[Pacar Autis]
Rein Galvaro memiliki hidup yang sempurna. Dengan kecerdasan luar biasa, pesona yang memikat, dan masa depan yang cerah, ia tak pernah membayangkan bahwa hidupnya akan terguncang oleh kehadiran Sella Bram-seorang gadis yang hidup dalam...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di perjalanan pulang setelah mengikuti rapat proyek baru Ayah, aku berniat untuk langsung pergi menjenguk Sella di rumah sakit. Tak ada kabar mengenai gadis itu, membuatku rada khawatir. Sudah menelepon Mama beberapa kali untuk menanyakan keadaan Sella masih tak ada jawaban.
Berbicara tentang Sella. Aku tiba-tiba mengingat tuan Bram yang ku kenal sebagai Ayah dari Sella. Tuan Bram adalah orang terpandang yang selalu Ayah bicarakan kepadaku soal perusahaan. Ia memiliki berbagai cabang perusahaan ternama diantara lain goldjob(perusahaan tambang emas), travel Airport di beberapa negara dan cabang perusahaan lainnya. Betapa lengkapnya hidup gadis itu jika saja dia memiliki kepribadian yang normal.
PIP!!
Mobil yang berada di belakang membunyikan klakson, membuatku tersentak seketika dari melamun. Aku segera menjalankan gas mobil karena lampu merah yang membuatku berhenti tadi sudah berubah menjadi warna hijau-jalan.
Beberapa menit berlalu, akhirnya sampai di parkiran rumah sakit. Aku bersegera turun, lalu hendak menutup kembali pintu mobil.
Mataku melihat kearah lenganku, "terlalu formal." Aku mengeluarkan atasan jas hitam dan dasinya lalu menaruhnya kembali ke dalam mobil.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Memandang style di pantulan body mobil. Kemeja putih polos dengan celana hitam panjang pasangan dari jas hitam tadi membuatku terlihat lebih jangkung nan tinggi. Keren.. aku terlihat lebih tampan dari pada harus dengan style remaja. Aku tersenyum simpul baru saja menyadari bahwa, aku akhir-akhir ini sudah tidak pernah memuji diri sendiri.
Yah.. seperti, "mengapa bisa aku setampan dan sekeren ini? Bahkan Romeo akan kalah.."
Padahal jika di hitung aku bercermin lalu memuji diri sendiri dalam sehari empat atau lima kali.
'oh.. tapi itu tidak ada apa-apanya dibanding dengan Erik yang sehari bisa sampai dua belas kali.'