A&D (I)

881 23 5
                                    

1. Idola Telah Pergi

🍀🍀🍀

"Ronaldo hengkang dari Real Madrid!?"

Mulutku menganga lebar. Aku sungguh tak percaya dengan berita yang sekarang aku lihat di layar televisi.

Christiano Ronaldo, salah satu pemain favoritku di klub asal Spanyol tersebut. Salah satu alasanku semangat menonton bola selama ini juga karena dia.

Aku yakin betul bahwa ada alasan mengapa Ronaldo memilih keputusan tersebut.

Dengan keterkejutan yang masih tersisa, aku mengambil ponselku yang berada di atas meja.

Aku sengaja mau menghubungi Arman—sahabatku yang juga pecinta bola terutama CR7 dari Real Madrid.

"ARMAN!" Teriakku begitu panggilan ke Arman tersambung.

"Ya Allah Dita! Kaga usah teriak di telinga gue juga Dit," balas Arman terdengar kesal di seberang telepon.

"Maap bos. Eh Man, lo udah liat berita kaga?" tanyaku to the point. Aku tidak sabar mendengar reaksi Arman.

"Berita? Eh, maksud lo yang Ronaldo keluar dari Madrid!?" Kudengar Arman meninggikan volume suaranya. Reaksinya seperti yang kuharapkan. Aku tahu dia benar-benar suka pada pemain bernomor punggung tujuh tersebut.

"Iya Man! Lo udah liat kan? Ya Allah gue benar-benar kaget tau gak," balasku juga sama hebohnya dengan Arman.

"Apalagi gue Dit!"

"Lo tahu kenapa dia keluar?" Tanyaku lagi.

"Kalau gue baca-baca sih, klub kaya gak ngehargain dia gitu. Gue gak tahu juga pastinya," balas Arman.

"Hua bebebku! Sedih banget kalau gitu. Sekarang mau pindah ke Juventus dianya." Pasti dia akan mengataiku alay.

"Bebeb-bebeb, jijik!" Sudah kuduga Arman bakal mengejekku.

Aku memeletkan lidah sebagai balasanku kepadanya. Ya, meski tak bisa dia lihat.

"Dit," panggilnya setelah aku tak bersuara sejak perkataannya tadi.

"Apa?"

"Manggil doang gue." Wajahku datar setelah mendengar ucapannya.

"Pengin kena tampol nih orang." Arman tertawa mendengar ucapanku.

"Jadi gimana lo Man?"

"Apanya?"

"Tetap nge-stan Madrid atau pindah ke Juve?" Jelasku.

Kudengar dia berdeham di seberang sana. "Gimana ya Dit... tetap nge-stan gue kayanya."

"Madrid selalu di hati!" Tambah Arman lagi dengan menggebu.

"Alah, tetap di hati tai kucing! Rata-rata ya orang pada suka Ronaldonya. Gue yakin lo juga," balasku.

"GAK! GUE BAKAL STAN DUA POKOKNYA, MADRID SAMA RONALDO BIAR PUN DIA DI JUVE SEKARANG," tegasnya membuatku hanya bisa mengiakan.

"Hhh. Ya udahlah, gue tutup ye teleponnya?" Ucapku karena topik yang kami bicarakan sudah selesai.

"ASAP," jawabnya dan langsung saja kumatikan panggilan tersebut.

Dengan tangan masih memegang ponsel, aku berjalan menapaki keramik rumah berwarna putih yang terasa dingin. Hawanya seperti mau turun hujan.

Dengan langkah konstan aku berjalan menaiki tangga yang ada di ujung ruang tamu.

Setelah sampai di lantai dua, aku pun memasuki kamarku yang letaknya tak jauh dari tangga yang tadi kulewati.

Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, aku segera naik ke tempat tidur dan membaringkan tubuh.

Tak lama setelahnya, kantuk pun mulai menyerang dan kegelapan akhirnya membawaku ke alam mimpi.

🍀🍀🍀

Lembaran KisahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang