Edgar berlari di sepanjang lorong rumah sakit. Ketika menemui perempatan, ia berhenti untuk melihat papan dengan nama anggrek. Setelah memastikannya, ia kembali berlari dan akhirnya sampai di depan sebuah kamar. Ia membungkuk dan mengambil napas. Barulah, tangannya mengetuk pintu.
"Mama, ini Edgar," kata Edgar.
Selepas sebuah suara menyahut, Edgar membuka pintu. Untuk beberapa waktu, ia berdiam di sana. Matanya memperhatikan seorang wanita paruh baya berbaring di ranjang rumah sakit.
"Mama, kenapa nggak kasih kabar?" tanya Edgar sambil mendekat.
"Mama nggak mau kerja kamu keganggu. Sekarang Mama baik-baik aja kok."
Mama Edgar, Sofia mengulas senyum tipis. Ia mengulurkan tangan mengusap kepala putranya. "Semuanya lancar, kan?" tanyanya lirih.
"Iya, semuanya lancar. Mama udah berapa lama di sini?"
Sofia menghitung menggunakan jarinya. Dahinya berkerut karena sulit mengingat hari pertama dirinya di sini. "Sekitar seminggu, eh, dua dua hari yang lalu. Tapi kamu tenang aja. Leon udah Mama titipin ke orang terpercaya," ucapnya.
"Siapa?"
"Temennya Mama, Elza. Yang punya anak namanya Julia. Kamu inget, kan? Mama titip Leon ke rumah mereka."
Edgar menghela napas panjang. Ia mengambil tangan Sofia, kemudian menggenggamnya. Leon adalah tanggung jawabnya, tetapi Sofia mengambil alih saat dirinya perjalanan bisnis. Memang harusnya Edgar membawa Leon ke manapun ia pergi.
"Kamu mau jemput Leon?"
"Iya, Ma. Leon, kan, nggak suka deket sama orang baru, terutama Julia."
🍼🍼🍼
"Mommy, maem."
Julia mengalihkan pandangan dari ponsel ke Leon. Gadis yang duduk selonjor di sofa itu hanya memandang Leon, kemudian kembali fokus ke layar ponselnya.
"Bunda! Anak beruang laper!" lapor Julia.
"Woy, Jul. Apaan sih lo teriak?" tegur Marie yang duduk di bawah. Ia menuding Julia menggunakan replika dinosaurus.
"Kalo gitu lo yang kasih makan anak beruang."
Dahi Marie berkerut. Temannya ini malah melempar tanggung jawab. Padahal sudah jelas Leon meminta makan kepada Julia. "Adik kicil, kok kamu deket-deket sama itu sih? Sama Kak Marie aja sini. Kak Marie ramah anak," jelasnya sambil merentangkan tangan.
Leon menoleh. Sejenak, ia menatap Marie sebelum menjawab, "Moh!"
"Kok moh? Kamu anak sapi?" balas Marie.
Leon sudah tidak menghiraukan Marie. Ia mencoba naik ke sofa demi mendapat perhatian Julia. Sembari berusaha, Leon mencuri pandang ke ponsel gadis itu. Terlihat Julia melihat gambar-gambar makanan dengan angka-angka di bawahnya.
"Jul, gue jadi laper. Makan seblak yuk," ajak Marie.
"Nggak ah."
"Lah, kenapa?"
Julia memutar mata. "Lo nggak liat ada ini? Kita makan seblak, nanti dia ikut-ikut. Ujung-ujungnya gue dimarahi Bunda," jawabnya sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor's
Roman pour Adolescents"Bunda! Ada anak beruang nyasar!" Julia melirik tubuh pendek yang terbungkus kostum beruang. Mata bulat berbinar dan pipi tembam bocah itu tidak serta merta membuat Julia terpana. Ketika beruang kecil itu mendekat, kemudian menempel di kakinya, Juli...