Tinggal Kenangan

36 2 0
                                        

***

Pagi ini hujan turun dengan derasnya. Aku terbangun dengan mata yang sembab,aku menangis semalaman. Mengingat semua kenangan bersama Noah membuat diriku tak kunjung membaik,tapi semua itu tidak bisa dihindari. Semalaman aku hanya melihat sebuah kotak berwarna putih yang terletak di lemari baju ku. Kotak itu berisi semua kenanganku bersamanya. Dari foto-foto saat kami masih bersama,beberapa kalung leontin yang sangat cantik. Darinya waktu kami anniversarry,dan juga beberapa surat permintaan maaf.

Dulu Noah sangat suka mengirimiku surat permintaan maaf saat ia berbuat satu kesalahan,atau saat kami bertengkar. Hingga aku tidak ingin bertemu dengannya. Satu dari beberapa yang ku ingat. Waktu aku berkunjung ke kampus Noah,dan ingin bertemu dengannya. Aku mendapati bahwa Noah sedang duduk di kantin,berdua dengan perempuan yang kata Noah bernama Aliya. Aku melihat Noah memegang coklat pemberian dari Aliya. Noah melihatku dan segera lari mengejarku. Semenjak detik itu aku tidak ingin bertemu dengannya. Karena fikirku ia bermain belakang dengan perempuan bernama Aliya itu. Perempuan yang jelas lebih cantik dariku. Aku kecewa dengannya. Semua lelaki yang pernah ku temui pasti seperti itu. Entah Ayah atau Noah.

Tapi Noah menjelaskan semuanya,bahwa mereka hanya berteman. Dan perempuan itu memang menyukai Noah dari awal mereka kenal. Tapi Noah tidak bisa membalas perasaan Aliya sampai saat ini. Ia bilang,ia hanya ingin menghargai Aliya. Satu-satunya dengan cara menerima semua pemberian perempuan itu. Akupun sedikit lega mendengarnya dan tentunya segera memaafkan Noah.

Noah adalah cinta pertamaku, sekaligus patah hati pertamaku. Kotak itu diberikan mama waktu aku bilang padanya,aku ingin segera melupakan Noah. Yang ternyata tidak ada hasilnya. Aku tidak berhasil melupakannya.

Mama menyuruhku untuk mengumpulkan semua barang yang mengingatkan ku padanya. Dan tak lupa menyuruhku segera membuangnya,atau boleh juga membakarnya di taman belakang. Tapi tidak ku lakukan,aku malah memutuskan untuk menaruh kotak putih itu di lemari baju ku. Berharap mama tidak mengetahuinya.

Apa kalian masih mengingat cinta pertama kalian?sudikah kalian jika harus melupakannya?

Pagi ini aku memutuskan untuk tidak berkerja,mengambil cuti. Karena hujan di pagi ini sangat deras,seakan semesta tau salah satu penghuninya sedang bersedih. Dan juga karena mataku yang begitu sembab,efek menangis semalaman. Aku tidak ingin teman-temanku khawatir.

"Bi,mama dimana? Kok gak ada dikamarnya?"tanyaku yang masih memakai piyama semalam. Niatnya hendak menyuruh mama sarapan pagi ini.
"Tadi bibi anter ke ruang tengah enduk,mau liat hujan katanya..."ucap bi Nani yang sedang menyiapkan sarapan kami pagi ini.

Aku segera berjalan menuju ruang tengah,aku melihat mama sedang duduk di kursi roda sambil menatap ke jendela.

Mungkin saat ini mama sangat merindukan dunia luar. Berharap kedua kakinya dapat berjalan jalan kemanapun ia mau. Atau mungkin ia berharap,hujan pagi ini segera pergi sekaligus membawa pergi kesedihan putrinya.

"Ayo ma kita sarapan,liat hujan nya nanti lagi ya"aku mendorong kursi roda mama segera ke ruang makan.

Kami sarapan bertiga. Aku,mama,dan bi Nani. Tidak jarang bi Nani meminta izin kepadaku untuk sarapan di dapur. Tapi tidak ku izinkan,alasannya agar sarapan pagi kami tidak terlalu sepi. Karena mama lebih banyak diam ketika sarapan pagi bersamaku.

Mama sangat jauh berbeda,sekarang ia seperti kehilangan semangat hidupnya. Tidak seperti dulu,aku sangat merindukan mama yang dulu.

"Kok gak kerja enduk?"bi Nani bertanya ditengah-tengah sarapan kami yang canggung.

"Ambil cuti bi,aku capek banget" aku mencari alasan,karena gamungkin aku cerita ke bi Nani.

Apalagi ada mama disampingku. Sembari menyuapi mama yang sedang menatapku penuh arti. Seakan tau bahwa anaknya sedang dilanda masalah.

Sesudah sarapan,bi Nani pergi untuk membantu mama mandi. Aku yang belum siap menghadapi dinginnya air shower,segera menuju ruang tengah untuk sekedar membaca buku sambil berbaring.

Pagi yang sangat menenangkan. Ditemani derasnya air hujan. Dan sebuah buku favorite ku berjudul "Dark Memories" sebuah buku yang menceritakan kisah pilu seorang siswi yang di bully oleh teman-temannya. Karena siswi itu tidak memenuhi standar kecantikan yang ada di sekolah mereka. Di akhir cerita pun siswi itu membalas dendam. Dengan cara yang menurutku,bisa dibilang terlalu kejam. Tapi mungkin menurutnya itu wajar-wajar saja. Karena aku kan gak pernah ngerasain bagaimana rasanya di bully habis-habisan karena punya tampilan yang gak enak dipandang. Benar-benar gila,sungguh gak masuk akal.

Tak lama ada sebuah suara ketukan pintu. Pagi-pagi hujan begini siapa yang bertamu? Apa tidak ada waktu lain? Aku segera menutup buku ku dan membuka pintu. Pria itu? Pria yang kemarin mengantarku ke tempat kerja,mau apa dia pagi-pagi begini.

"Kamu? Ada apa ya pagi-pagi gini kerumah saya segala?"tanyaku terheran-heran, ada urusan apa ia kerumahku? Dan mengapa ia tahu alamat rumahku? Aneh sekali.

"Boleh masuk dulu gak sih, dingin nih"ucapnya sembari mengibaskan kemejanya yang separuh basah terkena air hujan.

Ia memarkir mobil putihnya tepat dihalaman rumahku. Dan aku sama sekali tidak melihat payung yang dibawanya. Tentunya ia harus rela separuh dari kemejanya basah tersiram air hujan. Rambut rapihnya juga kini lepek dan berantakan. Maha karya dari sebuah air hujan.

Tapi aku akui. Ia tetap tampan walau sudah basah kuyup seperti itu. Apa-apaan sih aku. Kok jadi ngelantur.

Aku mempersilahkan pria itu masuk,dan menunggu di ruang tengah. Sementara aku mengambilkan handuk baruku sekaligus membuatkan teh hangat untuknya. Selagi membuatkan teh hangat untuknya dan untukku. Aku masih memikirkan bagaimana bisa pria itu datang kerumahku,ada urusan apa ia sampai pagi-pagi hujan begini datang kerumahku.

"Nih diminum teh nya,ini juga ada handuk,masih baru kok dipake aja. Ngapain pagi-pagi gini kamu kesini? Terus juga tau darimana rumah saya? Perasaan seinget saya kita gak punya masalah yang harus di selesain kan ya?"aku mengeluarkan rentetan pertanyaan yang membuat ia menaruh kembali cangkir teh yang tadinya ingin ia cicipi.

"Gue minum dulu deh ya,baru gue jawab pertanyaan lo yang banyak itu" ucapnya yang segera mencicipi teh hangat buatanku.

"Gue cuman mau balikin ini. Jatoh di mobil gue kemaren. Punya lo kan?"ia mengeluarkan sebuah airpod berwarna putihku dari saku celananya. Kok bisa ya aku gak sadar kalo airpod ku jatuh di mobilnya? Pasti ia jatuh saat aku mengeluarkan handphone dari tas,untuk jaga-jaga jika ada kabar dari bi Nani.

"Iya itu punya saya,makasih udah balikin"ucapku yang segera mengambil airpod ku dari tangan kanan nya.

Setelah aku mengambil airpod ku yang hampir hilang. Untung saja pria itu baik berniat mengembalikan airpodku. Lalu kami berdua hanya diam sambil saling menatap. Aku benar-benar canggung dan gak tau harus ngapain. Sampai pria itu membuka percakapan. Memecahkan canggung diantara kami.

"Eh iya maaf ni,Sebelumnya kita belum kenalan kan ya?"Pria itu seperti membaca fikiranku sekarang.

Setelah pertemuan kami yang ke tiga kalinya,ia baru sadar kalau kami belum saling kenal? Bener-bener gak peka.

"Saya Mia"ucapku menyodorkan tangan,berniat untuk menjabat tangannya.

Thinking Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang