Bertemankan Surya

19 5 0
                                    

Kulihat banyak pekerja yang tengah sibuk melakukan tugasnya. Kutaruh tas dan melepas seragam, memasukannya pada tas. Di balik seragam tipis, tentu aku melapisinya dengan kaos. Kumulai meletakkan tanah liat ke cetakan genting dan merapikannya. Terus berulang sampai genting tertumpuk cukup banyak, lalu kujejerkan ditempat yang sudah disediakan untuk diangin-angin agar sedikit mengeras.

Bagaskara tampak sangat bersinar siang ini, menemani tubuhku yang sudah bermandikan keringat. Namun, hatiku tak mengizinkan diri ini untuk berkeluh-kesah sedikitpun. Sudah seharusnya aku bersyukur, setidaknya aku memiliki panca indra yang masih berfungsi dengan baik.

"Alhamdulillah, selesai juga." Senang rasanya menyelesaikan pekerjaan ini dengan baik dan tak menjatuhkan satu genting pun.

"Bagaimana, Lin. Sudah selesai?" tanya pemilik usaha ini yang kujawab dengan anggukan disertai senyuman ramah

"Bagus, ini upahmu hari ini," ucapnya sambil menyodorkan uang yang langsung kuterima, dan kumasukan kedalam kantung celana pendek yang kugunakan.

"Makasih, Wa." Aku menyalami tangannya lalu pamit dengan wajah gembira, hari ini upahku lumayan.

Kulangkahkan kaki menuju rumah, sudah waktunya makan. Aku dan keluargaku memang hanya bisa makan satu hari sekali, itupun sepiring di bagi enam dan hanya dibumbui garam. Kalau masih lapar, aku dan adik-adikku biasanya membantu mengupas singkong tetangga, kami dibayar dengan singkong rebus dan bagian dalam kulit singkong untuk dioseng.

Sesampainya di rumah, aku taruh tas dan membersihkan diri. Setelah itu, ke dapur yang berada terpisah di belakang rumah. Bermaksud mengambil nasi, tetapi yang kucari tak ada. Di panci hanya tersisa bulir-bulir nasi yang tertempel.

Berlari menemui kakek dan nenek di Kamar mereka untuk mengadu, ku tahan bau tinja yang menyeruak. Namun begitu aku masuk, kulihat satu bulir nasi tertempel di dagu nenek.

"Nek, nenek yang makan semua nasi di dapur?" tanyaku sedikit berhati-hati, takut menyinggung perasaannya.

"Enggak! Ada yang nyuri mungkin. Mangkanya, kalo masak itu simpan yang benar. Jangan hanya didiamkan di dalam panci," bentaknya sambil menyalahkanku.

Aku keluar kamar sambil menangis, tak mungkin aku memarahi nenek yang memang sudah pikun. Tapi, aku juga tak mungkin membiarkan kedua adiku merasa kelaparan. Kulihat kedua adik laki-laki ku yang tengah menangis tersedu karena rasa lapar yang sudah tak tertahan.

'Bagaimana kau ini, Lin. Kenapa kau membuat adikmu menangis?' batinku pada diriku sendiri, tak kuasa menahan kesedihan.

"Ada apa ini, Lin. Kenapa adik-adikmu menangis?" tanya salah seorang tetangga yang langsung membantu menenangkan kedua adikku.

"Tidak ada nasi, Wa. Kita belum makan dari pagi," lirihku dengan air mata yang kembali menetes. Sedetik kemudian, suara tangis tertahanku mulai terdengar.

"Kenapa gak bilang. Yasudah, Wa ambil nasi dulu ya, tenangkan adikmu." Ia tergesa-gesa mengambilkan nasi untuk kami.

'Terima kasih, Ya Allah. Engkau telah kirimkan orang yang baik untuk kami,' syukurku pada-Nya, lalu mencoba menenangkan kedua adiku.

"Ini, kalian makan yah." Ia segera menyodorkan sepiring nasi pada kami, kemudian ia mengelus kepala kami. Menenangkan, itu yang kurasa dari sentuhan tangan malaikat tak bersayap ini.

"Makasih, Wa." Kutunjukkan senyuman terbaikku padanya. Suatu saat, aku harus membalas semua kebaikannya.

Kedua adikku tersenyum bahagia, begitupun aku. Tak jadi aku memakai upahku hari ini yang memang senghaja kutabung untuk biaya masuk sekolah adik keduaku dan membelikan seragamnya.

"Oh, yaampun! Kakek dan Ibu juga belum makan." Teringat akan hal itu membuatku merasa bersalah. Kulihat piring yang hanya tersisa dua suap lagi.

"Udah ya, De. Ini buat kakek." Mencoba menjelaskan pada kedua adikku yang langsung diangguki keduanya.

"Udah, kakek kamu nanti wa kasih." protes tetanggaku itu dengan nada lembut.

"Sekali lagi makasih, Wa." Ia tersenyum. Meskipun begitu, dua suap nasi ini masih harus kusimpan untuk ibu atau ayah. Barangkali mereka lapar nanti.

🌙🌟🌙🌟🌙🌟🌙🌟🌙🌟🌙🌟🌙🌟
Tinggalkan Vote dan Comment jangan lupa. Krisan sangat dibutuhkan.

Senja dan angin malam✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang