I Can

204 14 0
                                    

Hari-hari terus kujalani. Masih saja tanpa Louis. Hingga sekarang, Aku sama sekali tak mendapat kabar apapun tentangnya. Ini sudah hampir 2 bulan lebih, bagaimana bisa dia meninggalkanku selama ini dengan tenang tanpa memberi kabar? Apa dia sama sekali tak mencintaiku? Atau dia sudah melupakanku? Dia sudah menemukan penggantiku?

Aahhh aku benci berpikiran seperti ini.

Seandainya saja Louis tidak menggantungkanku seperti ini, aku pastinya sudah memantapkan perasaanku terhadap Zayn bahwa aku harus belajar mencintainya.

Tapi, sudahlah. Aku sudah memantapkan hatiku untuk berusaha melupakan Louis. Dan, perasaanku terhadap Zayn? Bisa dibilang kami sudah amat dekat, dan aku selalu merasa senang dan nyaman bersamanya. Bisa kusimpulkan, bahwa aku sudah mulai menyukainya.

Aku tak perduli, jika nanti orang akan tau tentang pertunangan kami dan mengecapku sebagai playgirl karena bertunangan dengan Zayn ketika Louis tak ada. Lagipula, salah Louis sendiri menggantungkanku seperti ini.

"Lita,kita makan siang yuk?"

"Hmm?"

"Makan siang di rumah makan padang."

Haaahh rumah makan padang, Zayn kembali mengingatkanku pada Louis. Dia amat suka makan di rumah makan padang.

"No."

"Kenapa Lit?"

"Kau sedang sakit, begini saja, kau tunggu sebentar, biar aku yang belikan."

Ya, Zayn sedang terkena tyfus.

"Gamau ah."

"Zayyn??"

"Haha baiklah, tapi kau harus menyuapiku."

"Haah baiklah, permintaan orang yang sedang sakit. Yasudah, kau jangan bergerak kemanapun, tunggu disini."

"Ok."

Akupun bergegas membelikan nasi bungkus untukku dan Zayn.

Aku kembali ke rumah sakit-ruangan Zayn setelah membeli nasi bungkus, tapi .. Dimana zayn? Kenapa di sini tak ada orang?

"Zaaayynnn? Zaayyynn? Where are u?"

Tak ada sahutan, aku panik. Tiba-tiba ...

"Yup? I am here Lita."

"Zaaaayynn?" ucapku sambil berlari menuju pelukan Zayn.

"Lohhh , kenapa nangis Lit?"

"Kau membuatku khawatir Zayn. Darimana saja?"

"Haha, aku hanya dari toilet. Haha, yaudah yuk makan."

Zayn dan aku duduk di soffa. Aku menyuapi Zayn.

"Hmm kok ga pedes si?"

"Aduhh Zayn, orang tyfus gaboleh makan yang pedes2 makanya tuh makanan dari rumah sakit ga ada yang pedes2."

"Ohhh.. Kamu gamakan?"

"Gimana mau makan,kan aku lagi nyuapin kamu."

"Oh iya,hmmm setelah nasiku habis gantian aku yang menyuapimu,gimana?"

"Gamau aah!"

"Plissssss."

"Huuufftt baiklah." jawabku sambil memasang wajah terpaksa,haha.

Setlah Zayn selesai makan,kini giliran ia menyuapiku. Selesai makan akupun bermain UNO bersama Zayn. Kami tertawa gembira,dan kami juga sempat mengambil selfie sebelum akhirnya kami berdua tertidur.

Zayn tertidur di ranjang pasien sedangkan aku tertidur di kursi penjenguk yang berada tepat disamping ranjang Zayn. Kami berdua tertidur sambil berpegangan tangan.

=====

Aku bertemu dengan Ify. Sepupu Louis.

Ify tampak menghindar. Syukur aku langsung menahannya.

"Mau kemana kau? Kenapa menghindar?"

"Lepaskan! Aku buru-buru!"

"Tak akan. Beritahuku, dimana Louis sekarang?"

"Gatau!"

"Ohh gatau." jawabku sambil mempererat genggamanku.

"Aww sakit! Lepasin gak!"

"Gaak! Lu kasih tau gue dulu dimana Louis!"

"Gatau!"

"Bullshit , masa sama sepupu sendiri gatau!"

"Oke oke. Gua kasih tau."

"Yaudah cepetan!"

"Louis ... U.. Udah..."

"Udah apa??!"

"Ga ada!"

"Whaaat? R u sure?"

"Yup."

"Haaa? Kenapa ga ada satupun yng ngasi tau guee?!"

"Emangnya Lu siapa?"

Apaaaa? Louis?

Mengapa ini terjadi?

Kenapa bisa?

Apa semua nya berakhir begini saja?

My BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang