◎eight

1.1K 173 26
                                    

Felix menatap heran pada temannya yang bernama Hyunjin itu. Pasalnya anak itu seharian ini hanya diam. Ia tak menyahuti orang-orang yang berbicara padanya.

Hari ini lebih parah dari kemarin. Kemarin, anak itu masih menyahuti, walau irit-irit bicara. Tapi hari ini, benar-benar diam. Parah lagi, mata Hyunjin menjadi seperti mata panda. Tumben sekali, Hyunjin cuek dengan penampilannya. Biasanya, Hyunjin akan mencari cara menutupi mata panda itu.

Bukan hanya Felix, Seungmin dan yang lainnya juga merasa aneh pada teman mereka itu. Tapi, Hyunjin tak membicarakan apapun.

"Jin, kamu kenapa sih? Yakin nih gak mau cerita?" Hyunjin menggeleng tanpa menoleh pada Felix.

"Fel,"

Hm?

"Latihan dance gak hari ini?" Felix menaikkan sebelah alisnya. Tumben Hyunjin tanya.

"Iya. Kenapa?" Hyunjin terdiam sejenak.

"Ikut ke ruang dance, boleh?" Felix jadi tambah bingung.

"Dalam rangka apa nih?" tanyanya.

"Ck. Yaudah, kalau gak boleh juga gak apa,"

Lah, malah marah nih anak, batin Felix.

Keadaan pun kembali hening. Omong-omong mereka ada di perpustakaan. Hanya Felix dan Hyunjin. Teman-teman mereka yang lain sudah pastilah ada di kantin.

Hyunjin sedang tidak mood ke kantin, jadi ia menarik paksa Felix untuk menemaninya di perpustakaan.

"Fel," Felix kembali menoleh pada temannya. "Kamu percaya gak, kalau rasa suka, sayang, cinta, atau apa lah itu, bisa datang tiba-tiba?"

Fix. Hyunjin mendadak aneh.

"Listen to me. Cinta itu tidak datang tiba-tiba. Kadang, cinta datang lebih awal, tapi kau sendiri saja yang terlalu egois untuk mengakuinya. Dan seiring waktu, cinta itu bisa berubah. Entah semakin kuat, atau semakin lemah," terangnya.

Hyunjin kembali diam sejenak. Ia lalu menoleh pada Felix.

"Kalau aku bilang, aku suka sama Minho hyung gimana?"

• • •

"Yang lain mana?"

"Tadi pada bilang, banyak yang ambil kelas siang. Jadi datang telat nanti. Dan- ada juga yang izin karena mereka ambil kelas sore,"

Minho mengangguk paham. Ia lalu menyuruh anak-anak dance yang sudah hadir untuk pemanasan terlebih dahulu.

Ceklek

Pintu ruang dance terbuka. Menampilkan sosok namja tupai bernama Jisung. Ia terlihat terengah-engah. Bisa ditebak, dia baru saja berlari tadi.

"Jiaung-ah, terlambat?," ujar Minho menghampiri Jisung yang baru saja menaruh tasnya.

"Ah- Mianhae, hyung," ujarnya tidak enak. "Tadi harus balikin modul dulu ke perpustakaan,"

"Iya iya, santai saja. Istirahat dulu gih. Habis lari kan? Kk," sahut Minho sembari mengusak rambut Jisung.

Jisung gak tau kenapa, tapi tiap kali Minho ngusak rambutnya, rasanya nyaman. Boleh bilang kalau Jisung suka Minho gak?

Sudah senja. Akhirnya kelas dance berakhir. Tinggal menunggu hari esok untuk lanjut latihan. Anak-anak baru mulai nyaman dengan kelas dance. Asyik juga walau baru sehari latihan dan tidak full team. Bayangkan saja, kalau ramai pasti lebih asyik. Mereka menunggu hari itu.

"Minho hyung!"

Hm?

"Tadi- sepertinya Hyunjin mencarimu,"

"Ha? Cari aku?"

Felix menggaruk tengkuknya yang tidak gatal itu. Ia juga bingung sebenarnya. Tadi saat ia dan Hyunjin tiba di ruang dance, ia melihat Minho dan Jisung yang sedang mengobrol.

Setelahnya, Hyunjin mendadak pergi tanpa mengatakan apapun.

"Eum- maybe," ujar Felix ragu.

"Ah- nanti akan ku tanyakan. Thanks ya, Lix," ujar Minho tersenyum hangat. Lalu beranjak pergi lebih dulu.

Saat Felix hendak pergi juga, ia melihat Jisung dan langsung menghampirinya.

"Jisung-ah!"

"Oh- Felix. Ada apa?"

"Itu- boleh tanya sesuatu?"

• • •

Minho akhirnya pulang awal ke apartemen. Ya- begitu lah. Dua hari ini ia pulang larut malam dan pergi sebelum fajar. Ia merasa tidak enak sebenarnya telah berkata kasar pada Hyunjin beberapa waktu lalu.

Sunyi menyambutnya ketika ia masuk ke apartemen. Ia tak melihat Hyunjin sama sekali. Namun gemericik dari kamar mandi memberitau Minho jika kekasihnya itu mungkin saja sedang mandi.

Jadilah ia pergi ke kamar. Sekedar menaruh barangnya dan melepas kemeja yang mulai kusut itu.

Ting

Sebuah pesan masuk pada ponsel Minho, membuat dirinya memilih duduk di pinggir ranjang dan membaca pesan masuk.

"Kau pulang,"

Sebuah suara menginstrupsi Minho. Dilihatnya sosok Hyunjin yang berdiri di ambang pintu dengan kaos putih polos dan celana hitam selutut yang membalut tubuhnya. Oh- jangan lupakan rambut setengah basahnya.

Minho mengangguk sembari berdehem menyahuti perkataan Hyunjin. Ia lalu kembali sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa menjauh?" tanya Hyunjin sambil berjalan mendekat.

Sebenarnya Minho sedikit terganggu mendengar suara Hyunjin yang lemah. Ia lalu mendongak. Wajah Hyunjin yang terlihat lelah dan lesu itu terlihat jelas di bawah lampu kamar mereka.

"Kau sehat? Berapa lama kau berendam di kamar mandi?"

Hyunjin menggeleng tak tau. "Mungkin- sejak empat jam yang lalu,"

Minho terkejut. Ia lalu menaruh ponselnya. Berdiri dan segera mendekati Hyunjin. Menaruh punggung tangannya ke dahi Hyunjin.

"Kau demam," ujar Minho panik. "Kenapa fisik mu jadi lemah begini?"

Dengan segera Minho menuntun Hyunjin untuk duduk di kasur. Niatnya ingin mengeringkan rambut Hyunjin dulu baru menyuruhnya tiduran.

"Tunggu sebentar. Aku akan ambil alat kompres dan membuatkanmu sesuatu yang hangat,"

Grep

Minho menoleh ketika tangannya justru ditahan Hyunjin.

"Kau belum menjawab pertanyaan ku," Minho menatap tanya pada Hyunjin.

"Kenapa menjauh?"














t b c

t b c

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
•The Miracle• [𝑙.𝑚ℎ//ℎ.ℎ𝑗] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang