Telah Berubah

41 3 0
                                        

"Makasih udah anter saya,kok masih disini?"tanyaku sambil menatap matanya yang juga sedang menatapku.

Ia pria tampan, sepertinya juga baik. Tapi tidak bisa di sangkal lagi dia memang dingin dan jutek.

"Lo ngusir gue?"

"Maksud saya bukan gitu"pria itu menaruh belanjaan ku di lantai dan segera pergi dari kamar rawat inap mama.

Meninggalkan ku dengan Alex dan mama. Bahkan aku belum mengenal namanya. Ia pergi tanpa basa-basi. Mungkin tersinggung dengan ucapanku.

"Mama udah boleh pulang Lex?"tanyaku sambil berjalan mendekati Alex yang sedang duduk di kursi samping tempat tidur mama.

"Baru boleh besok Mi,sekarang masih nunggu mau diperiksa lagi"ucapnya.

Alex memang satu-satunya teman baikku. Aku bertemu dengannya waktu masa orientasi siswa di kampusku. Pertama kalinya kami kenal,karena Alex ingin pinjam pulpen ku. Selanjutnya kami mulai berteman,dan sampai hari ini. Alex benar-benar teman yang baik. Dia mau menemani mama saat aku tidak ada disampingnya.

***
Mama sudah boleh pulang hari ini setelah menjalani beberapa pemeriksaan kemarin. Dokter bilang aku harus membawa mama terapi seminggu 3 kali. Mama berhenti dari pekerjaannya. Dan mau gak mau aku harus mencari nafkah menggantikan beliau, sembari kuliah pastinya. Kuliahku juga tinggal beberapa bulan lagi.

"Kita pulang ya ma,mama pasti akan membaik,percaya sama Mia"ucapku sembari memeluk mama yang sedang duduk di kursi roda.

Alex sudah pulang tadi malam. Walaupun semalam ia menolak untuk meninggalkan ku sendiri menjaga mama dirumah sakit. Tapi menurutku,ia sudah banyak membantu. Jadi aku memutuskan untuk memaksanya pulang dan istirahat dirumah.

Aku memesan taxi di depan rumah sakit. Dan segera pulang menuju rumah. Di jalan menuju rumah aku berniat ingin mampir ke toko bunga. Dan membelikan mama bunga mawar kesukaannya. Tapi tidak mungkin toko bunga di dekat rumahku,tempat itu terlalu mengingatkan kenangan ku bersama Noah.

"Nanti kalo ada toko bunga di depan mampir dulu ya pak"ucapku kepada supir taxi sambil membelai rambut mama yang kini tertidur pulas di pundakku.

***

Sebulan sudah,kini suasana rumah tidak lagi seperti dulu. Semua telah berubah. Mama seringkali mengurung dirinya dikamar dan tidak mau makan. Katanya untuk apa makan kalau ia tidak kunjung sembuh,katanya juga buat apa terapi kalau tidak juga kunjung membaik. Setelah sebulan melakukan terapi. Kini mama perlahan-lahan mulai bisa bicara,walaupun memang belum terlalu jelas,tapi menurutku itu sebuah perkembangan yang baik.

Aku memperkerjakan asisten rumah tangga untuk mengurus mama,dan juga karena aku harus kerja sekaligus kuliah. Aku berkerja disebuah rumah makan,restaurant kecil yang menjual makanan asli Indonesia. Walaupun gajinya tidak seberapa setidaknya bisa menambah pemasukan keuangan keluarga ku selain dari tabungan mama.

"Aku berangkat ya ma,hari ini jangan sampai gak makan lagi,aku marah nanti"aku berangkat untuk berkerja.

Hari ini aku sift pagi di hari kamis. Sangat berat memang,hari-hari biasanya aku hanya harus kuliah. Tapi sekarang aku juga harus berkerja untuk menghidupi kami. Aku dan mama,ditambah untuk membayar bi Nani.

"Nanti kalau mama gak mau makan lagi bagaimana enduk"bi Nani asisten rumah tangga yang ku perkerjakan dua minggu lalu. Ia baik,saat pertama kali ia berkerja dirumahku.

Kata bi Nani, "Gak usah di bayar banyak-banyak gapapa enduk,asal bibi tinggal disana boleh kan enduk. Bibi susah bayarnya kalau tinggal sendiri"

Tidak masalah bagiku,supaya rumah gak terlalu sepi juga karena kami cuman berdua.

"Bilang aja bi,aku gak mau pulang kalo mama gak makan"ucapku setelah keluar dari kamar mama dan segera meninggalkan rumah untuk berangkat kerja.

Hari ini lumayan lama menunggu bus umum. Biasanya aku tidak pernah sampai sebosan ini,aku takut telat jika bus nya datang terlalu lama. Di halte tempat ku menunggu bus ada seorang anak muda yang sedang berbicara di telfon. Sepertinya itu pacarnya,mereka bertengkar dan sesekali pria muda itu mengatai lawan bicaranya di telfon itu "pelacur",aku bingung anak muda sekarang sudah berani kasar dengan perempuan,sampai harus berkata kasar seperti itu,kurang ajar.

"Bareng gue aja,kayanya lo bakalan telat deh kalo nunggu bus"seorang pria yang baru saja datang dan tepat berdiri disampingku berbicara.

Apakah ia berbicara padaku?dan ternyata iya,aku mengenal jelas wajah pria itu. Pria yang waktu itu mengantarku untuk kerumah sakit. Ya pria jutek itu,bagaimana bisa aku bertemu dengan nya lagi saat ini?apa ia membuntuti ku?mencari tau dimana rumahku? atau mungkin hanya sebuah kebetulan?

"Kamu yang waktu itu nganterin saya kerumah sakit kan?"aku bertanya seakan lupa,supaya kelihatan bahwa aku dengan gampang melupainya. Padahal jelas-jelas aku mengingatnya. Wajahnya,tubuh tinggi nya,semuanya.

"Gimana kabar mama lo?"apa penting menanyakan kabar mamaku? sepedulikah itu dia?

"Kayanya aku bakal beneran telat kalau kita ngobrol disini"ucapku sebagai tanda bahwa aku ingin diantarnya hari ini. Ya lumayan lah, daripada harus menunggu bus umum,nanti aku telat.

"Itu artinya lo mau gue antar?" ucapnya dengan senyum yang tidak bisa ia tutupi lagi.

Aku segera berjalan menuju mobilnya,meninggalkannya yang masih berdiri dan sesekali menatapku sambil tersenyum.

Thinking Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang