15. PERTEMPURAN SINGKAT

1 0 0
                                    

Laksamana Park Yu Jung berdiri gagah di ruang kontrol TARTARUS. Meski masih bisa dibilang muda, perwira militer itu sangat cocok berada di sana. Seperti berjodoh. Seperti memang dilahirkan untuk menjadi komandan kapal perang kebanggaan Federasi Antariksa. Sosoknya yang tinggi dan gagah, ditambah sorot mata berwibawa, nampak serasi dengan interior ruang kontrol yang memancarkan aura sebuah berlian. Megah sekaligus keras.

Tak seperti ruang kontrol OLYMPUS yang dingin dan sepi, di sini justru begitu hidup. Berdenyut. Berkedip. Luasnya ruangan diimbangi dengan kehadiran para awak, laki dan perempuan berseragam, yang menekuni konsol-konsol kendali. Wajah mereka tanpa senyum. Tapi mata mereka menyala oleh disiplin. Sang Komandan sendiri tersenyum. Sinis.

"Komandan OLYMPUS, siapapun kau di sana," ujarnya seperti guru bicara dengan muridnya. "Aku yakin kau pasti percaya diri dengan kapalmu yang indah itu. Tapi kuharap kau tahu apa yang kau hadapi ini. Apa kemampuannya. Jika demikian tanyakan pada dirimu sendiri apa kau tega merusak kapalmu yang masih mulus itu? Karena aku tak cuma tega, tapi senang sekali melakukannya!"

"Dasar sombong," gerundel Reza mendengarnya. Dia tak berani bicara terlalu keras karena saluran komunikasi antar pesawat tersambung. Dan wajah Yu Jung bagai dewa di layar besar.

Chartini mematikan saluran audio sebelum berkata pada Reza, "Arogan mungkin lebih tepat. Tapi di sisi lain, dia punya alasan kuat. TARTARUS memiliki kemampuan setara dengan OLYMPUS. Bedanya, dia sudah teruji, kita belum."

Reza mulai muram lagi. "Kau punya sesuatu yang lebih kedengaran seperti kabar baik?"

"Kita masih punya probabilitas untuk menang. Kapalnya mungkin sudah teruji, tapi belum teruji melawan OLYMPUS!"

Itu sama sekali bukan kabar baik, batin Reza. Tapi dia diam saja.

Chartini menyalakan saluran audio lagi. Kali ini dia berkata pada Park Yu Jung, "Komandan TARTARUS, tentunya anda mengetahui ada putra presiden dalam pesawat antariksa ini. Serangan dalam bentuk apapun dapat mengancam keselamatan jiwanya."

Reza ingin menepuk jidatnya sendiri. Jadi itu rencana Chartini? Menjadikannya sebagai sandera? Atau memohon belas kasihan pada komandan yang angkuh itu sampai dia lelah dan membiarkannya pergi?

"Kau tak usah khawatir soal itu," sahut Komandan Yu Jung. Nada sinisnya tetap belum menurun. "Kami punya cara untuk melumpuhkan pesawatmu tanpa mengorbankan bocah malang itu. Bahkan tanpa mengorbankan dirimu, meski aku tak melihat alasan untuk yang terakhir itu."

Chartini mematikan komunikasi. "Berita baik, ujarnya pada Reza - yang langsung melotot!

"Bahwa dia bisa melumpuhkan pesawat ini sesukanya?" tukas remaja itu. "Itu yang kau bilang berita baik?"

Chartini menggeleng singkat. "Dengan menyatakan demikian, berarti dia tanpa sengaja telah memberitahu kemampuan pesawatnya. Sekarang kita tahu macam persenjataan apa saja yang dia bawa. Itu memudahkan kita membuat strategi."

Dari tampangnya, jelas Reza tak berpikir fakta itu bisa mengubah keadaan. "Dan apa strategi kita?"

Sebelum Chartini sempat menjawab, suara komputer OLYMPUS kembali membahana, "Komandan, sensor meminda adanya lompatan energi pada meriam kwantum TARTARUS!"

"Mereka mulai menyerang," ujar Chartini, seketika berteriak, "Pasang selubung medan pertahanan! Tenaga penuh!"

Wajah Yu Jung telah menghilang dari layar. Sebagai gantinya, nampak sosok TARTARUS - yang menyerupai senapan serbu berukuran dua buah gunung menjadi satu - tiba-tiba melesat maju dan berbelok cepat. Bersamaan, berkas sinar merah tebal nan silau menyambar dari pucuk-pucuk meriamnya.

Menyambar OLYMPUS dengan telak.

Reza tak pernah tahu apa itu gempa bumi. Tapi saat itu dia merasakan apa yang dirasakan orang terkena gempa. Semua bergoyang dan bergoncang. Keras. Cukup keras untuk membuatnya nyaris terguling dari kursinya.

STELLA GADIS ANTARIKSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang