SYBELL 9

11 2 2
                                    

Itu pertama kalinya Vane melihat Sybi kalut dalam kesedihan, sebelum Sybi tak pernah sesedih itu, walaupun tak jarang Sybi menangis. Vane seperti melihat sisi baru dalam sosok Sybi, sisi yang sepertinya disembunyikan dalam sikap dinginnya. "Tidak apa Sybi, aku mengerti, jangan menangis " Ujar Vane menenangkan seraya mengelus punggung Sybi hangat.

Sybi mengangguk, ia menyeka air matanya dan tersenyum canggung "Kuharap kau tidak mentertawakanku" Ujar Sybi dengan suara mendengung beserta isakan, Vane sebenarnya ingin tertawa tapi ia tak mungkin maka ia menahannya.

"Kapan Akzal pergi?" Hanya itu yang ingin Vane tau, sejauh ini ia tau bagaimana Sybi kepada Akzal, bukan tidak suka, bukan benci tapi sayang, sayang sebagai sosok pria yang selalu ada di sampingnya. Pria yang telah menggantikan sosok ayah selama kurang lebih 3 tahun.

"Sepertinya nanti malam" Jawab Sybi menebak, Vane mengangguk "Sudahlah, jika para fansmu tau kau menangis mereka akan sangat lebay" kekeh Vane seraya mengajak Sybi jalan-jalan di pantai yang tenang juga menunjukkan siluet yang begitu mempesona. "Kau tau, kamu adalah orang yang pertama kali ku ajak kesini" ujar Sybi. Kata-kata itu menyentuh Vane, ia tak pernah mendengar Sybi berkata semanis itu sebelumnya. "Ohh my heart was touched!" Ujar Vane seraya memeluk Sybi, seperti biasa Sybi akan memberontak dan menghindar. "Hey! Don't touch me!!" Sybi menghindar seraya berlari-lari di sekitar pantai, diiringi senyuman.

"Inilah Sybille Belvana Winanditia" ujar Vane dalam hati seraya tersenyum menikmati momen mereka berdua.

**

Esok harinya Sybi dan Vane kembali ke aktivitas masing-masing, Sybi datang dengan mata yang sedikit sembap akibat menangis, ia bahkan menangis sebelum tidur tentu saja luka yang ia miliki begitu menyiksanya dan ia tak bisa mengatakan kepada siapapun, tidak ada sosok pria disampingnya yang akan mendengarkannya.

"Nona Sybi seseorang menunggu anda di lobi bawah" ujar seorang karyawan. Sybi mengangguk, ia sudah tau siapa orang itu karena mereka sudah membuat janji di jam istirahat Sybi.

Darrell Alaois, anak bungsu Alaois, adik Akzal. Pria dengan perawakan manis dan sangat berkarisma, wajahnya menunjukkan garis pejuang sesungguhnya, lebih tepatnya Darrell ini ketua BEM tahun sekarang, sepertinya keluarga Alaois memang ditakdirkan jadi seorang pemimpin.

Wajah Darren lebih Asian,karena dia seperti ibunya sementara Akzal lebih westernized seperti Alaois

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Wajah Darren lebih Asian,karena dia seperti ibunya sementara Akzal lebih westernized seperti Alaois.

"Kak Sybi sudah lama tidak bertemu" Sapa Darrell seraya berbasa-basi. Sybi tersenyum pria dihadapannya itu balik tersenyum. "Apa kabar Darrell? Bagaimana kuliahmu?" Darrell tertawa lebar "Kakak pasti akan membahas kuliah kan, aku sangat baik-baik saja dan kuliahku lancar" Sybi ikut tertawa "Baguslah, jadi kenapa kau meminta bertemu?" Tanya Sybi aneh, apa mungkin Darrell akan memberi Sempel produk Alaois yang baru? Tapi kan Vane bekerja disana kenapa harus Darrell?

"Ada titipan dari Akzal" Darrell memberikan paper bag kecil. Sybi menatap tak mengerti, Akzal? Kenapa tak langsung saja saat mereka bertemu berdua "Apa ini?" Tanya Sybi. Jelas Darrell menggeleng "Itu paket yang Akzal beli untuk kakak, dia tidak memberitahuku apa isinya dan itu datang ketika Akzal pergi ke bandara" jelas Darrell. Sybi bingung harus bereaksi seperti apa, Akzal?

"Terima kasih telah membawakannya untukku" Ujar Sybi ramah, walaupun ia tak mengerti dengan semua itu tapi Sybi akan tetap berterima kasih. "Tidak masalah, oh ya Akzal sempat berpesan untuk menjagamu, hey bukankah dia konyol?" Kekeh Darrell lalu keduanya tertawa lebar. "Akzal memang begitu", ujar Sybi seraya menghela napas panjang. Tak lama suara langkah kaki seseorang terdengar, mendekat kearah meja Sybi dan Darrell, dia adalah Bell.

Ia menggunakan kacamata hitam dan balutan jas yang rapi, sepertinya dia habis rapat. "Nona Sybi, apakah anda sedang tidak sibuk?" Tanya Bell tiba-tiba. Sybi menggeleng "Tidak pak, ada apa?" Bell menganggkat alisnya menatap Darrell "Lalu kau memilih untuk berbincang dengan seseorang disini?" Ohh aura dingin Bell mulai keluar, padahal ini jam istirahat. "Dia Darr—"ketika hendak memperkenalkan kepada Bell Darrell memotong ucapan Sybi. "Saya Darrell Alaois, pacar nona Sybi, salam kenal" Tiba-tiba saja Sybi merasa terkejut begitupun Bell, apa yang ia pikirkan jadi kenyataan? Sementara itu Darrell menahan tawa.

Bell menerima uluran tangan Darrell "Albaric Bell Devin, CEO TCOTW" setelah bersalaman Bell pergi tanpa pamit. Sementara Darrell tertawa "Kak Sybi kau tau kenapa dia seperti itu?" Sybi kesal ia dia dan menatap kepergian Bell "Hey are you crazy?!!! " Kesal Sybi kepada Darrell. "Hey I just kidding! Why?!! Kakak takut dia salah faham?" Darrell tertawa semakin lebar "Bukan seperti itu, tapi berduaan dengan kekasih di lobi pada hari kerja menurutmu tidak apa-apa?" Sybi hanya berfikir orang-orang akan menganggapnya aneh.

"Tidak apa-apa, atau should we do something more? Like hug or kiss?" Sybi menatap Darrell jijik. "HEY nak pulang sana Mr. Alaois waiting for you to come home" ujar Sybi. "Oh sekali lagi, be a good boy like your brother" setelah itu Sybi berpamitan dan kembali bekerja. Darrell menghela napas "Kak Sybi aku pernah suka kamu karena itu aku gila begini" gumam Darrell, ia juga sadar bahwa Bell sepertinya tidak hanya menjaga Sybi tapi juga menaruh rasa sayang pada Sybi. "Albaric ya? Nama yang familiar" ujarnya lagi setelah keluar dari gedung.

"Wait?!!! Albaric?!? Mr. Albaric?!? Omg! Mr. Daniel Albaric" Darrell sekarang ingat, jadi Bell adalah anak tunggal Albaric? Kenapa Sybi tidak tahu akan hal itu? Jika tau mungkin Sybi akan syok seperti dirinya.  "Damn! You're lose again bro! " Ujar Darrell bicara pada kakaknya sendiri lewat pesan.

**

Lareina masuk ke ruangan Bell. Ia melihat Bell yang tak biasanya, apakah rapat kali ini mengecewakan? Lareina bertanya-tanya pasalnya wajah Bell terlihat sangat kesal. "Bell, Are u okay?" Tanya Lareina pelan, ia takut Bell marah. Bell menghela napas panjang "never mind, ada apa?" Tanya Bell mengakhiri pikiran negatifnya. "Sepertinya produk kita untuk pembukaan cabang baru sudah 90%, apa kau punya perintah lain sebelum kita meluncurkan?" Bell bingung harus apa, sepertinya pikirannya hanya Sybi, padahal dia bukan anak yang akan galau seperti anak muda zaman sekarang tapi kenapa rasanya ia tak terima.

"Sepertinya aku perlu membicarakannya dengan Sybi dan Johan, kau bisa memanggilkan mereka?" Lareina menatap kesal "Bell, without me?" Bell menganggkat alis "Untuk sekarang aku hanya butuh mereka, tidak masalahkan?" Tanya Bell lagi, entah Bell yang tak mengerti perasaan Lareina atau Lareina yang terlalu perasa tapi akibat itu Lareina sangat kesal dan tidak ingin bicara dengan siapapun.

"Kenapa pak Bell memanggil saya?" Tanya Sybi ketika ia sudah berhadapan  dengan Bell. "Silahkan duduk" perintah Bell. Sybi menurut, ia sedikit bergetar, ia takut Bell akan memecatnya. Tapi rupanya keduanya malah diam tak ada yang berani membuka suara. "Sejak kapan kalian pacaran?" Itu ucapan pertama yang Bell tanyakan setelah 5 menit mereka diam. "Kami kenal dari 4 tahun lalu tapi kam—" Bell memotong ucapan Sybi, padahal Sybi ingin menjelaskan. "Kenapa kau malah bicara dengan pacarmu? Harusnya kau seperti pegawai lainnya jika istirahat ya istirahat" ujar Bell. Sybi sudah menduga Bell akan marah hanya saja ia tak mengerti kenapa, dan Sybi sendiri tidak peka akan hal itu. "Maaf pak saya tidak akan mengulanginya lagi, tapi dia it—" Bell memotong lagi. "Tidak profesional" lanjut Bell.

Karena kesal akhirnya Sybi berteriak "Dia ketua BEM kampus bukan pacar saya! Dia kenalan saya karena kita satu kampus!" Tepat saat itu Johan dan Lareina datang, mendengar itu keduanya aneh, Bell yang mendapat teriak itu merasa senang, ia diam-diam tersenyum walaupun wajahnya masih sedikit kesal, kenapa Sybi tak bilang dari tadi?

Johan berdahem "Ehm...nona Sybi seperti nya anda sudah datang ya?" Johan duduk di samping Sybi dan Lareina di samping Bell. Sybi malu karena telah berteriak seperti itu, ia tak sopan dan sangat malu, "Saya membawa Lareina karena sepertinya kita membutuhkannya" lanjut Johan. Bell mengangguk.

Sementara itu Lareina sangat kesal dan marah, ia curiga bahwa Sybi akan menyukai Bell, ia tak ingin dan tak akan membiarkan itu terjadi. "Pak Bell sepertinya saya tak butuh manager untuk urusan ini" ujar Lareina seraya menatap Sybi tajam. Sybi tau apa arti tatapan itu, Lareina tak menyukainya. "Aku membutuhkannya" ujar Bell jelas. Hal itu membuat Sybi speechless dan tak menyangka, Bell Tak semarah tadi dan tidak mungkin Bell mengatakan hal itu di depan teman dekatnya, Lareina, Sybi tau Bell mengerti akan perasaan Lareina tapi kenapa? 

SYBELL -Ciaosucia24

SYBELLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang