Yang Tak Terduga

275 20 0
                                    

Kim So Ra POV

24 Agustus 2019,

Aku menyeruput es kopiku sambil menatap layar komputer. Aku baru saja menyelesaikan laporan keuangan Minerva. Selama hampir dua tahun ini laporan keuangan Minerva sangat memuaskan. Setiap bulan semakin meningkat. Bahkan di musim panas seperti saat ini, pendapatan Minerva bisa naik tiga kali lipat dari bulan biasa.

Aku tersenyum dan berjalan menuju sofa. Ku nyalakan layar ponselku dan melihat ada 3 pesan masuk. Pesan pertama dari Sunmi, ia mengatakan bahwa ia akan datang ke sini pada pukul 6 sore. Pesan kedua berasal dari ayahku, yang mengatakan ia ingin berbicara denganku melalui telpon bila aku ada waktu luang.

Dan pesan yang ketiga berasal dari Namjoon, ia menanyakan kabarku dan menceritakan bahwa ia sedang berada di kuil Bulguksa. Dan besok ia akan melanjutkan perjalanan menuju Busan. Aku tersenyum menatap layar ponselku, aku merasa senang Namjoon sangat menikmati liburannya, tapi di sisi lain aku juga merasa rindu akan kehadirannya.

Aku membalas pesan Sunmi dan Namjoon, lalu menghubungi ayahku lewat telpon.

"Yeoboseyo Appa", jawabku ketika telpon telah tersambung

"Yeoboseyo, Sora?", jawab ayahku

"Ne..Appa apa kabar? Apa aku menganggu?", tanyaku lagi

"Ani..Appa sudah menunggu telpon darimu. Appa dan Oemma baik-baik saja. Kami sangat merindukanmu", kata ayahku

"Nado (aku juga)...Apa ada yang ingin Appa bicarakan?", tanyaku

"Ne..apa kau masih ingat sahabat ayah yang bernama Fabio Nielsen?", tanya ayahku

"Ya..tentu saja aku ingat. Kita terakhir bertemu dengannya di London ketika putrinya menikah. Mungkin sekitar 3 tahun lalu?", jawabku agak ragu

"Ya betul 3 tahun lalu. Appa senang kau masih mengingatnya. Appa ingin minta bantuanmu, Sora", kata ayahku lagi

"Ne, katakan saja ayah", jawabku sambil membuka kulkas di kantorku dan mengambil sekaleng jus jeruk

"Bulan depan, tepatnya tanggal 11 september, Fabio akan mengadakan konser di Copenhagen untuk memperingati 25 tahun karirnya sebagai konduktor orkestra. Dan ia mengundang ayah, ibu dan dirimu untuk menghadiri pergelaran tersebut. Hanya saja, pada tanggal tersebut ayah juga ada pertunjukkan kenegaraan. Jadi ayah dan ibumu tidak bisa menghadiri undangan Fabio", jelas ayahku

"Mmm ne. Jadi apa ayah ingin aku datang mewakili kalian?", tanyaku langsung

"Iya Sora..apa kau bisa melakukannya, sayang?", tanya ayahku ragu

"Aku belum pernah ke Denmark, jadi ya, aku akan pergi", kataku bersemangat

"Ah syukurlah...Appa tau bahwa kau selalu bisa kami andalkan", kata ayahku senang

"Baiklah, bisa Appa kirimkan detail undangannya padaku? Aku akan mengurus sisanya nanti", kataku lagi

"Tentu, kalau begitu ayah tutup telponnya ya. Jaga kesehatanmu...jangan sampai telat makan. Saranghae", kata ayahku mengakhiri telponnya

"Saranghae Appa", jawabku

Aku tersenyum sambil menutup ponselku. Aku mengahabiskan jus ku dan mematikan layar komputerku. Kulihat jam menunjukkan pukul 5.40 sore. Sebentar lagi Sunmi akan tiba. Aku bergegas keluar ruangan dan menuju lantai satu untuk menunggu Sunmi.

Di lantai satu, sudah cukup banyak pengunjung yang memadati kursi-kursi ruang baca. Banyak diantara mereka datang bersama teman-teman dan menghabiskan waktu setelah pulang kerja. Minerva bukan perpustakaan yang mengharuskanmu tenang saat membaca sesuatu. Di sini kau bebas mengobrol, bahkan minum kopi dan makan kue dengan teman-temanku.

Dimples (versi Bahasa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang