"Bagian 23"

21 7 0
                                    

"Ayahhh!!!"

"ibukkkhhh!!"

Aku semakin ingin meronta berlari ke arah mereka tapi lagi lagi kaki ku kelu dan hanya terpaku pada tempat dimana aku sedang berdiri.

Perlahan aku mulai merasa pandanganku menjadi gelap semua, tak ada cahaya se titik pun.

"Raa!"

Tiba tiba aku mendengar suara Nisa, spontan aku menoleh ke segala arah tapi tidak ada Nisa sama sekali.

"Raaaa!! Bangun bangke."

"ahh hah apa Nis." sontak aku duduk dan langsung mengerjapkan pandangan ku.

"apa Nis apa Nis pala lo ah, makanya kalo mau molor itu baca doa dulu, ganggu orang tidur ada si ah." sungut Nisa lagi.

Aku hanya mencoba mengingat ingat apa yang baru saja terjadi, kemudian aku memegang pipi ku tepat nya di bawah kelopak mata ku, benar saja masih ada bekas air berati aku mimpi tapi aku meneteskan air mata dengan nyata.

Ceklekk

"heh lo mimpi apa sampe nangis gitu coba." tanya Nisa setelah menyalakan lampu kamar.

"hehe gapapa kok Nis." kata ku mencoba berbohong.

"gapapa tapi mewek gitu, lo ga mau cerita ke gue?!" ucap Nisa lagi dengan nada yang di judes in.

"besok aja Nis ah, gue masih ngantuk juga. Liat itu masih jam 2 ayok tidur lagi." kataku berusaha mengalihkan fokus Nisa.

Dengan sangat malas akhirnya Nisa mengikuti arahan ku dan mulai membaringkan tubuhnya lagi di samping ku.

"Nis kira kira apa yang bakal lo lakuin kalo misal lo menghadapi dua pilihan. Pertama ada pilihan untuk berbuat salah tapi demi menunjukkan kebenaran, dan yang Kedua, lo ada pilihan buat menenggelamkan kejahatan atau lenih tepatnya lo berhenti nyari tau tentang kejahatan itu demi nurutin permintaan orang yang lo sayang, mana yang bakal lo pilih Nis?" tanya ku pada Nisa spontan.

"Nis, gue bingung harus gimana dan harus ngomong ke siapa lagi kalo bukan sama lo Nis." lanjut ku lagi.

Tidak ada jawaban sama sekali dari Nisa, mungkin dia sedang berfikir. Kemudian aku tolehkan pandangan ku ke arah Nisa.

"Bangsat emang lo nis_-" umpat ku kesal.

Bagaimana aku tidak kesal, bahkan dongkol dari tadi aku berusaha ngungkapin kegundahan aku mati matian tapi orang yang di ajak ngobrol malah molor.

Bughh

"aww apaan si Ra ah." marah Nisa karena tubuhnya aku hantam dengan guling.

"bodo nis bodo, lo emang bangsat." umpat ku lagi.

Kemudian aku menghadapkan tubuh ku membelakangi Nisa, sangking kesal nya aku sama Nisa tadi aku sempet  gampar Nisa pake guling cukup keras.

Tak mau ber lama lama dalam ke kesalan akhirnya aku berusaha memejamkan mata ku lagi.

.

.

.

.

"Raaa bangun woyy bangun!!" teriak Nisa tepat di telinga ku.

"apaan si Nis brisik gue masih ngantuk." kesal ku.

"Ra lo harus liat, di kamar mandi tengah ada alat alat tajam." kata Nisa dengan ekspresi ketakutan.

Degg

"sial ngapain si Nisa pake ke kamar mandi itu segala." rutukku di dalam hati.

"itu punya gue bego." kataku dengan nada yang aku buat santai.

"hahh lo? Gila aja lo buat apaan Ra." kaget Nisa.

"bener bener ini anak, pengen gue mutilasi. Pagi bolong gini udah bikin telinga sakit aja." geram hati ku.

"gapapa Nisa, orang gitu doang kok." kata ku santai.

"gitu doang gitu doang pala lo, orang serem mana bau nya anyir." sungut Nisa lagi.

"bacot si Nis masih pagi juga udah bikin darah tinggi, lo mau gue cincang!" kata ku geram.

Aku melihat ke arah Nisa dengan tatapan heran.

"kenapa ini anak jadi ketakutan." gumam ku.

"lo kenapa si Nis ah, kok aneh."

"ya lo itu mukanya serem kaya beneran psycho tau ngga."

"ye maap, udah Nis sana mandi ah buru nanti gantian kan kita mau berangkat sekolah bego!"

Kemudian Nisa menuruti perkataan ku dan mulai masuk ke kamar mandi.

Sambil menunggu Nisa kelar mandi aku pun beranjak dari tempat tidur untuk pergi ke dapur, setidaknya bikin roti selai atau apa lah yang penting bisa buat sarapan.

Setelah menemukan roti tawar akhirnya aku mengambil selai Nanas dan mengoleskan di roti itu, tak lupa aku membuat segelas susu cokelat hangat untuk Nisa juga kopi untuk ku.

"Minum dan juga di makan Nis, gue mau mandi." kataku setelah meletakkan sarapan di meja kamar Nisa.

"iya, tumben lo baik."

Aku memilih tetap berjalan tanpa merespon Nisa, kalo aku respon alhasil nanti mandinya bisa nunggu perdebatan selesai dulu.

=====================================

Sesampai nya di sekolahan aku dan Nisa langsung memarkirkan mobil yang kita kendarai di parkiran biasanya.

"eh kata lo mau kasih novi pelajaran kan Ra, kapan gue ikut ya." kata Nisa saat melihat di parkiran sudah ada geng Novi juga Riska di sana.

"nanti liat aja lah Nis, dan ga usah ikut gue bisa sendiri." kataku kemudian melangkah mendahului Nisa.

"yahh gue ikut ah, kita kasih pelajaran bareng"

"ngga usah Nis, gue bisa sendiri nanti yang ada lo malah ngeriwehin gue doang." jawab ku santai.

"wah wahh, sekarang jadi Duo ya karena temen nya ilang satu." kata Novi saat aku dan Nisa sudah di dekat mereka.

Aku memilih tetap berjalan dan menarik tangan Nisa, bukan karena tidak berani tapi aku cukup males debat di pagi pagi se perti ini.

"wah udah ga ada mulut ini dua dua nya, bisu kali ya." kata Fina lagi.

Aku tidak bisa menghentikan Nisa lagi karena tangan ku di hempas kan begitu kasar.

Plakkk

Tepat seperti yang aku duga, Nisa menpar Fina cukup keras. Aku hanya diam di tempat ku.

"bangsat ga usah banyak omong!" umpat Nisa.

"yah tapi bener kan, lo berdua itu ga bisa apa apa tanpa gue." kata Riska tapi wajah nya tetap menatap ke bawah.

Aku hanya tersenyum miris mendengar ucapan orang yang sudah aku anggap teman, ternyata bisa se menyakitkan ini.

"jangan kebanyakan drama Ris kalo lo ga pandai ber akting." kata ku santai kemudian aku menepuk bahu Riska.

"iya, inget Ris semua yang palsu itu  ngga bakal bertahan lama." timpal Nisa.

Kemudian aku dan Nisa meninggal kan tempat ini dengan rasa kesal juga kecewa yang bercampur aduk.

Sekali aku menolehkan pandangan ku ke belakang, geng Novi terlihat sangat puas mendengar perdebatan aku juga kedua sahabat ku.

"Nis kita harus sabar, Novi emang mau mecah belah kita, jadi yaudah ikuti aja permainan dia. Buat seolah olah kita benci sama Riska." kata ku pada Nisa.

Nisa hanya mengangguk sebagai persetujuan atas ide yang baru saja aku usul kan.

"tunggu permainan gue Nov." batin iblis ku kembali muncul.














_Bersambung_

SISI PSYCHOPATH KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang