Aku memutuskan untuk bergegas pergi dari antrian. Meninggalkan pria jutek yang tidak bisa diajak kompromi itu,dan juga meninggalkan semua belanjaan ku sekaligus belanjaan titipan mama disana. Aku sangat khawatir dan langsung berlari. Aku harap semesta berpihak padaku kali ini.
Aku hanya punya mama semesta,hanya mama. Hari ini aku naik bus umum,jadi aku harus menunggu bus datang dengan sangat gelisah,aku harap mama gak apa-apa.
"Gue minta maaf soal tadi,nih belanjaan Lo"seorang pria jutek itu menghampiriku. Memberi semua belanjaan ku yang aku tinggal di supermarket tadi. Mungkin pria itu merasa bersalah padaku.
"Saya gak butuh kamu bayarin belanjaan saya"aku menolak niat baiknya,sambil tetap meperhatikan jalan raya yang tidak ada satupun bus yang lewat.
"Emang buru-buru banget?"tanya pria itu sambil memegang belanjaan ku di tangan kanannya.
Aku segera meninggalkan nya dan memutuskan untuk jalan sampai halte bus berikutnya. Aku tidak mau berhadapan dengan orang gak penting seperti dia. Dia pikir aku akan memaafkan perbuatannya tadi. Tidak akan. Orang itu terlalu menyebalkan.
Pria itu mengekori ku,dan sedikit berjalan agak cepat agar bisa menyusulku. "Gue antar aja,itu juga kalo lo mau sih"ucapnya,yang kini tubuh tingginya sudah tepat berada di hadapanku. Menghalangi jalan di depanku.
"Gak perlu mas,permisi"aku segera berjalan meninggalkannya. Aku tidak butuh bantuan orang asing yang jutek itu. Aku sedikit berlari sambil sesekali menelfon Alex,sudah tiga kali aku menelfonnya,alex baru menjawab telfonku.
"Mama gimana Lex,gue masih di jalan'"aku memegang handphone dengan gemetar,aku takut ada apa-apa dengan mama. Dan sedikit berlari kecil agar cepat sampai di halte berikutnya. Haltenya pun sudah tidak terlalu jauh.
"Kata dokter benturan dari jatoh tadi ngebuat mama lo stroke Mi. Karena kata dokter umur mama lo udah mulai rentan sakit. Maafin gue,tadi gue agak telat bawa mama lo kerumah sakit. Mama lo lagi dikamar perawatan sekarang,gue masih temenin kok Mi sampe lo dateng"aku segera mematikan telfonnya. Aku tidak sanggup melanjutkan percakapan dengan Alex. Aku hanya bisa berlari sekencang-kencangnya berharap ada bus umum yang menungguku di halte berikutnya.
Begitu aku sampai di halte tersebut,bus belum juga datang. Aku menunggu sambil menangis. Seharusnya aku tidak ke supermarket,seharusnya aku menemani mama dirumah. Ini semua salahku.
Bisa dibilang umur mama sudah tidak muda lagi,52 tahun. Mama terlalu fokus oleh pekerjaan sehingga tidak terfikirkan untuk menikah. Dan sekalinya menikah ayah meninggalkannya. Aku bisa tau sesedih apa perasaan mama,menghidupiku seorang diri. Sampai dirinya sendiri tidak diperdulikan lagi.
Sebuah mobil putih berhenti di depan halte bus. Seorang pria bertubuh tinggi keluar dari mobil itu dan segera berjalan ke arahku,aku mengenalnya. Tentu saja itu pria jutek yang tadi di supermarket. Untuk apa ia menemuiku lagi. Sudah jelas-jelas aku tidak ingin berurusan lagi dengannya.
"Kan udah gue bilang,gue antar aja"ucap pria jutek itu yang melihat aku sedang menyeka air mata.
"Cepat"aku berlari masuk kedalam mobilnya,aku gak peduli lagi dengan gengsiku.
Aku ingin segera menemui mama. Minta maaf karena aku sudah meninggalkannya sendiri. Sampai-sampai ia jatuh di kamar mandi. Dan sialnya aku tidak ada disana.
Dijalan menuju rumah sakit aku hanya bisa menangis. Merasa bersalah karena seharusnya,aku tidak meninggalkan mama yang sedang sakit sendirian dirumah. Mama selalu bilang gak apa-apa walaupun ia ada apa-apa. Aku yang bodoh mempercayainya dan malah memutuskan pergi ke supermarket.
"Ada apa sih?"tanya pria jutek itu penasaran,pasti dia bertanya karena melihatku menangis di mobilnya. Gak peduli walau dia mungkin akan ngatain aku cengeng.
"Bukan urusan kamu"
" Terus ini kita mau kemana?"
"Rumah sakit pondok indah"aku memalingkan pangandanku ke jendela.
Berharap tuhan dapat memutar ulang waktu saat ini. Sehingga aku tidak perlu mendapat kabar seburuk itu dari Alex.
Sesampainya dirumah sakit Alex sudah menunggu di loby rumah sakit. Aku memeluknya sambil menangis,dan langsung segera berlari menuju kamar mama.
"Maafin Mia ma,gak seharusnya Mia ninggalin mama sendiri dirumah"Mama hanya diam tersenyum melihatku dan meneteskan air matanya.
Kata dokter mama belum bisa bicara,harus sering-sering dilakukan terapi agar mama dapat membaik. Pria jutek itu masih disini,melihat aku menangis memeluk mama. Aku segera mendekati pria itu,mungkin ia belum pergi karena aku belum mengucapkan terimakasih padanya karena sudah mengantarku. Jadi aku memutuskan untuk menghampiri nya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Thinking Of You
RomanceMulai malam itu. Malam dimana kami mengakhiri hubungan kami berdua, kebahagiaan dihidupku tak lagi ada. Menunggu hari esok pun aku sepertinya tak sanggup,tak sanggup menerima kenyataan bahwa semuanya sudah berubah. Apakah semesta mempertemukan dua i...