chapter 11

2.7K 165 5
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.



Pagi ini pukul 3 malam Vian terbangun dari tidurnya, perutnya kembali berulah. Baru 1jam ia memejamkan matanya perutnya seakan tidak mengizinkan ia untuk istirahat sebentar saja.

Vian meraba hoodie yang ia pakai, di kantong depannya ia menaruh obat yang tadi dokter berikan untuknya jika sewaktu waktu seperti sekarang.

"Akkhh" Erang Vian tertahan karna ia tidak maj membangunkan kedua sahabatnya.

"Sakit banget ya tuhan" Lirihnya mengadu. Vian berusaha mendudukkan tubuhnya dan mengambil air agar membantunya minum obat.

Butuh waktu yang lama untuk obatnya bereaksi, Vian menyandarkan punggungnya setengah berbaring.

Tangannya mengusap ngusap pelan perutnya, "sebenernya lo kenapa sih? Kenapa rasanya sakit banget bukan kaya mau berak" Gumam Vian menatap perutnya.

"Yan?" Panggilan itu membuat Vian mendongak mencari sumber suara.

"Gue berisik ye Niel?" Tanya Vian pada Daniel.

Daniel menggeleng dan berjalan ke arah kulkas di kamarnya, mengambil air mineral. "Lu okey?" Tanya balik Daniel dan menghampiri Vian.

Vian tersenyum simpul dan mengantukkan kepalanya "okeu ok, temang aja" Jawab Vian meyakinkan. .

"Lu pucet" Ujar Daniel memperhatikan wajah Vian dengan seksama.

Vian mengusap wajahnya, "mungkin karna kebangun, dah lah gue mau lanjut tidur" Balas Vian menghindari obrolan Daniel.

Daniel hanya menganggukkan kepalanya saat melihat Vian yang beringsut membaringkan tubuhnya ke kasur milih Daniel dengan Amar yang sudah membuat pulau disana.

"Jorok bgt si Amar" Gumam Daniel, iq berjalan ke arah sofa panjang di kamarnya. Bukan sembarang sofa, sofa itu bisa menjadi kasur yang sangat empuk untuk ia tiduri, terlebih seperti sekarang temannya mengambil alih kasur kesayangannya, jadi ia terpaksa harus tidur di sofa.

Pagi ini jam menunjukkan pukul 06.00 mereka terbangun karna alarm Amar yang sangat bising.

"BERISIKKKKKKK" Teriak Daniel karna tidurnya terganggu.

Vian menggeliat membuka matanya perlahan.

PLAK

Geplak kan pelan mendarat mulus di pipi Amar, Vian berusaha membangunkan Amar yang tak mempan dengan alarm keras miliknya.

"Ihh naon ari maneh" (Ih apaan si lo) bentak Amar kesal.

"Matiin alarm lo anjir berisik banget kek ibu ibu arisan" Ujar Vian tak lalah kesal.

Amar mengambil gawai yang sudah berada di telinganya dan mematikan alarm. "Udeh tuh" Ucap Amar masih kesal, ia melanjutkan acara tidurnya marna masih mengantuk.

Vian beranjak dari kasur, ia berjalan menuju WC dengan terburu buru.

"Huweeek"

"Huweeek"

"Uhuuuk uhuuuk"

Suara Vian di dalam kamar mandi tidak sadar sangat kencang, Daniel yang mendengar pun langsung lompat dari sofa dan berlari ke kamar mandi.

"YAN!!" Pekik Daniel panik, bagaimana tidak panik Vian tergeletak di dalam kamar mandi mewahnya dengan bibir lebih pucat dari semalam, meringkuk mencengkram keras perutnya, tak lupa rintihan lirih yang terdengar seperti aduan entah pada siapa.

"Yan ayo bangun gue bantu" Ucap Daniel yang mengalungkan tangan kkri Vian pada lehernya.

"Ss..sa ... kit banget arrrggghhh" Rintihnya sangat lirih. Daniel berhasil memampah Vian sampai kasur, ia menidurkan Vian dengan telaten sampai posisi nyaman Vian.

"Anjir kunaon deui si Vian" (Anjir kenapa lagi si Vian) Ujar Amar yang terbangun dari tidurnya karna terkejut saat Daniel menaruh Vian di kasur.

"Ke rumah sakit sekarang" Ucap Daniel seperti tidak ingin penolakan.

Vian menggeleng "jangan, gue harus sekolah" Oh ayolah mendengar alasan Vian membuat Amar dan Daniel seketika naik pitam.

"YAN!" bentak Mereka bersamaan. Vian hanya tersenyum mendengar bentakkan itu.

"Tolong jangan paksa gue, dan tolong jadilah penguat disaat gue lemah kaya gini" Ucap Vian dengan suara seraknya.

Daniel dan Amar terdiam, mereka binggung, mereka hanya takut terjadi sesuatu pada tubuh Vian.

Vian melirik jam dinding, waktu menunjukkan pukul 06.45, ada waktu 15 menit lagi untuk bell masuk, ia harus bergegas pulang.

"Anterin gue balik, gue ga mungkin pke motor" Pinta Vian pada kedua temannya.

Amar menggeleng pelan, "lu pake seragam si Daniel aja kali lebay lo kek betina" Ujar Amar sinis.

Daniel mengangguk menyetujui usulan Amar, Vian pun akhirnya mengangguk dan berjalan kembali ke WC, untuk melaksanakan mandi bukan muhtah seperti tadi.

"Urang balik heula ah, urng mah da kudu cacantikan heula" (Gue balik dulu ah, gue kan harus cacantikan dulu) pamit Amar.

Sementara Daniel membawa langkahnya menuju dapur, ia melihat orang tuanya yang sudah duduk di meja makan.

"Morning mon, dad" Sapa Daniel dan mencium kening ibunya.

"Morning" Jawab orang tua Daniel bersama.

"Vian mana?" Tanya Riko--Ayah Daniel.

Daniek yang sedang sibuk melahap rotinya menjawab "mandi".

Riko menggangukkan kepalanya mengerti dan melanjutkan acara makannya.

Vian turun dari lantai 2 dan berjalan menghampiri Daniel dan orangtuanya.

" Pagi, om, tante" Sapa Vian dengan sopan.

"Daniel mandi duluuu" Ucap Daniel dan berjalan ke kamar mandi.

"Pagi Vian" Balas orang tua Vian kompak,, "oh iya, kamu mau makan roti?" Tawar Sarah--Ibu Daniel.

"Boleh tente hehe" Jawabnya canggung.

"Yaudah tante siap in dulu yaa" Ujar Sarah lembut. Vian hanya tersenyum menanggapinya.

Ohh sepeeti ini kah rasanya di sayang?Atau bukan? Perhatian sekecil ini membuat ia tersentuh, dirumahnya tidak ada yang perhatian padanya, bi Asih pun hanya sesekali.

"Nihhh jadii, makan ya yang banyak, kalau kurang nanti tante buat lagi" Ucap Sarah memberikan 3 roti yang sudah ia beri selai pada Vian.

"Makasih tante hehe jadi ngerepotin" Balas Vian dan mulai melahapkan makanannya.

°°°

Vian dan Daniel sampai ke sekolah pukul 07.45, bell berbunyi 45 menit yang lalu, mereka akhirnya menjalankan hukumannya yaitu hormat pada bendera sampai jam istirahat.

Setelah menyelesaikan hukumannya Vian dan Daniel langsung menuju kelas, ia mendapati Amar dengan se bucket makanan di tangannya.

"Lo dapet dari siapa anjir tumben bhahah" Cerca Daniel .

"Dih da urang mah loba fans na!" (Dih gue kan banyak fans nya!) Ujar Amar dengan percaya dirinya.

Vian berjalan dan mendududkan bokongnya di singgasana miliknya.

Amat mengeser bucket nya pada Vian, hal itu membuat Vian binggung matanya menatap Amar seakan meminta penjelasan.

"Ade kelas tadi ngasih ini lo nya kan lagi jadi tiang" Jelas Amar cuek.

"Siapa?"











Tbc~~


Eyooowwwww bhukakakakka ga jam 23.++ hari iniii wkwk



Makasih yang udah minta next, sampe nagih wkwkw moodbooster banget 🥰🥰🥰

Sampai ketemu besok yaaa ❤

Amour • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang