Chapter 2: Naruto, Bukan, Naruko

1.8K 152 13
                                    

Chapter 2

Naruto. Bukan, Naruko!

Tiga hari telah berlalu sejak tinggalnya Naruko di apartemen Naruto. Naruto merasa senang karena ia tidak lagi kesepian saat berada di apartemennya. Setiap hari apartemen Naruto selalu ramai dihiasi ocehan-ocehan Naruko yang kadang menurut Naruto tidak jelas. Tak jarang mereka juga sering berdebat mengenai hal yang sebenarnya tidak penting dan tidak layak jadi perdebatan. Seperti ramen rasa apa yang paling enak? Berapa ukuran dada Nenek Tsunade? Atau kenapa jumlah perempuan di Konoha itu sedikit hingga banyak Jounin yang jomblo? Perdebatan-perdebatan seperti itu bisa berlangsung dengan sengit, berjam-jam, dan bahkan bisa berlangsung beberapa sesi. Tapi secara tidak sadar justru itulah yang membuat Naruto merasa nyaman atas kehadiran Naruko di apartemennya. Naruto merasa punya teman yang bisa mengimbangi sikapnya yang cenderung banyak bicara dan tak mau diam. Jika selama ini banyak orang bilang Naruto hiperaktif, maka bisa dikatakan tingkat kehiperaktifan Naruko berada setingkat di atas Naruto. Ah, mungkin karena dia perempuan.

Tapi disisi lain, bukan berarti kehadiran Naruko sepenuhnya menyenangkan bagi Naruto. Ada banyak hal menyebalkan yang terjadi karena membiarkan seorang perempuan tinggal di apartemennya. Ini nampaknya terjadi karena Naruto masih belum terbiasa dengan kehadiran Naruko. Itu wajar saja, sudah lebih dari 10 tahun Naruto tinggal sendiri di apartemen butut warisan Hokage Ketiga ini. Dan kehadiran orang baru disana menjadi hal yang benar-benar tidak biasa bagi Naruto.

Naruto memegang pelipisnya yang memerah, seperti terkena benda tumpul. Kenapa memerah?

Inilah contoh kejadian yang menyebalkan bagi Naruto. Kejadiannya berawal ketika pagi itu ia akan mandi dan ia tidak sadar kalau sudah ada sosok lain di kamar mandinya, Naruko. Tanpa baju, tanpa handuk, tanpa sehelai benangpun. Hanya aliran-aliran bening air yang mengaliri tubuh putih mulusnya.

Gadis telanjang dihiasi bulir-bulir air di lekuk tubuhnya yang sempurna. Laki-laki mana yang tidak terpaku melihat pemandangan seperti itu?

Dan Naruto termasuk remaja laki-laki yang normal karena sekarang ia sudah bengong melihat pemandangan di hadapannya, matanya membulat, air liur mulai menetes dari bibirnya. Sebenarnya Naruto sadar kalau dia yang 'menciptakan' fisik Naruko hingga sedemikian sempurna. Hanya saja kalau diberi pemandangan seperti ini Naruto juga nampaknya harus mati-matian menahan agar darah tidak keluar dari hidungnya.

Naruko langsung kaget begitu pintu kamar mandi terbuka. "A-apa yang sedang k-kau lihat?" tanya Naruko dengan terbata saat menyadari Naruto menatap tubuhnya tanpa berkedip.

Naruto langsung tersentak dan mengusap air liurnya dengan punggung tangan. Ia terlihat berpikir keras mencari alasan yang masuk akal. "Ah, aku-"

"Keluar! Dasar mesum!" potong Naruko sambil menutupi dadanya, serta berbalik memunggungi Naruto.

"Hei, kau yang salah!" bela Naruto. "Siapa suruh tidak mengunci pintu!"

Naruko sudah mulai kesal, diraihnya botol sabun di dekatnya dan ...

"Jangan sembarangan menyalahka-"

Bletak!

Botol sabun cair melayang mengenai pelipis Naruto dengan telak, sukses menghentikan pembelaan Naruto. Naruko membanting pintu kamar mandi dan menguncinya kali ini, tidak mempedulikan Naruto yang mengaduh kesakitan serta memaki-maki dirinya di depan kamar mandi.

Itulah kejadian yang membuat pelipis Naruto memerah. Kini Naruto duduk di ruang tengah dan mengusap-ngusap pelipisnya menahan rasa sakit yang belum juga hilang. Sesekali ia mengerutu sendiri, menyumpahi Naruko yang bersikap seenaknya. Sudah jelas Naruko yang salah karena tidak mengunci pintu kenapa malah dia yang dimarahi?

Kehidupan Baru Naruto[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang