.
.
.
.
.
Aku bersyukur, bukankah dengan ini aku akan lebih cepat bertemu tuhan?
-Vian
.
."Lo yang bawa motor ya? Perut gue mual banget" Jawab Vian berusaha menegakkan tubuhnya.
Amar yang masih bingung pun hanya menganggukan kepalanya, dan segera berangkat menuju sekolah.
Laju motornya cepat, membelah padatnya jalan Jakarnya pagi ini untuk segera sampai ke sekolah, karna ini sudah jam 08.00. Sudah sangat terlambat untuk masuk sekolah.
"BAPAAAAAAAA KASEPPPPPP, buka atuh gerbangna da bade belajar" (Bapaa ganteng, buka dong gerbangnya kan mau belajar) Ucap Amar saat melihat gerbangnya sudah tertutup rapat.
"Mar" Panggil Vian pelan, ayolah alerginya tidak bisa ia tahan, mual dan pening menjadi masalahnya pagi ini.
"Keheula ih urng ker ngarayu satpan edan" (Bentah ih gue lagi bujuk satpam edan) balas Amar tanpa melihat Vian yang sudah lemah dengan posisi merumduk menopang pada motornya, tangannya pun terlihat sedang mengurut pelan perutnya.
"Mar" Panggil Vian sekali.lagi dengan nada seraknya.
"Ish ai maneh bawel!" (Bawel lo!) Ucap Amar di sela ia berdebat dengan satpannya.
BRUK
Suara jatuh itu seakan menyadarka Amar, ia langsung menoleh dan menemukan Vian tergeletak dengan nafas yang memburu.
Ia tidak pingsan hanya saja ia tak mampu menopang tubuhnya, nafas satu-satu itu terlihat sangat menyiksa. Wajah pucat Vian pun membuat Amar menjerit histeris.
"YANNNNN, ANJIR JANGAN BECANDA LO!" Pekik Amar yang panik dan menguncang tubuh Vian brutal.
"AMAR! Vian bisa terluka!" Peringat satpam yang ikut andil dalam suasana panik ini.
"Uhuuuk uhuuuk" Vian berusaha meraup oksigen yang sekaran menjauh darinya.
"Mm.. Mar.. Ss..sakk..it" Ucapan itu terdengar seperti mengadu , Amar menangis melihat kondisi Vian.
"Bawa ke rumah sakit!" Pinta satpam itu dan di angguki oleh Amar.
Saat tubuh Vian akan dibawa oleh Amar, Vian menahan pergerakannya, ia menggeleng pelan dengan senyum tipisnya.
"Uks aja" Ucapnya purau dengan nafas yang semakin memberat.
"Tuh da cek urang ge naon! buka keun gerbang!" (Tuhkan kata gue juga apa! Buka gerbang!) kata Amar dengan kesal pada satpam itu. Akhirnya satpan itu berlari dan membuka gerbang dengan lebar.
Vian digotong oleh amar dan satpam sampai UKS, saat masuk dalam UKS Vian melihat Aziel yang juga sedang berbaring di salah satu bangsal.
"Kk..ka Az.. ziel" Panggil Vian terbata karna nafas nya satu-satu.
Sayangnya Aziel seakan tidak mendengar ucapan Vian, ia memalingkan kepalanya enggan menatap Vian.
Karna nafas yang tak teratur, dokter yang bertugas di UKS--Kiara pun langsung memasangkan oxygen mask agar Vian sedikit teratur.
"Mar.." Panggil Vian terhalang oleh oxygen mask yang ia pakai. "Cengeng lo kaya betina" Cerca Vian dengan kekehan di akhirnya.
Amar mengendus kesal "nya atuh da ku maha te mewek! Si kasep urang gering kiye!" (Ya gimana ga nangis! Si ganteng gue sakit gini!) balasnya dengan nada tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour • E-book ✔️✔️
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] [E-book bisa dibeli melalui DM] Reviano Edbert namanya, panggil saja Vian. Pemuda yang selalu menunggu Tuhan memanggilnya, bukan karena ia tidak bersyukur, tapi siapa yang sanggup hidup dengan pahitnya hidup? Bahkan semesta tidak me...