"Ayo- akhiri saja-"
Minho tidak terkejut. Ia sudah tau apa yang akan Hyunjin katakan. Ia hanya berusaha bersikap biasa saja. Karena jujur, Minho tak ingin mendengar kata-kata itu.
"Mengakhiri apa?"
Pertanyaan Minho membuat Hyunjin mendongak. Menatap Minho dengan penuh tanya.
"Kita tak memulai apapun. Lalu apa yang harus kita akhiri?"
Skakmat.
Hyunjin tidak tau harus berkata apa lagi. Minho tidak salah. Perkataan nya benar.
"Aku. Aku yang memulai sesuatu. Jadi- aku ingin mengakhirinya,"
"Kalau begitu, akhiri saja. Tidak perlu mengatakannya padaku," ujar Minho yang kemudian berbalik dan hendak pergi. Yah sebelum Hyunjin berteriak.
"TUNGGU!"
Minho, termasuk teman-teman Hyunjin terkejut kala teriakan pemuda Hwang itu menggema di bawah langit sore.
"Aku lelah dengan semua ini! Aku juga tau kau lebih lelah! Tapi tolong dengarkan aku! Kali ini saja!" seru Hyunjin yang membuat Minho menghela napasnya dan berbalik. Kembali menghadap pada Hyunjin yang tengah tertunduk menahan tangisnya.
Sayangnya, meski Minho ingin, ia tak bisa menarik pemuda itu ke pelukannya. Tidak lagi.
"Kenapa- kenapa kau bertingkah seolah kau tak peduli lagi dengan ku? Apa kau lelah- berjuang sendirian setahun ini untuk hal yang tak jelas? Katakan- apa aku sudah tidak lagi di hatimu? Apa Jisung sudah menggantikanku di sana? Huh?"
Kedua tangan Minho mengepal di sisi tubuhnya. Masih menatap Hyunjin yang melontarkan kalimat-kalimat tanya padanya. Suaranya begitu parau. Mungkin dia sudah menangis.
.
.
."Tidak semudah itu menggantikan mu, Jin,"
Hyunjin mendongak. Menatap Minho yang sedang tersenyum padanya.
"Maaf, jika sikapku selama ini begitu menyebalkan. Jujur, mencoba mengerti sikapmu membuat ku terkadang lelah. Aku- hanya merasa, mungkin aku perlu menyalurkan rasa sayangku dengan cara lain yang membuat mu lebih nyaman. Tapi, ku rasa itu tidak berhasil ya,"
Air mata Hyunjin jatuh begitu saja. Ia tak tau harus merespon bagaimana. Minho lalu menghela napasnya.
"Tapi, kurasa memang bagus berhenti di sini. Maaf, ya. Oh- dan tolong, jaga apartemen kita. Suatu hari aku akan kembali. Kuharap kau tidak menjualnya. Kkk,"
Hyunjin tersentak dengan perkataan Minho. Semua kalimat yang ia ingin ungkapkan pada Minho sirna begitu saja. Tergantikan oleh ribuan pertanyaan yang langsung mengisi kepalanya. Namun, hanya satu yang bisa ia keluar kan.
"Kau- kau akan pergi ke mana?"
Senyum Minho meluntur. Ia menggigit bibir bawahnya. Meyakinkan pada diri sendiri bahwa ia bisa mengatakan ini. Ayolah, berhari-hari Minho mengumpulkan nyalinya.
"Aku- harus pergi ke Canada. Melanjutkan sekaligus menamatkan pendidikan di sana,"
Semua orang, bukan hanya Hyunjin, terkejut mendengar penuturan Minho.
"W-wae.." air mata Hyunjin kembali jatuh. Pandangannya memburam karena air matanya.
"Ak-"
"Kalau kau akan pergi, kenapa kau tak mengakhiri semua ini lebih dulu? Kenapa kau harus membuat ku berharap pada mu akhir-akhir ini ? Kenapa di saat kau akan pergi, hati ini baru jatuh pada mu? Kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
•The Miracle• [𝑙.𝑚ℎ//ℎ.ℎ𝑗] ✔
Fanfiction"Jangan terlalu berharap dan percaya keajaiban. Atau kau- akan kecewa nantinya," •°•° ➷ dom! minho that's hyunknow man