Julia mengendus-endus kala mencium bau yang kurang mengenakkan. Ia mengikuti arah bau dan sampailah di Leon. Julia meletakkan piring, kemudian mengangkat Leon. "Mandi belum sih?" monolog Julia.
"Belum, Non. Kan dari tadi Leon main sama Non Julia," jawab Bibi di tengah kesibukan menyapu lantai.
Bibi tersenyum melihat Julia yang mulai mau berinteraksi dengan anak kecil. Dulu, Julia sangat benci anak kecil karena seorang anak pernah melempar kunci motor Julia, lalu melemparnya ke dalam gorong-gorong. Bibi berharap semoga Leon tidak akan melakukan itu.
"Mandi gih. Lo bau," kata Julia.
"Cama Mommy."
"Mandi sendiri. Udah gede juga," balas Julia.
Julia menurunkan Leon, kemudian berdiri setelah memungut piring yang telah kosong. Julia menatap piringnya. Beruang liar itu benar-benar rakus. Ia menghabiskan sepiring nasi goreng sendirian. Julia menggeleng.
Leon mengira Julia akan meninggalkannya lagi. Dengan sigap, tangannya memeluk kaki gadis itu. Bibirnya sedikit melengkung. Sudah lama ia tidak bertemu Mommy, jadi ia tidak akan membiarkan Mommy pergi lagi. Daddy pasti senang jika dirinya membawa Mommy pulang.
"Mommy, uyang," minta Leon sambil mendongak.
"Uyang? Kuyang? Ngomong yang jelas dong. Gue nggak paham bahasa bocil," sahut Julia.
"Uyang, yumah Daddy."
"Rumah lo di mana?"
Leon terdiam. Otaknya bekerja keras mengingat lokasi rumah yang ada Daddy di sana. Dahinya berkerut. Tangannya menggaruk pipi. "Ndak au," jawabnya.
Julia memutar mata. Kalau saja beruang ini ingat rumahnya, Julia akan segera memulangkannya. Bisa bahaya jika Leon terus berada di sini. Posisinya sebagai anak tunggal terancam.
"Mommy, Eyon cuka Mommy, cayang Mommy. Eyon cuka Mommy," ucap Leon kemudian.
"Apaan sih? Sok imut. Sana mandi!"
Setelah berteriak kepada Leon, Julia merasa bersalah. Namun, ego lebih menang dari hati nuraninya. Julia membuang muka kala mata Leon berkaca-kaca.
"Hiks ... Mommy ... Mommy Eyon ... huwaa ...."
"K-kok nangis sih? Sana ... mandi."
Julia akan melangkah pergi saat Leon menangkap kaki gadis itu. Dengan bibir cemberut, Leon memeluk kaki Julia, kemudian memamerkan wajahnya yang penuh air mata.
"Cama ... Mommy."
🍼🍼🍼
Kran air panas dan dingin dibuka di saat yang sama. Seperempat dari bathup terisi air. Julia berkacak pinggang melihat hasil pekerjaannya. Ia menoleh ke kiri. Leon sedang mencoba memasukkan tangannya ke bak.
Tanpa melepas baju Leon, Julia memasukkan anak itu ke dalam bak. Setelahnya, gadis itu melenggang pergi.
"Mommy! Mommy Eyon! Mommy!" teriak Leon yang tidak mau ditinggal sendiri.
"Mandi yang bersih, ya?" balas Julia.
"Mommy ... huwaa!"
Julia hampir mencapai pintu saat tiba-tiba terdengar tangisan Leon. Gadis itu menutup kedua telinganya dan kembali masuk. "Mandi, ya mandi. Malah nangis," omelnya.
Bibir Leon melengkung. Kemudian, mulutnya terbuka, tetapi Julia langsung menutupnya. Julia bertanya, "Mandi sendiri bisa, kan?"
Leon menggeleng.
"Masa nggak bisa? Lo udah gede lho."
"Eyon kecik."
Julia mendengus. Ia menghela napas, lalu melepas baju Leon. Begitu melihat perut anak itu, Julia tidak bisa menahan tawa. "Apa nih?" tanyanya.
"Gembul kayak balon. Lo makan apa sih?"
"Maem kitkit."
"Jangan kebanyakan makan. Entar lo nggak punya abs."
"Apes?"
Julia terkikik. Apapun yang ia ucapkan selalu diterjemahkan Leon dalam bahasa bayinya. Julia mendongak. "Tiruin, janji," katanya.
"Anji."
Semula, Julia tidak ingin tertawa. Namun, mendengar suara Leon menggugah sisi humornya. Kira-kira kata apa yang akan lucu jika diucapkan Leon? Telunjuk Julia mengetuk-ngetuk dagunya. Tanpa sengaja, matanya menangkap Leon yang kebingungan. Anak itu seperti takut berada di dalam bak yang luas.
"Tuyul, gue mandiin lo, tapi abis itu jangan ganggu gue," tawae Julia.
Leon menatap gadis di depannya. Tanpa ragu, ia mengangguk.
Julia berdiri, lalu mengambil botol sabun bayi yang entah datang dari mana. Setelah membaca petunjuk pemakaian, ia mengeluarkan isinya dan menambahkan air.
"Gampang ini. Tinggal siram-siram kayak nyuci motor," gumamnya.
Menggunakan tangan kosong, Julia menggosok tubuh Leon. Sedikit menyebalkan karena anak itu menghindar saat perutnya disentuh. Julia pikir Leon tidak mau diejek soal perut gembul itu.
"Kalo nggak mau gembul, jangan main ke rumah gue," tukas Julia.
🍼🍼🍼
"Mommy! Mommy! Mommy Eyon!"
Untuk kesekian kalinya, Leon berteriak memanggil Julia. Dengan wajah cemong oleh bedak, Leon berlarian mengitari meja makan. Sementara itu, Julia hanya bisa menutup telinganya dengan tangan. Acara makan tteokbokki ini menjadi mengerikan.
Julia bangkit dari duduknya. Ia bersiap hendak menangkap Leon. Di percobaan pertama, mangsa berhasil lolos. Lalu, di percobaan kedua, Julia berhasil menangkap Leon. Ia mengangkat anak itu tinggi berharap Leon jera. Namun, hal yang terjadi sebaliknya. Leon tertawa kegirangan.
"Mommy, Mommy Eyon. Cuka."
"Tadi janji apa?" tanya Julia.
Dalam gendongan Julia, Leon menggeleng. Setelahnya, ia mengalungkan tangannya di leher gadis itu. Leon tersenyum hingga giginya yang masih jarang terlihat. Belum puas, ia juga menaruh dagunya di bahu Julia.
"Manja," ejek Julia.
Walau kesal, Julia bangga dengan prestasinya memandikan Leon. Anak yang tadinya bau seperti belum mandi setengah tahun, kini wangi. Semakin dilihat, wajah Leon adalah blasteran. Mungkinkah Daddy-nya orang luar?
"Ei, Daddy orang mana?" tanya Julia.
"Daddy uwang. Uwang."
Mata Julia berbinar. "Daddy punya banyak uang?" tanyanya.
Meski sulit memahami pertanyaan Julia Leon asal mengangguk. "Iya, Daddy uwang," balasnya.
Leon : Daddy uwang 😄😄
Julia : Kaya gue 😂
Elza : Leon baik-baik aja, kan? Julia nggak bakal usir dia, kan?
Leon : Mommy mau Daddy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor's
Teen Fiction"Bunda! Ada anak beruang nyasar!" Julia melirik tubuh pendek yang terbungkus kostum beruang. Mata bulat berbinar dan pipi tembam bocah itu tidak serta merta membuat Julia terpana. Ketika beruang kecil itu mendekat, kemudian menempel di kakinya, Juli...