"Naega ireoneunde, neo geuraedo chukgo shipeo?"* Seorang perempuan berambut pendek menatap laki-laki di depannya dengan sedih. Air mata menggenang di pelupuk mata.
Laki-laki yang ditatapnya itu menjawab dengan kelu. "Ani. Salgoshipeo."*
Tepat setelah kata itu terucap dari bibir Moo Young, pintu terbuka. Dari sana muncul seorang laki-laki berpakaian serba hitam dan bertopi datang. Ia menodongkan pistol dan menembakkan peluru yang tepat mengenai punggung perempuan berambut pendek tadi.
Perempuan itu hampir tersungkur sebelum diraih oleh laki-laki di depannya. Seakan dunianya runtuh melihat perempuan di depannya terluka, laki-laki itu bahkan tidak sadar saat sebuah peluru menembus dadanya. Keduanya rebah di lantai, saling berhadapan dengan mata yang lekat saling menatap.
"Saranghae."* Laki-laki itu tersedak. Matanya tertutup perlahan. Badannya berhenti bergerak.
Sang perempuan menangis dengan hati yang meneriakkan kata yang sama, "Nado saranghae."*
Takdir yang begitu kejam. Keduanya pergi dengan tragis setelah saling mengungkapkan perasaan masing-masing untuk yang terakhir kalinya.
Alunan musik yang begitu pilu semakin membuat hati teriris. Potongan adegan terakhir membuat Aurora terisak. Matanya sudah buram karena air mata.
Jo mengangsurkan kotak tisu tanpa mengatakan apa pun dan melanjutkan kegiatannya, berkutat dengan laptop.
"Arghhh, sedih banget. Waktu Moo Young bilang dia pengen hidup, rasanya nyesek banget." Aurora menyeka air matanya. "Kenapa ending-nya gini amat, sih."
Jo berjengit mendengar teriakan Aurora. Sejak tadi gadis itu anteng di depan laptop, tidak bergeming setiap kali diajak ngobrol. Namun, tiba-tiba saja Aurora terisak, air mata membanjiri mata. Kemudian ia berteriak sambil memukul-mukul bantal minion dengan sadis. Jo sudah beberapa kali melihat Aurora yang begini jadi ia sudah mulai terbiasa dan tidak terlalu kaget.
"Nggak papa. Aku ikhlas. Diakhir hidup mereka, mereka tetap bersama dan tahu betapa mereka saling mencintai satu sama yang lain." Aurora bermonolog dengan dirinya sendiri. Ia merebahkan kepala di sofa. Wajahnya sembab dengan mata yang agak bengkak karena terlalu banyak mengeluarkan air mata.
"Mas Jo, pengen makan es krim nggak?"
"Aku lebih butuh kopi," jawab Jo tanpa mengalihkan perhatian dari laptop di depannya.
"Kopi lagi? Kamu sehari minum kopi berapa kali, sih, Mas?" Suara Aurora terdengar sengau.
"Aku minum kopi kalo lagi butuh banget aja."
"Kalo lagi butuh banget tapi tiap hari ngopi." Aurora berdecak sambil mengumpulkan gumpalan-gumpalan tisuㅡbekas untuk menghapus air mata dan ingusㅡdan bungkus-bungkus makanan ringan yang berserakan di atas karpet lalu membawa sampah-sampah itu ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Non-matching Puzzle Pieces [TAMAT]
RomansaFOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA^^ . . . Berkisah tentang Jo dan Aurora yang dipertemukan dalam acara perjodohan yang dirancang keluarga. Perjodohan itu menjebak Jo dan Aurora dalam ikatan tanpa cinta. Proses perkenalan mereka tidak berlangsung mulus. Pe...