Sybi menjadi perbincangan hangat kali ini, seorang anak magang yang penuh keberanian, begitulah sebutannya. Walau begitu Sybi tak merasa dirinya telah membuat kekacauan, Sybi mengutarakan pendapatnya dan siapa sangka Bell bisa setuju, awalnya sikap Bell mengganggunya, dia dingin dan tak punya perasaan, tapi setelah diamati Bell itu hangat dan terbuka.
"Kenapa sih aku jadi mikirin hal yang gak penting!" Kesal Sybi, ia sekarang sedang menunggu seseorang yang akan menjemputnya.
Tak lama orang yang Sybi tunggu tiba, Akzal. Mereka bertiga berencana untuk makan malam bersama, tapi Vane pergi lebih dulu, walaupun kini Vane sudah magang di perusahaan Akzal.
"Sybi ayo masuk" Titah Akzal seraya membukakan pintu mobil.
"Terima kasih" jawab Sybi.
"Bagaimana harimu? Pekerjaanmu lancar?" Tanya Akzal mengawali perbincangan.
"Biasa saja" jawab Sybi asal."Pekerjaannya atau harimu? Kau ini berkata ambigu tau" kesal Akzal
"Keduanya" jawab Sybi singkat lagi. "Bagaimana denganmu?"
"Hariku sangat menyenangkan dan pekerjaanku juga lancar""Kau kan bekerja di perusahaanmu sendiri" ujar Sybi, ia memalingkan pandangan keluar seraya menikmati pemandangan sore hari. "Tidak juga, kau mau tau apa alasan yang lebih pentingnya?" Tanya Akzal. Sybi menggeleng "Tidak"
"Ayolah Sybi" Bujuk Akzal, tapi tetap saja Sybi tak mengatakan apapun, pada akhirnya Akzal mengatakannya "Karena aku selalu merindukanmu." Mendengar itu Sybi mengalihkan pandangan, menatap Akzal "Kau pikir itu masuk akal?"
"Tidak, tapi aku terus kepikiran dirimu" lagi-lagi Akzal berbicara omong kosong. "Baiklah" jawab Sybi, sebenarnya Sybi juga bingung harus berkata apa, ia merasa sangat canggung.
"Sybi aku-" Ucapan Akzal sengaja Sybi potong "Jika kau ingin mengutarakan perasaanmu aku tak akan menjawab lagi" ketus Sybi. Tapi Akzal malah tertawa lebar. "Sepertinya aku terlalu sering mengatakan itu, aku capek" kekeh Akzal. "Lalu kau mau bilang apa?" Tanya Sybi dingin. "Aku mau mengajakmu ke suatu tempat"
"Kemana?"
"Suatu tempat" lagi-lagi jawaban Akzal seperti itu.
"Kapan?"
"Minggu"
"Oke" final Sybi, ia tak mengerti kenapa ia bisa membuat keputusan tanpa berfikir panjang, padahal dulu ia sering kali menolak. "Kau tidak sedang sakitkan?"
"Tidak! Sudahlah jangan dibahas sebelum aku mengubah keputusan"
"Baiklah"
**
"Sybi! Aku tidak menyangka kau akan datang" teriak Vane ketika Sybi dan Akzal tiba.
"Aku sedang lapar jadi setuju" elak Sybi, sebenarnya ia merasa bersalah karena selalu memperlakukan teman-temannya dengan dingin.
"Oooooo kau mulai berbohong, akui saja, kau itu suka malu-malu" Kekeh Vane seraya mengajak kedua temannya duduk. "Terserah" dingin Sybi."Kau masih menyukai greentea Sybi?" Tanya Akzal, "Menurutmu bagaimana?" Tanya Sybi balik, "Hey tentu saja!" jawab Vane "Sybi tidak bisa lepas dari rasa hijau itu" kekeh Vane. Lalu Akzal membuat pesanan, seraya menunggu pesanan, ketiganya mengobrol hangat sebelum akhirnya Sybi melihat dua orang yang familiar baginya.
Ya, Sybi melihat Bell dan Lareina sedang duduk berdua, mereka berbincang sangat santai, dan terlihat begitu akrab. Sybi terus memperhatikan interaksi keduanya, ratu cantik yang sempurna dan raja tampan yang sempurna juga, tidakkah itu menjadi perfect couple?
"Hey kau melihat apa?" Tanya Vane penasaran, pasalnya dari tadi Sybi mengabaikan perbincangan mereka. "Oh? Tidak kok, hanya melihat pemandangan" tentu saja Sybi berbohong. "Kupikir kau melihat pasangan yang serasi itu, apa kau juga berfikir begitu?" Tanya Vane, is tak tau jika pria itu adalah Bell CEO TCOTW.
KAMU SEDANG MEMBACA
SYBELL
General FictionIni lah SYBELL, Sybille dan Bell yang bertemu dalam ruang yang tak terduga, saling menyapa untuk perasaan yang berbeda, menyukai hal yang sama, memiliki landasan hidup yang sama. Bell, seorang CEO TCOTW, startup hectocorn swasta yang berperan dalam...