2. Kerja Kelompok
🍀🍀🍀
"Baiklah. Untuk tugas hari ini, Ibu ingin kalian membentuk kelompok yang masing-masing beranggotakan lima orang."
Aku menghela napas cukup panjang setelah mendengar ucapan Bu Kania—guru PPKn di kelasku tersebut.
Tak sedikit kudengar teman-teman bersorak senang entah karena apa, dan ada juga yang sama mengeluhnya denganku.
"Bu, kelompoknya pilih sendiri atau Ibu yang pilihin?" Kata Arnold dengan kencang. Dia merupakan ketua kelas kami.
Kulihat Bu Kania berpikir, tetapi tak lama.
"Bagusnya gimana?" Katanya bertanya balik.
"PILIH SENDIRI BU!" Suara tak asing tersebut terdengar dari bagian belakang kelas.
Ya, itu suara Arman Pramudya.
Sebenarnya aku dan Arman tidak duduk sebangku. Aku duduk bersama seorang anak perempuan bernama Widya, sedangkan Arman berada di ujung kanan belakang dengan Ipul.
Teman-teman lain pun ikut bersorak setuju dengan pendapat Arman. Aku hanya diam saja tak berniat ikut bersuara.
"Baik semuanya, harap tenang!" Kehebohan seisi kelas lantas mereda begitu mendengar ucapan Bu Kania. "Kalian semua bebas mengajak siapa pun di kelas ini!" Katanya final.
"OKE BU!!!" Sahut semuanya bersemangat, kecuali aku.
Semuanya pun mulai sibuk merekrut anggota kelompok mereka, sedangkan aku hanya memperhatikan jam di tangan yang menunjukkan pukul tiga lewat dua puluh menit. Itu artinya, sepuluh menit lagi jam pelajaran akan berakhir.
"Dit, gue sekelompok sama lo ya?" Ujar seseorang tiba-tiba.
Aku menoleh ke samping kiri untuk menatap Widya. "Hm... boleh aja."
"YES! MAKASIH DITA," balas Widya dengan ekspresi senang. Ya ampun, kalau boleh jujur aku yang sebenarnya senang, Wid! Aku ini tipe yang tak ingin sibuk mencari kelompok. Hobiku cuma duduk dan menunggu sampai orang lain datang menawariku.
"Sama-sama," balasku sekenanya.
"KADITA NARESWARI!"
Aku hampir saja terjungkal begitu namaku disebut tiba-tiba. Bukan hanya itu, pelakunya juga menepuk punggungku dan membuat jantungku hampir melompat dari tempatnya.
"ARMAN!!!" Teriakku seketika tak peduli kehadiran yang lain. Toh, mereka juga sama ributnya. Paling-paling suaraku ikut teredam dengan kehebohan mereka.
"Sakit Dit!" Ujar Arman seraya memegang lengannya yang baru kupukul kencang.
"Peduli saya?" Ucapku seraya menaikkan satu alis.
Arman membuang napasnya kasar. "Untung temen," katanya tampak menahan sabar.
"Lah, teman gue lo?"
Mampus lo Man!
"Duh, ada yang sakit tapi gak berdarah." Widya ikutan bersuara.
Aku hanya menyunggingkan senyum miring. Cowok di depanku tak membalas lagi dan hanya memasang ekspresi masamnya.
"Wid, gue sekelompok sama lo ya," ujar Arman beralih ke depan meja Widya. Aku tahu dia ingin main ngambekkan denganku.
"Eh, tapi Dita juga sekelompok sama gue Man," balas Widya dan mengalihkan pandangannya padaku. Mungkin dia bermaksud bertanya padaku untuk memasukkan Arman.
"Ya terus?" Kalau dinobatkan orang tersongong memang Armanlah juaranya.
"Niat gue memang mau dekat Dita."
🍀🍀🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
Lembaran Kisah
Teen FictionKumpulan cerita pendek romantis 🍂 (Target tamat tahun 2024) #1 >>> aboutlife [03-08-2020] #1 >>> short [13-06-2024] #1 >>> kutipan [20-06-2024] #1 >>> poem [05-07-2024] #2 >>> hahaha [24-06-2024] #2 >>> quotes [09-07-2024] #5 >>> normal [05-07-2024...