Stella berusaha membelokkan ATHENA menjauhi pesawat-pesawat teroris tersebut. Tapi sudah terlambat. Dia terlalu kaget dan pencegatnya terlalu dekat.
Dan sudah siap dengan tindakan mematikan.
Satu tembakan laser menyambar ATHENA, tepat mengenai bagian mesin. Reza memejamkan mata rapat-rapat. Bersiap merasakan ledakan nuklir yang akan mengurai tubuhnya jadi partikel tak kasat mata.
Tetapi bukan itu yang terjadi.
Pesawat antariksa memang terguncang akibat tembakan. Tetapi tidak terlalu kuat. Justru akibat sampingannya yang fatal.
Seluruh peralatan elektronik pesawat mati total. Demikian juga dengan seluruh lampu penerangan yang ada. Ruang kontrol ATHENA diselubungi kegelapan total.
"Apa yang terjadi?" tanya Reza. "Tidak mungkin tembakan mereka meleset dalam jarak sedekat ini."
"Kurasa ada kabar baik dan kabar buruk," ujar Stella.
"Kurasa aku tahu kabar buruknya," sahut Reza. "Tapi apa kabar baiknya?"
"Kurasa mereka ingin menculik salah satu dari kita" jawab Stella.
"Itu kabar baiknya?" Reza melotot. "Terus apa kabar buruknya kalau begitu?"
"Kurasa mereka akan membunuh salah satu dari kita - yang tidak ingin mereka culik."
Reza mendesah. "Semoga ada kapal patroli yang datang sebelum mereka berhasil masuk. Pasti butuh waktu untuk membobol dinding pesawat ini, bukan?"
Stella diam saja. Dia malah menoleh ke belakang. Meski lampu-lampu padam, cahaya planet Saturnus yang masuk melalui jendela menghindarkan mereka dari kegelapan total.
"Stella," kata Reza sekali lagi, "mereka pasti sulit menjebol dinding pesawat ini kan?"
"Aku khawatir mereka tidak perlu melakukannya," kata Stella, tetap menatap ke ruang belakang.
"Apa maksudmu?" tanya Reza. "Bagaimana mereka bisa masuk tanpa menjebol dinding?"
Sebelum Stella sempat menjawab, tiba-tiba ada cahaya berpendar di ruang belakang tempat duduk mereka. Cahaya itu mula-mula redup dan kecil, sebelum akhirnya makin terang....
Membentuk empat sosok manusia.
"Teleporter," kata Stella cepat. "Aku tidak menyangka teroris-teroris itu sudah memiliki alatnya."
Reza ternganga. "Aku bahkan tidak menyangka alat seperti itu pernah ada."
Teleporter adalah alat untuk memindahkan benda - hidup maupun mati - dari satu tempat ke tempat lain tanpa menggunakan kendaraan atau pesawat.
Alat itu mengurai apapun yang akan 'dikirim' menjadi atom-atom dan akan mengirimkannya melalui gelombang mikro ke titik yang diinginkan.
Stella sudah mengetahui bahwa alat seperti itu sudah mulai dikembangkan secara rahasia di berbagai lembaga penelitian, termasuk yang dimiliki ayahnya.
Tapi dia sama-sekali tidak menyangka para teroris juga bisa mengembangkannya.
Stella menepuk pundak Reza. "Kenakan helm. Kita hanya punya satu kesempatan."
"Kesempatan buat apa?" tanya sahabatnya. Tapi tak urung dia pun cepat-cepat mengenakan helm astronotnya.
Kedua sahabat itu kini mengenakan baju astronot lengkap, dengan persediaan oksigen sendiri, dan berkomunikasi lewat gelombang radio.
"Ingat gerakan kucing kembar merayu kawanan serigala?" kata Stella.
"Apa?" Reza keheranan.
Yang dimaksud Stella adalah gerakan pertahanan dalam pertandingan sepak-bola tanpa bobot. Kedua sahabat itu sendiri masuk tim sepak-bola akademi. Jadi Reza tahu persis apa yang dimaksud Stella.
KAMU SEDANG MEMBACA
STELLA GADIS ANTARIKSA
Science FictionStella. Astronot. Genius. Selamat datang di abad 23. Bersama dua sahabatnya, Reza yang diam-diam mencintainya dan Cartini yang berotak komputer, mereka berpetualang melawan penganut bumi datar yang ingin menghancurkan seluruh alam semesta.