00. Prolog

1.2K 89 15
                                    

Sudah dua hari ia menyekap seorang gadis berusia 16 tahun di dalam gudang rumahnya. Tanpa makanan dan hanya dua gelas air putih yang ia berikan setiap hari.

Kini, ia duduk di sofa kesayangannya setelah memberikan segelas air putih pada sanderanya.

Senyum tanda kepuasan terukir setelah menyaksikan betapa riuhnya kediaman Halilintar saat adik bungsu mereka menghilang. Jempolnya terus mengusap layar ponselnya, membaca hasil keributan yang telah ia buat.

"Ini balasan atas kepergian ayahku, Halilintar~" gumamnya.

Tidak ada barang bukti yang ia tinggalkan di kediaman Halilintar, tempat ia menculik adik bungsu mereka. Sangat rapi dan bersih. Polisi pun kewalahan dengan kasus ini.

Tiba-tiba ponsel miliknya mati. Salahkan dirinya yang selalu lupa men-charging hingga ponselnya mati daya. Layar yang menghitam, menampakkan pantulan wajahnya. Manik abu-abu itu terus menatap layar ponselnya seperti teringat akan suatu hal.

Yah, tatapan kosong dan hampa, sedikit ditutupi oleh surai hitam. Respon pertama kali yang ia dapatkan saat bertemu dengan adik bungsu Halilintar. Ia teringat dengan gadis itu.

"Anak itu... Belum makan, kan?" tanyanya entah pada siapa. Dilihatnya jam dinding yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Ck, aku tahu perbuatanku jahat, tapi aku masih manusiawi,"

Setelah itu, ia pergi ke gudang. Dari balik kaca pintu, ia melihat gadis itu duduk dengan kepala tertunduk. Lemah, begitulah kondisi gadis itu.

Perlahan ia membuka pintu gudang, membuat suara decitan engsel pintu terdengar. Namun, gadis itu sama sekali tidak merespon.

"Hey? Apa kau sudah mati?"

Serius, itu pertanyaan yang kejam dan bodoh. Dalam hati ia meruntuki lisannya yang bertindak sebelum berpikir.

Surai hitam dengan sedikit surai putih milik gadis itu tampak bergoyang seperti mengisyaratkan kata 'tidak'. Napas lega berhembus dari mulutnya.

Ia pun mendekati gadis itu. Diraihnya pipi sandera agar mata mereka bertemu.

"Aku akan memberimu makan, tapi kau tidak boleh kabur. Jika kau melakukannya..."

Ditekannya pipi gadis itu dengan kuat.

"Kau akan aku habisi," sambungnya dengan nada datar. Gadis itu sedikit mengangguk. Lalu, bibirnya mulai mengulas senyuman.

DEG!

Ia melepaskan tangannya dari pipi gadis itu setelah melihat senyuman tipis sanderanya. Tentu saja itu bukanlah yang seharusnya terjadi pada seorang sandera, kan?

"Thornie gak akan kabur kok, Kak," ucapnya dengan riang. Senyum tipisnya mulai berubah menampakkan senyuman lebar dengan deretan gigi putih yang tampak rapi.

Tatapan bingung sang penculik masih terlihat dihadapan Thornie. Senyum lebarnya kini berganti dengan senyum tipis. Digenggamnya tangan sang penculik, lalu kembali tersenyum semringah.

"Nama kakak siapa? Namaku Thornie Nature!" serunya riang.

Penculik itu membalas genggaman Thornie dengan kuat, hingga gadis itu meringis kesakitan.

"Jangan sok baik denganku!" sarkasnya sambil menarik Thornie untuk berdiri dengan paksa. Tubuhnya yang lemah sedikit goyang dengan perlakuan sang penculik padanya.

Sang penculik terus menariknya dengan kasar, hingga ia harus sedikit berlari untuk menyamai langkahnya. Kepalanya sakit karena langsung berdiri, hingga berlari seperti ini tanpa perintah dari otaknya terlebih dahulu.

Perlahan penglihatannya mulai memburam, serta tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan.

Disaat ia sedang lunglai, penculik itu menahan bahunya. "Ck, jangan pingsan dulu!" dengan kesadaran yang tersisa, Thornie mengangguk.

Namun, rasa sakit pada kepala Thornie tak dapat ditahan lagi. Penglihatan buram digantikan dengan gelap, diikuti dengan tubuhnya yang mulai jatuh.

***

Halo halo halo?

Apa kabar para readers semua? :D

Maap kan Author Chalsun yang jarang update di FF sebelah :v

Mager lanjutin tapi pengen buat FF baru :v //tendang Chalsun

Jadi......................

Tunggu selanjutnya yaaaaa awokwokwowkowok

LIVE  or  EVIL (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang