Netra ini bergerak menyusuri setiap inci rumah yang kubuat hasil dari setiap tetes butir keringat. Senang rasanya, bisa mengajak keluargaku untuk tinggal di tempat yang lebih layak, dan mengenalkan apa itu hidup.
Tempat ini memang tak luas, namun kujamin nyaman. Rumah tanpa tema dan terlalu banyak hiasan dinding sesuai dengan yang kuinginkan. Arumi dari jejeran bunga jelita merayu setiap indra penciuman, anila yang dengan senang hati memberi kesejukkan, dan kicauan burung menyambut hadirnya bagaskara.
"Sungguh sempurna." Senyum mulai terukir di wajahku.
"Jangan cuma menghayal, lebih baik kau bekerja. Agar kita bisa makan besok," tegur ayahku, lalu ia masuk untuk beristirahat.
Hilang sudah senyuman di wajah ini, kubawa penglihatan untuk menatap candra yang sedikit tertutup awan. Mengingat kembali lamunan tadi, berdoa pada tuhan semoga itu dapat terwujud, kemudian masuk ke dalam tempat tinggalku untuk mengistirahatkan raga ini sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja dan angin malam✔
RandomGadis pemimpi yang mengharapkan kehidupan lebih layak, berteman angin malam yang selalu bersedia mendengar keluh kesahnya. Akankah ia bisa mewujudkan mimpinya?