Mata Julia melebar sejenak. Dia langsung mengubahnya dengan tatapan malas. Helaan napas dapat didengar darinya.
"Punya atau nggak, nggak ada hubungannya sama lo."
"Ya," sahut Edgar singkat, "kamu pulang."
Julia menggeleng pelan. Sebelum mengayunkan kali, dia mengawasi pria itu. Tidak ada inisiatif untuk mengantar. Julia tidak masalah. Dia berjalan dengan percaya diri keluar dari rumah tersebut.
Sepeninggalan gadis itu, Edgar diam. Lamunannya panjang bila Leon tidak kembali menangis. Pria itu seketika lari menuju lantai dua.
Kamar berbau minyak wangi bayi menguar kala pintu dibuka. Edgar menghampiri tempat tidur yang dipagari. Dia tahu wajah Leon lebih merah dari sebelumnya. Perasaan was-was muncul.
Dia mengambil bayi itu. Suhu yang terlebih tinggi mengejutkannya. Edgar menatap sekeliling. Dia memutuskan keluar kamar.
🍼🍼🍼
Julia berjinjit ketika menggeser pintu pagarnya. Matanya mengintip ke sana kemari bagai pencuri. Langkahnya mulus sebelum Pak Satpam melintas di ruang tamu. Dia membawa kandang tikus lengkap dengan isinya.
Julia bersembunyi di belakang tirai. Kala Pak Satpam keluar lewat pintu belakang, dia lari terbirit-birit ke kamarnya.
Selesai menutup pintu, dia melempar diri ke tempat tidur. Harumnya membuatnya merengek kecil dan akhirnya terlelap.
Belum lama sejak itu, ponselnya beteriak kencang. Julia mengusap telinganya, kemudian merogoh saku. Dia berdecak. Alarm pada jam ini selalu lupa untuk dimatikan.
Dia menghela napas. Tubuhnya berguling hingga telentang sambil melempar ponsel ke bawah selimut. Pandangannya menempel pada langit-langit.
"Bihun gorengnya enak... beli yang rasanya kek gitu di mana, ya?"
Jarinya menggaruk pipi. Tangannya lalu menepuk perut. Sayang sekali tadi dia makan buru-buru. Harusnya makanan lezat dikunyah perlahan.
"Dia keluar malem, ninggalin bayi sendirian." Matanya mengerling. "Nggak baik. Bilang gue nggak baik, tapi dia sama aja."
"Bjir motor gue."
Dia berdecak keras. Wacana menyenangkan itu bagusnya terjadi. Namun, kehadiran Induk Beruang telah merusaknya. Julia janji akan mendapat kesempatan untuk membalas.
"Liat aja. Bakal gue bales. Acara penting lo di masa depan bakal gue rusak. Hahaha."
Mulutnya terbuka, tawanya menggelegar. Julia sadar pikirannya sedang membangun susunan acara untuk meruntuhkan acara masa depan milik Edgar.
"Ngantuk juga habis makan," gumamnya sembari mengucek mata.
Lambat laun, kelopak matanya menggulung ke bawah. Suara napas teratur diikuti dengkuran lembut. Julia tidur pulas tanpa melepas sepatu dan jaketnya.
🍼🍼🍼
Pukul enam tepat, ponsel di tempat tidur berteriak keras. Lagu rock sebagai alarm ternyata bukan apa-apa. Julia tetap pulas.
Lambat laun, telinganya menyadari suara tersebut. Tangannya terulur menepuk tiap-tiap sisi tempat tidur dan akhirnya berhasil mematikan alarm.
Pintu kamar terbuka. Bibi masuk dan segera membuka tirai. Cahaya matahari menimpa wajah gadis itu. Dia langsung berbalik badan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Neighbor's
Novela Juvenil"Bunda! Ada anak beruang nyasar!" Julia melirik tubuh pendek yang terbungkus kostum beruang. Mata bulat berbinar dan pipi tembam bocah itu tidak serta merta membuat Julia terpana. Ketika beruang kecil itu mendekat, kemudian menempel di kakinya, Juli...