Chapter 6Rival

976 77 5
                                    

Chapter 6

Rival

'Orang yang sesungguhnya tidak bersama mereka'.

Fukusaku melihat kertas yang merupakan arti dari kode yang diberikan Jiraiya. Ia berusaha mengingat-ingat pertarungannya dengan Pain. Tapi kalimat itu tidak memberinya petunjuk apa-apa. "Aku tidak mengerti. Dengan petunjuk sekecil ini, semuanya masih belum jelas," ujarnya.

Shikamaru agak kecewa dengan jawaban kodok yang merupakan guru Jiraiya itu. Padahal kode sudah bisa dipecahkan tapi tetap saja belum memberikan mereka petunjuk yang lebih jelas. "Apa ada hal lain yang kau pikirkan?" tanya Shikamaru.

Fukusaku menggeleng. "Aku sudah bilang semua yang kutahu. Pain adalah seseorang yang akan kembali hidup berapa kali pun kau membunuhnya."

Semua orang di ruangan itu terdiam mendengar penjelasan Fukusaku. Mereka tak bisa membayangkan seberapa kuat Pain. Akan sangat sulit untuk mengalahkan Pain jika ternyata benar ia akan hidup lagi setelah dibunuh. Pantas saja Jiraiya yang begitu kuat bisa kalah.

"Ini memang baru spekulasiku. Tapi ada baiknya kita tidak menghadapi musuh sekuat dia sebelum kita membongkar misteri ini," lanjut Fukusaku.

"Bagaimana dengan bagian lain? Otopsi dan interogasi?" tanya Kakashi.

"Kelihatannya kedua divisi itu masih butuh waktu," jawab Sakura.

"Berapa lama?" tanya Naruto.

"Entahlah."

Naruto mengepalkan kedua tangannya. "Apa maksudnya itu? Ini bukan waktunya untuk santai-santai," protes Naruto dengan nada yang keras.

Naruko mengigit bibir bawahnya. Ia mengerti perasaan Naruto. Bocah itu pasti kecewa karena kode yang berhasil mereka pecahkan sama sekali tidak membantu dalam memecahkan misteri kekuatan Pain. Divisi lain pun ternyata belum ada perkembangan.

"Sel dan jaringan dari tubuh yang dibawa Tuan Jiraiya harus diteliti, tentu saja itu akan memakan waktu!" balas Sakura dengan nada bicara yang tak kalah keras.

"Itu akan memakan waktu paling cepat seminggu," tambah Tsunade.

"Selama itu?" tanya Naruto sambil menunduk. Ia berusaha menyembunyikan rasa kesalnya.

Tapi rasa kesalnya itu tidak luput dari penglihatan seorang Uzumaki Naruko. Gadis itu bisa merasakan kekesalan dalam ucapan Naruto. Naruto memang tipe orang kurang bisa menahan emosinya, makanya ia ingin selalu dekat dengan Naruto agar bisa menenangkannya. Sekarang pun sebenarnya ia ingin menenangkan Naruto, hanya saja jaraknya dengan Naruto agak jauh. Naruto berada di dekat meja Hokage, sedangkan Naruko berada di belakang, dekat pintu. Naruko tak bisa menjangkau tangan Naruto dan menenangkannya, seperti yang sering ia lakukan. Sempat terpikir olehnya untuk melangkah maju dan menggenggam tangan Naruto atau bahkan memeluknya jika perlu. Tapi rasanya itu terlalu memalukan.

"Apa yang akan kau lakukan Hokage-sama?" tanya Shikamaru.

"Shizune sudah bergabung bersama tim otopsi, kurasa itu akan mempercepat pekerjaan. Sementara itu kurasa kita hanya bisa menunggu," jawab Tsunade. Ia merasa tak ada hal lain yang bisa dilakukan kali ini.

Naruto sudah tak mampu lagi menahan kekesalannya, ia berbalik dan bermaksud meninggalkan ruangan. "Aku akan menyuruh mereka untuk mempercepat pekerjaannya," ujar Naruto, masih dengan nada kekesalan dalam perkataannya.

"Naruto, aku tidak akan memaafkanmu jika kau mengganggu pekerjaan Kak Shizune!" cegah Sakura.

"Aku akan membalas dendam kematian petapa genit. Tidak ada waktu untuk bersantai di sini," balas Naruto dingin. Naruko mulai khawatir dengan keadaan Naruto ini. Ditahannya jaket Naruto saat ia bermaksud untuk meninggalkan ruangan. Tapi itu sama sekali tak memelankan langkah Naruto. Seperti yang Naruto bilang tadi, ia tak ingin bersantai di sini tanpa melakukan apapun.

Kehidupan Baru Naruto[Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang