Julia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Tatapannya dari balik kaca helm begitu tajam hingga menakuti pengendara lain. Julia melihat lampu akan berubah dari hijau ke merah. Dengan kecepatan penuh, ia melaju melewati persimpangan besar. Angin pagi ini terasa sejuk dan bagaskara tidak muncul lebih lama. Mungkin akan turun hujan.
Di persimpangan berikutnya, Julia berhenti saat lampu merah. Dari samping kanan dan kirinya, pengendara lain melirik. Seorang gadis bertubuh mungil mengendarai motor besar adalah pemandangan langkah. Di antara mereka, Juna yang juga sedang berangkat sekolah, terpesona melihat Julia.
"SMA Lentera Bangsa," eja Juna sambil membaca tulisan di celana olahraga Julia.
Juna tersenyum di balik kaca helmnya. Ini Julia bukan, ya? Kalo iya, seru nih ngajak dia balapan.
"Woy, Juna! Jalan!"
Akibat melamun, Juna tidak menyadari lampu telah menjadi hijau. Julia sudah jauh di depan. Ia berdecak pelan. Dengan kecepatan sedang, ia melaju ke kanan.
Cewek keren, kita ketemu nanti lagi.
Juna tertawa keras, membuat Hans yang duduk di belakang keheranan.
🍼🍼🍼
"Jujul!"
Marie melambaikan tangan saat Julia masuk ke kelas. Sedetik berikutnya, Marie menyimpan tangannya. Dari kejauhan, aura temannya gelap. Sudah pasti gadis itu sedang dalam suasana hati yang buruk.
Julia melempar tas ke kursi, lalu duduk dan meninggalkan suara drek cukup keras. Tanpa menyapa temannya, Julia mengeluarkan ponsel dan sibuk bermain dengannya.
Marie tersenyum tipis. Ia menutup mulut rapat-rapat. Dalam hatinya, ia penasaran mengapa Julia terlihat kesal. Lalu, sekilas ada bau bayi darinya.
"Temen-temen, ayo ke lapangan. Hari ini olahraganya main kasti."
Setelah seseorang memberitahu aktivitas olahraga pagi ini, seisi kelas berhamburan keluar. Dengan tawa dan senyum mereka mengobrol tentang lapangan kasti di dekat SMA sebelah.
Julia malas untuk pergi, tetapi ia pergi. Dengan langkah lunglai, ia mengikuti rombongan. Julia berjalan di sebelah Marie.
"Ada anak beruang di rumah gue," kata Julia.
"Anak beruang? Lo udah panggil pemadam kebakaran? Beruang apa?"
Marie menanggapi dengan serius. Aneh sekali karena ada beruang di rumah Julia yang terletak di pusat kota. Mungkin beruang itu lepas saat dibawa ke kebun binatang.
"Kata Bunda dirawat aja," ucap Julia.
"Hah? Serius?"
Julia mengangguk.
"Gue mau usir beruang itu."
"Gue bantu."
Seketika Julia menoleh. Tatapannya yang lesu mengarah ke Marie. "Yakin?" tanyanya.
"Iya, yakin. Beruang bahaya, bisa nyakar. Mending diusir. Entar gue cariin petugas kebun binatang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor's
Genç Kurgu"Bunda! Ada anak beruang nyasar!" Julia melirik tubuh pendek yang terbungkus kostum beruang. Mata bulat berbinar dan pipi tembam bocah itu tidak serta merta membuat Julia terpana. Ketika beruang kecil itu mendekat, kemudian menempel di kakinya, Juli...