena baru saja putusㅡmumpung masing-masing punya waktu yang agak luang jugaㅡtetapi pada akhirnya merambat saling cerita masalah pribadi masing-masing dan berujung pada curhat bergilir.

Tiga orang yang duduk di karpetㅡmengelilingi meja rendah yang penuh dengan makanan, rokok, ponsel, kartu UNOㅡmenatap Jo dengan ekspresi yang berbeda-beda. Bagas tampak kaget. Bima dengan ekspresi syok berlebihan. Sedangkan Malik menatap Jo dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Jadi, ini keputusan final lo?" komentar Malik.

"Lo udah yakin banget mau kawin?" tanya Bagas, memastikan dirinya tidak salah dengar.

"Kalo kawin, mah, dia udah sering, Gas. Ini nikah. Bukan buat sehari dua hari tapi seumur hidup," timpal Malik. Matanya masih awas, menyelidik gelagat dan ekspresi muka Jo yang tampak santai.

"Lo kalah sama perasaan lo sendiri, ya? Mampus, akhirnya join juga ke bucin tolol club. Gimana rasanya menjilat ludah sendiri?" ejek Bima.

"Gue nggak ngerasa tolol. Lo doang kali," balas Jo sambil menyulut rokok, "dan, ya, ini keputusan final gue. Gue rasa kalo misal gue mundur gue sendiri yang bakal susah."

"Lo beneran udah head over heels sama Aurora? Gila, makin penasaran aja gue sama cewek lo. Lo bertahun-tahun bisa tahan nggak jatuh cinta sama cewek, kok sama Aurora bisa segampang itu?" Bima menanggapi dengan heboh sambil bertepuk tangan. Tidak terbiasa dengan perubahan sifat Jo yang terlalu mencolok. Atau mungkin memang selalu seperti itu kalau seseorang sedang jatuh cinta?

"Ya karena selama ini cewek yang jalan sama gue hampir semua setipe. Nggak ada yang bisa narik gue ke dalam teritori mereka. Kalo sama Aurora beda, gue yang memutuskan buat masuk." Jo menghembuskan asap rokok dari mulutnya perlahan. "Hari ini mungkin gue belum terlalu ngerti tentang Aurora. Tapi gue siap dan mau kalaupun harus belajar seumur hidup buat semakin ngertiin dia."

Bagi Jo, bertemu Aurora adalah jalan yang sudah digariskan Tuhan, yang bisa membuatnya mengubah persepsi bahwa pernikahan bisa jadi tidak semengerikan seperti yang ia bayangkan. Bahwa menikah dengan Aurora tidak akan menjadi seburuk itu.

Bertemu dengan Aurora, dan berkenalan dengan gadis itu, membuat Jo yakin bahwa ia bisa membangun rumah yang nyaman untuk pulang. Dengan Aurora, ia akan menciptakan rumah ternyaman yang akan selalu ia rindukan, agar ia tidak lagi bingung mencari tujuan untuk pulang. Ya, Jo ingin mewujudkan itu.

"Bagus kalo lo nangkep maksud omongan gue waktu itu," ucap Malik dengan serius. Dalam hati ia benar-benar bersyukur temannya bisa mengambil keputusan dengan memikirkan semua matang-matang.

"Kayaknya kita perlu bikin syukuran, deh," usul Bagas tiba-tiba. "Jarang-jarang lihat Jo muji-muji cewek tanpa mikir ke arah selangkangan. Mana mukanya cerah banget tiap ngomongin Aurora."

Non-matching Puzzle Pieces [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang