.
.
.
.
.
.
.
."Lo sumpah buang buang waktu" Ucap Annisa sekali lagi.
"Kok jadi lo yang ribet?! " Balas Aqilla kesal.
Annisa memutar bola matanya malas, "coba lo pikir, lo pacaran sama kak Vian tujuannya apaan?" Tanyanya.
Aqilla menghela nafas kesal, "masih jauh udah ngomong tujuan, lagian gue juga baru jadiannya, gimana kita kedepan itu urusan nanti" Jawabannya.
Annisa memalingkan wajahnya kesal, oh ayolah ia hanya memberitahu Aqilla tetapi kenapa kesannya ia menjadi terlihat salah?.
"Serah lo deh" Final Annisa dan mulai mengeluarkan peralatan sekolahnya.
°°°
"Gue pacaran! Puas? Hah?" Bentak Vian kesal karna temannya begitu ingin tahu.
Daniel dan Amar terkejut mendengarnya, mereka terdiam beberapa saat mencerna kata demi kata yang tadi keluar dari bibir tipis Vian.
"Wait, WHAT! Lo pacaran sama Aqilla?" Tanya Amar memastikan, Vian hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Bagus lah, tapi awas lo fokus sama pacar lo sampe lupa kalau. Ada kita!" Ucap Daniel mengingatkan, Vian terkekeh mendengarnya.
"Alay lo kaya betina" Balas Vian singkat.
"gue balik ke kelas ye, nanti istirahat lo harus traktir kita, ya ga Mar" Ujar Daniel pada Amar dan dibalas anggukan keras oleh Amar dnegan semangat.
"Iye iyee, miskin ya lu pada traktir mulu otaknya" Ucap Vian dengan malas dan sontak kepalanya. Langsung ditoyor oleh Amar.
"Koret siamah, karak sakali menta traktir oge, hilih" (Pelit lu, baru sekali minta traktir juga, hilih) oceh Amar kesal.
"Apaan si" Sewot Vian yang mengundang tatapan tajam Amar.
--
Waktu istirahat pun tiba, Amar sudah semangat sejak pelajaran memasuki jam ke 4, entah apa yang Amar inginkan di waktu istirahat nanti, yang paling penting menurut nya adalah traktiran.
Ohh yaa, jika kalian pikir Vian tidak diberikan uang jajan karna keluarganya saja tidak peduli, kalian salah besar, perlu di ingatkan kembali bahwa perusahaan Raffi adalah perusahaan nomor 1 diindonesia, jadi memberi uang pada Vian tidak membuat mereka rugi, ya walaupun uang saku Vian sebulan tidak sebanding dengan Aziel yang mendapatkan 50jt/bulan, setidaknya ia mendapat setengah dari nominal itu.
"Eh Yan traktiran dikantin kaga asik anjir, ga ngajak di cafe gtu sambil nongki? " Tawar Amar setelah berfikir keras tentang acara traktiran ini.
Vian menaikkan halisnya sebelah, "kaga mau yaudah" Ucap Vian dan Kembali fokus pada handphonenya. Amar merenggut kesal mendengar hal itu.
"Yeyyy traktiran" Teriak Daniel di ambang pintu. Vian dan Amar mendongak menatap Daniel dengan malas.
"Alow" Sapa Aqilla dengan nada imutnya, kepalanya menyumbul dengan tubuh yang berdiri di belakang Daniel.
"Dih bini gue, sini gak!" Ucap Vian posesif, Aqilla tertawa mendengarnya dan dengan cepat berjalan menuju Vian.
"Tadi gue ketemu di jalan yaudah gue ajak kesini" Jelas Daniel dan diangguki oleh Aqilla tanda setuju.
"Pindah lo ke depan, biar bini gue duduk disini" Usir Vian pada Amar agar Aqilla duduk disampingnya.
"Najis" Umpat Amar dan beranjak pindah duduknya kedepan.
"Kantin aja kuy? Lo pada katanya mau traktiran kan? Ga asik lah kalau traktiran dikelas" Ajak Vian dengan semangat, sungguh ia sangat ingin pergi kekantin saat ini, baginya kekantin bagaikan perjalanan ke tempat yang sangat ingin ia kunjungi.
Daniel dan Amar langsung menatap tajam Vian, "ngga ya anjir, mending batal traktirannya" Sarkas Daniel tak suka.
Amar dengan kesal menoleh cepat kearah Daniel, apa katanya? Batal? Gila!, kesempatan langka ditraktir oleh Vian.
"Dih naon batal batal, kudu jadi ah" (Dih apaan batal batal?, harus jadi ah) sewot Amar tak setuju.
"Mau kan mar traktiran? Yuk kantin" Bujuk Vian yang kekeuh inggin pergi. Aqilla yang tidak tahu apa apa hanya diam melihat perdebatan mereka.
"Nya hente ka gunung meletus oge" (Ya ngga ke gunung meletus juga) balas Amar dan menoyor kepala Vian kesal.
"Ini pada kenapa sih?" Tanya Aqilla akhirnya membuka suaranya.
"Itu aku ga boleh pergi ke kantin" Rengen Vian mengadu, mendengar itu Daniel dan Amar mengekspresikan seperti sedang muntah, mual mendengar rengekkan Vian pada Aqilla.
"Dih 'Aku' najis" Ejek Daniel geli, Vian mengabaikan ucapan Daniel dan tetap fokus pada Aqilla, berharap Aqilla memberikan izin untuk mereka pergi kekantin.
"Aqilla bawa bekal nih, kayanya muat buat kita berempat soalnya tadi mamah bawain banyak, makan ini aja ya? Kalau kekantin juga waktunya bakal abis buat pesen makanannya" Ujar Aqilla dan mulai mengeluarkan kotak besar bekalnya.
Vian menghela nafas pasrah, bete pada semua orang di hadapannya. Dan akhirnya Vian memutuskan untuk memainkan handphonenya.
"La, ibu lo ngasuh makan kuli Apa ya anjir banyak banget" Ucap Daniel yang terkejut melihat kotak bekal Aqilla yang berisi mungkin 5/6 sandwich didalamnya.
"Hehehe, mamah bilang buat bagi bagi sih, kebetulan kan Aqilla kesini" Balas Aqilla dan memamerkan gigi rapihnya.
Amar hanya mangut Mangut karna ia sudah fokus memakan sandwich dengan lahap sejak Aqilla membuka kotak bekalnya.
"Dimakan kak" Ucap Aqilla pada Daniel, san Daniel hanya mengangguk setelah itu ia mengambil satu sandwich dan melahapnya.
"Ka Vian ga mau?" Tanya Aqilla pada Vian yang sejak tadi hanya memainkan handphonenya, Aqilla tahu jika Vian sedang merajuk, tetapi ia memang sengaja tidak membujuknya tadi.
Vian hanya menggeleng pelan sebagai respon.
"tapi sandwich nya enak loh kak, makan ya?" Bujuk Aqilla menyodorkan sandwich nya di depan mulut Vian.
"Ayoo, aaaaa" Titah Aqilla dan membuka mulutnya berharap Vian mengikutinya. Dan berhasil Vian membuka mulutnya dan mengigit sandwich dihadapannya dengan halap.
"Hehehehe" Cengir Vian dengan mulut yang penuh sandwich. Aqilla ikut memakan sandwich itu dengan lahap sembari sesekali ia menyuapk Vian.
"Eh btw jangan panggil kak lah kan kita udah pacaran" Pinta Vian yang baru sadar jika Aqilla sejak tadi masih memanggik dirinya 'kak'
"Ngaruh" Ejek Amar
Vian langsung menatap Amar. Dengan tajam, sedangkan Daniel hanya tertawa melihatnya.
"Iyaaa aku panggil pake Kamu aja ya" Ucap Aqilla dengan gemas. Vian hanya tersenyum mendengarnya.
Waktu istirahat pun mereka pakai dengan baik, mereka tertawa, bertukar cerita dan memberikan solusi jika memang harus, waktupun tak terasa sampai akhirnya waktu istirahat pun habis. Aqilla dan Daniel yang mendengar bell masuk Langsung berpamitan dan keluar dari kelas Vian.
Tbc ~~~
Maaf ya kalau banyak typoooo
Sampai ketemu besokkkk
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour • E-book ✔️✔️
Fiksi Remaja[SUDAH TERBIT] [E-book bisa dibeli melalui DM] Reviano Edbert namanya, panggil saja Vian. Pemuda yang selalu menunggu Tuhan memanggilnya, bukan karena ia tidak bersyukur, tapi siapa yang sanggup hidup dengan pahitnya hidup? Bahkan semesta tidak me...