4. SEJARAH KEHANCURAN BUMI

1 0 0
                                    

Perkataan Cartini ibarat bom yang meledak di telinga Stella maupun Reza.

"Kita?" Stella masih sulit mempercayai apa yang dia dengar. "Maksudmu yang menghancurkan bumi adalah Federasi Antariksa?"

"Bisa dibilang demikian," jawab Cartini. "Saat itu Federasi Antariksa belum lahir. Cikal-bakal organisasi itulah yang menghancurkan bumi."

"Tapi kenapa?" tanya Reza hampir berteriak. Sama dengan Stella, dia masih berharap hanya salah paham.

"Untuk mengetahui jawabannya, kita harus mundur beberapa abad dari sekarang," kata Cartini sambil kembali memainkan hologram di hadapan mereka.

Gambaran bumi yang ada pun berubah. Dari yang semula keruh dan gelap menjadi biru bersinar seperti zamrud.

"Inilah keadaan bumi di awal abad 21," kata Cartini. "Di sinilah semua bermula. Saat itu penerbangan antariksa masih sesuatu yang langka, dan lebih didominasi mesin-mesin tak berawak. Manusia hanya memiliki stasiun di orbit bumi. Itu pun hanya dimiliki beberapa negara."

Stella terpana menatap bola biru berpendar di hadapannya. Ini sesuatu yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Sejak masih taman kanak-kanak, tak ada gurunya yang memperlihatkan gambaran bumi di masa lalu.

Dia berkali-kali bertanya, bahkan mencarinya sendiri dalam data-base. Tapi aksesnya selalu ditolak. Seolah ada pihak-pihak yang ingin merahasiakan, atau tidak ingin siapapun mengingatnya kembali.

Dan sekarang dia tahu alasannya.

"Apa yang terjadi?" tanya gadis itu. Sikapnya jauh lebih serius dari sebelumnya.

"Ini yang terjadi," kata Cartini sambil mengubah hologram sekali lagi.

Bayangan tiga dimensi dari bumi itu menghilang, dan berganti wujud menjadi sesuatu yang baru - dan aneh.

Sesuatu tersebut tetap berbentuk bulat. Tetapi bulatan itu sekarang didominasi oleh duri-duri yang memenuhi seluruh permukaannya. Dan pada tiap ujung duri itu terdapat semacam lempengan kecil berbentuk segitiga.

Reza, sebagai siswa jurusan kedokteran, segera mengenali benda tersebut. "Itu adalah salah satu jenis virus. Tepatnya corona-virus. Dinamai demikian karena duri-duri itu sekilas terlihat menyerupai mahkota. Kau tidak ingin dekat-dekat dengan virus mematikan ini."

"Itu benar sekali," kata Cartini. "Virus ini menyebar ke seluruh dunia tahun 2020. Akibatnya terjadi pandemi yang berkepanjangan. Butuh waktu lama sebelum virus tersebut berhasil diatasi. Itu pun tidak secara tuntas."

"Kami membaca tentang itu di akademi," kata Reza. "Tapi para pengajar sepertinya lebih berkonsentrasi pada virus itu, dan bukan sejarahnya. Sesuatu yang menurutku agak ganjil. Bagaimana kita bisa tahu banyak tentang virus itu tanpa mengetahui sejarahnya."

"Karena sejarah virus itu adalah sejarah kebodohan umat manusia," kata Cartini. "Tidak mengherankan para staf pengajarmu tidak ingin membicarakannya."

"Kebodohan?" tanya Reza bingung.

"Jika abad 20 adalah masa kemajuan umat manusia, maka abad 21 adalah masa kemundurannya," kata Cartini. "Mulai banyak yang melakukan perlawanan terhadap sains. Mereka menolak vaksin, mempercayai bumi berbentuk datar, dan menuduh sains sebagai konspirasi. Tidak heran kalau mereka pun menganggap pandemi itu hanya tipuan semata."

"Menarik sekali, tapi apa hubungannya dengan semua ini?" tanya Stella.

"Seperti yang aku katakan, ancaman virus itu tak pernah teratasi secara tuntas," kata Cartini. "Berkali-kali virus itu bermutasi jadi lebih berbahaya. Makin lama makin mematikan dan makin sulit disembuhkan"

STELLA GADIS ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang