chapter 13

3.5K 165 13
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Kapan kamu akan keluar dari rumah ini?" Tanya Risa ketus.

"Bun.. ?" Ucap Vian lirih

"Saya muak dengan kehadiran kamu di rumah ini!" Bentak Risa emosi,

Vian hanya menatap sendu bundanya. Ia masih binggung kenapa kehadirannya seakan sebuah kesalahan.

"Tapi kenapa bun" Tanya Vian takut.

"Karna kamu pembawa sial!" Jawab Risa dengan nada tingginya, ia pun meninggalkan Vian dengan sejuta tanyanya.

"Pengen mati aja rasanya" Gumam Vian yang mulai melangkahkan kakinya keluar untuk berangkat sekolah.

°°°

Aqilla Auristela, perempuan berumur 14 keturunan Indonesia dan indian, menjadikan ia sangat anggun dan cantik dengan parasnya. Ia bercita cita menjadi dokter nantinya, sehingga sejak sekolah menengah ia selalu mengikuti ekstrakurikuler PMR untuk melatihnya mengenal dunia medis walaupun hanya sedikit.

Sejak ia bersekolah di SMA 2 Bangsa, yang mana itu adalah sekolah Vian juga, ia sudah terpanah melihat paras tampan Vian saat ia pertama kali melihatnya sedang mengerjakan hukuman dilapang.

Pagi ini Aqilla bersenandung ria, moodnya sudah baik karna ia masih memikirkan kejadian kemarin saat diantarkan pulang oleh Vian.

"Pagi bundaaaa sarapan apa pagi iniii" Tanya Aqilla saat melihat bundanya--Rima sedang sibuk memasak.

"Pagii Qilla, arapannya nasi goseng aja yaa" Jawab Rima

Aqilla mengangguk semangat, ia memakan lahap nasi goreng buatan Rima, setelah selesai sarapannya Aqilla bergegas mengambil tasnya di kamar bersiap untuk berangkat sekolah.

Aqilla berlarian karna semangat untuk pergi kesekolah, karna pasti ia akan bertemu dengan Vian.

"BUNDAAAAAAA, AYOOO QILLA MAU BERANGKAT" Teriak Aqilla memanggil Rima yang sedang ada di dapur.

Rima yang mendengar itu segera menghampiri Aqilla, "ga usah teriak teriak Qilla" Ujarnya.

Aqilla hanya tersenyum, dan segera mencium tangan Rima, "Aqilla berangkat, byeee assalamu'alaikum" Pamit Aqilla dan segera mencari angkot.

"Waalaikumsalam wr. Wb"

Tiin

"Naik"

Aqilla membeku ditempatnya melihat siapa yang di balik helm fullface itu, ia hapal dengan motor itu, "kak Reviano?" Ucap Aqilla tak percaya.

"Naik atau lo bakal terlambat" Ujar Vian dengan nada dinginnya.

Aqilla segera naik ke motor Vian, setelah memastikan Aqilla duduk dengan nyaman, Vian melajukan motornya dengan kecepatan sedang, toh ini baru pukul 06.45, ada 15 menit lagi untuk bel masuk.

Setelah 10 menit mereka telah sampai di sekolah, melihat Aqilla yang dibonceng oleh Vian, membuat banyak tatapan benci melihat mereka.

"Iww mau maunya ya si Qilla brangkat sama sampah"

"Omg! Sampah sama berlian"

"Iwh kasian bgt sama si Qilla"

Aqilla menatap Vian yang sedang berjalan dengan pandangan lurus kedepan, Qilla ingin sekali menggenggam tangan Vian hanya ingin menyalurkan kekuatannya. Tapi ia masih malu hanya untuk menatap mata Vian.

"Hmm ga usah di denger ya kak" Ucap Aqilla merunduk.

Vian berjalan mendahului Aqilla, tidak maksud apa apa Vian tidak ingin Aqilla nantinya menjadi bahan cemoohan jika lama berada di dekatnya.

Aqilla menatap punggung Vian yang berjalan mendahuluinya, mendengarkan cemoohan yang sejak memasuki area sekolah yang begitu bising, ia menjadi memikirkan bagaimana bisa Vian mampu bertahan dengan semua cemoohan yang terlontar di hadapannya setiap hari.

°°°°

Vian memasuki kelas dengan tas yang ia gendong di sebelah pundahnya, dan rambutnya yang rapih.

"KASEEEPPP, ih tumbensyiah mangkat iisu" (Gantenggg, ih tumben lo berangkat pagi) tanya Amar yang tidak menyangka Vian akan ada di sekolah sepagi ini.

Vian mengangkat bahunya malas, seperti biasa ia duduk di kursi nya dan menaruh kepalanya di lipatan tangannya di atas meja.

"Eh eh maneh bogoh nya ka si Aqilla Aqilla eta?" (Eh eh lo suka ya sama si Aqilla Aqilla itu?) tanya Amar kepo.

Vian kembali mengangkat bahunya sebagai respon, melihat respon Vian, Amae mendengkus kesal.

"Jawab atuh!" (Jawab dong!) bentak amar kesal. Tetapi Vian tetap tidak memberi respon, ia memilih menjemput mimpinya saat ini ketimbang mengobrol ngaur dengan Amar.

Tak lama bell masuk pun berbunyi, siswa sudah berada di kelas, menunggu sang guru datang untuk memberikan materi.

Traap traap traap

"Bu Devi woy bu Devi! " Pekik Amar setelah berjaga melihat siapa yang masuk keruangannya. Dan ternyata bu Devi, guru yang sangat friendly menjadikan ia mempunyai banyak fans di sekolahnya.
"Assalamu'alaikum" Salam Devi ramah. Semuanya meneguk ludahnya sebentar. Terpesona dengan badan rampingnya.

" waalaikumsalam wr. Wb"

"Okey sekarang buka buku paket hal 127" Perintah Devi, semua langsung bergegas membuka buku planet tersebut.

"Mar" Panggil Vian purau.

Amar menolehkan kepalanya saat mendengar ssuara purau "kenapa sih? " Tanya Amar kesal karna Via menganggu nya memperhatikan buku paketnya.

"Mar perut gue sakit banget" Ucap Vian, tangannya mencengkram erat titik pusat rasa sakitnya.

Amar panik tetapi tak seheboh biasanya, Voan memintanya untuk tidak panik seperti biasa.

Amar menyibak seragam sebolah Vian, ia melihat lebam lebam unggu yang menghiaaa perut Vian.

"Lo gelut? Tanya Amar terkejut.

Vian menggelengkan kepalanya, " Aaam.. Bil oo... Bat" Pinta Vian terbata

"Amar? Perhatikan !" Titah Devi yang tak mau ada muri yang tidak memperhatikan materinya.

Amar segera berbenah dan melihat lurus ke materi yang disampaika Bu Devi.

"Mar.... Oo.. Bat" Pinta Vian seperti memohon, ia tidak biasa menahan sakit yang luar biasa diperutnya.

"Bntar anjir" Ucap panik Amar.

"Arghh" Erang Vian







Tbc ~~~

Penasaran ga? Kalau iya ikut PO novel Amour yaaaa 😆








Amour • E-book ✔️✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang