.
.
.
.
.
.
.
."Lo suka ya sama Vian?" Tanya Daniel tiba tiba pada Aqilla yang sedang fokus pada makannya.
"Uhuuuk uhuuuk" Vian tersedak makanannya karna mendengar ucapan Daniel.
"Adeuhh kabesekan salting" (Adehh, keselek salah tingkah) ejek Amar sambil menyodorkan minum pada Vian.
Vian menerimanya dengan kasar, kesal karna ejekan yang dilontarkan oleh Amar.
"Suka Qill?" Tanya Amar penasaran. Aqilla merunduk malu, tak lama kemudian ia mengangguk samar sebagai respon.
"HAAHH? IH BENERAN? HUAHAHA" Pekik Amar senang, ia sampai berdiri dan bertepuk tangan.
Vian menatap Aqilla dalam, ia tidak percaya karna Aqilla yang dengan mudahnya jujur.
"Tuh yann, lampu ijo" Ucap Daniel yang sama saja menggoda Vian. Amar mengangguk setuju.
Vian menggeleng pelan, "apaan si" Ujarnya yang sedang fokus kembali pada makanannya.
"Dih? Munafik lo, padahal lo tinggal bilang, 'ayok pacaran', atau 'Will you be my lover?', anjayyyy keren ga?" Ucap Amar mengompori suasana, Daniel tertawa mendengarnya.
Lain dengan Aqilla dia diam merunduk mengaduk ngaduk makanannya canggung, "aku ga bisa, kalaupun ia" Celetuk Aqilla menghentikan guyonan Amar.
Semuanya langsung terdiam, terutama Vian ia mengangkat kepalanya menatap Aqilla sendu, kecewa rasanya saat ucapan itu keluar dari mulut Aqilla.
"Qilla permisi, terimakasih buat makanannya kak" Pamit Aqilla dan segera meninggalkan kelas Vian sebelum teman kelas Vian masuk semua.
Mereka ber3 masih dengan mode diam, mencerna semua perkataan Aqilla tadi, Daniel dan Amar menjadi tidak enak karna seakan memberikan harapan pada Vian.
"Sorry Yan" Ucap Daniel pelan, mendengar hal itu Vian tersenyum menatap Daniel dan Amar bergantian.
"It's okay, ga usah minta maaf" Balas Vian menenangkan.
"Gue balik ke kelas yak? Nanti pulang bareng" Ujar Daniel saat melihat teman kelas Vian satu persatu mulai memasuki kelas.
°°°°°°
Aqilla kembali ke kelasnya, dengan deru nafas yang tak teratur karna habis berlarian dari kelas Vian.
"Qilla! Kemana aja lo?" Tanya Annisa kesal karna ia ditinggal sendiri sejak Qilla pamit pada awal jam istirahat.
"Ehehehe, kepow kamu anak kecil" Jawab Aqilla dan mendudukkan dirinya di samping Annisa.
"Yeuuu lo kalo udah ke temu kak Reviano girang banget" Ucap Annisa yang masih kesal dengan Aqilla.
Aqilla tertawa mendengarnya, "hehehe". Mendengar tawa Aqilla Annisa semakin kesal akhirnya ia beranjak berpindak ke kursi belakang yang pada saat itu kebetulan sedang kosong.
" Nisaaaa iiih kenapa sih, sini mau curhat" Rengek Aqilla yang tak terima Annisa pindah.
"Annisaaa ish" Bentak Aqilla keras, akhirnya Annisa mendongakkan kepalanya menatap malas Aqilla.
"Ada apaan si?" Ucap Annisa sewot, ia akhirny kembali. Duduk bersama Aqilla.
"Peluk dulu" Pinta Aqilla dan merentangkan tangannya lebar lebar.
Dengan malas Annisa memeluk Aqilla, detik itu juga air mata Aqilla menetes ia mengeratkan pelukannya.
"Susah ya jatuh cinta" Racau Aqilla ditengah tengah tangisnya.
"Gue salah ya nis?" Tanya Qilla dan mendapatkan gelengan dari Annisa.
"Kenapa gue harus jatuh cinta?" Ucap Aqilla, Annisa hanya diam tidak mau berbicara, karna ia tau Aqilla hanya butuh di dengar saat ini.
"Sampe tiap malem sebelum tidur gue minta sm allah gue gamau suka sama dia... Hiks"
"Tapi nyatanya rasa itu makin dalem Nis" Lirih Aqilla.
Selanjutnya hanya tangis Aqilla yang Annisa dengar, Annisa mengeratkan pelukannya guna menyalurkan kekuatan.
°°°°
Waktu menunjukkan pukul 15.30 waktunya semua murid SMA 2 Bangsa bubar sekolah, semua murid berlomba lomba agar keluar dari gerbang sekolah, walaupun sebenarnya mereka tidak langsung pulang melaikan mungkin main terlebih dahulu.
"Vian, Amar, kuy balik" Ajak Daniel di ambang pintu.
Amar dan Vian mengangguk di tengah tengah merapihkan perlengkapan sekolahnya.
"Sia galau nya?" (Lo galau ya?) tanya Vian sewot, padahal ia bisa saja bicara dengan santai seharusnya.
"Kaga elah, apaan si, lebay lo" Jawab Vian santai, ia berdiri dan berjalan mendahului Amar keluar dari kelas.
"Nya maneh atuh da cici wae" (Ya lo diem mulu) Ucap Amar dan berlari menyusul Vian.
"Udah ayok pulang" Ajak Daniel saat mereka sudah kumpul di depan kelas, "lo mau sama siapa?" Tanya Daniel pada Amar.
Amar diam sebentar menimang dengan siapa ia akan pulang, "jeung maneh we" (Sama lo aja) ucap Amar menunjuk Daniel.
"Yaudah ayok" Ajak Vian dan berjalan menuju oarkiran, diikuti Daniel dan Amar dibelakangnya.
"Malem cafe Daniel hayu?" Celetuk Amar dan langsung mendapatkan pukulan pelan di kepalanya.
"Naon sih" (Apaan si) Ujar Amar kesal karna Daniel.
"Lo kalo mau ke cafe Daniel ga usah malu maluin makanya" Balas Vian pelan, sudah sampai di parkiran Vian langsung menduduki motor sportnya dan langsung menancap gas tanpa berpamktan dengan kedua temannya.
"Wuuuu gelo meni te pamit" (Wuu gila smpe ga pamit) ketus Amar yang belum sempat membalas ucapan Vian yang membuat ia semakin kesal.
"Udah lo kaya betina kaya gtu aja di permasalahin" Ujar Daniel dan memasuki Mobilnya, di ikuti oleh Amar disampingnya.
Butuh waktu 20 menit untuk sampai kerumah Vian dari sekolah, saat ini Vian langsung melesat masuk kekamar dan merebahkan tubuhnya tanpa ingin menganti pakaiannya terlebih dahulu.
"Hahhhh nyatanya guenga bisa ngehindar dari rasa ini" Monolog Vian menatap lamat lamat langit kamarnya.
"Tolong hapus rasa ini ya tuhan, gue ga pantes" Lanjut nya, tak terasa setitik air matapun menetes dari sisi matanya, menandakan ia sedang rapuh sekarang.
Tbc~~~~
Ngawurrrrrrrrrrrrr
Sampai ketemu besok yaaa
Maaf banyak typo :(((((
KAMU SEDANG MEMBACA
Amour • E-book ✔️✔️
Teen Fiction[SUDAH TERBIT] [E-book bisa dibeli melalui DM] Reviano Edbert namanya, panggil saja Vian. Pemuda yang selalu menunggu Tuhan memanggilnya, bukan karena ia tidak bersyukur, tapi siapa yang sanggup hidup dengan pahitnya hidup? Bahkan semesta tidak me...