"Prolog"

119 12 2
                                    

Ku lalui jalan sepi yang mengarah pada gedung kosong itu, mataku terus mencari cari seseorang yang membuat darah ku mendidih.

Srekk

Aku mendengar suara gesekan dari balik tembok itu, perlahan aku berjalan mengendap endap ke sumber suara.

Saat mataku menangkap sosok orang yang memeluk erat lututnya dengan derai air mata disana, ada rasa puas yang menyeruak dari hati ku.

Senyum seringai ku terlihat, tak lupa pisau yang aku genggam seakan ikut tertawa puas melihat tikus yang sudah lemah di depan mata.

"hahaha dimana kau tikus kecil." aku tertawa penuh kemenangan.

Srettt srekkk

Sengaja aku buat suara suara brisik dari pisau yang aku gesek ke tembok itu.

Tak ingin mangsa ku terlepas kini aku langsung menggenggam tangan kirinya erat.

"argghhh, a-aku mo-mohon ma-maaf-kan a-ku hiks hiks." tikus kecil itu tak kuasa menahan tangis nya.

"hahahahaha maaf kau bilang, lucu sekali." aku semakin mengeraskan tawaku.

"mari kita bermain main sedikit kawan, hahahahaa." lanjut ku menyeringai.

Srettt syurrr

"arghhhhh a-ampun." kata tikus kecil itu menahan sakit dan takut.

Darah segar mengalir bebas dari tangan tikus kecil itu karena tergores pisau cantik kesayangan ku.

"upss, maaf membuatmu tergores." kataku tersenyum padanya.

"a-aku mo-mohon le-lepas-kan a-ku hiks hiks." tangis nya semakin menjadi.

Crassss

Ku potong bibir bawahnya, karena suara itu sangat mengganggu ku.

Darah segar mengalir deras dan menetes ke rumput di bawahnya.

"arghhh." pekik nya menahan perih.

"maaf lagi, ga sengaja haha." aku tersenyum puas melihat dia menderita.

Aku mendekat kan pisau kecil kesayangan ku di depan matanya dan ku jilat darah segar yang menodai pisau itu tanpa jijik.

Dia hanya bergidik ngeri melihat perbuatan ku, kini aku menarik tangan nya yang masih menetes kan darah.

Aku sesap darah nya seperti orang haus akan air minum.

"ahhhh manis." kataku menatap nya tajam.

"arghhh shhh." dia hanya menahan sakit tanpa bisa berkata karena bibir nya yang sudah aku potong.









_Bersambung_

SISI PSYCHOPATH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang