Jung woo dengan langkah ragu memunculkan dirinya dari tempat persembunyiannya. Wajahnya tertunduk, sebenarnya dia sudah ketakutan sejak tadi, semenjak Taeyong datang.
"Jelaskan!" Bentak Mark.
"Maaf" suara Jung woo masih bergetar dengan posisi wajah masih tertunduk.
"Aku tadi hanya memberi saran , tapi si Jung ini menganggapnya serius" kini Jaehyun yang tertunduk.
"Aku hanya bercanda, sungguh! Aku tidak tahu jika si Jung ini benar benar akan melakukannya"
"Jelaskan dengan benar Jung Woo, kami tidak paham maksudmu" akhirnya Taeil bersuara. Jung Woo menatap ragu sekilas pada manik Jaehyun seolah meminta persetujuan. Jaehyun yang di tatap hanya memalingkan memutar bola matanya.
"Biar si Jung ini saja yang menjelaskan!" Jung woo rasanya mulai menyesal sudah ikut campur dengan urusan teman sekamarnya ini.
"Aku tidak sengaja" kini Jaehyun mulai bersuara mengajukan pembelaan.
"Aku tidak tahu jika serbuk itu adalah obat perangsang" lanjutnya yang sontak membuat wajah Taeyong menatapnya tajam.
"Apa? Kau isi apa wine ini?" Taeyong mulai kehilangan kontrol, jika tidak ada Taeil di sampingnya mungkin Jaehyun sekali lagi sudah mendapatkan pukulan darinya.
"Aku kira itu gula" papar Jaehyun tanpa dosa.
"Shit! Berengsek kau Jung!" Sekali lagi tanpa ragu Taeyong menghantam wajah Jaehyun. Kali ini tidak ada perlawanan dari Jaehyun. Sepertinya dia benar benar merasa bersalah meskipun pada kenyataanya itu memang rencananya -bukan sebuah ketidak sengajaan. Jaehyun hanya mencoba mengelak sekarang. Tidak mungkin dia terus terang untuk mengatakan kebenarannya bukan? Bisa hancur hidupnya.
"Di mana Doyoung sekarang?" Kini Taeyong mulai panik mengingat mungkin efek obat itu sedang bereaksi dan akan membuat Doyoung tersiksa. Taeyong bangkit dan menyusuri sudut ruangan. Hingga dia berakhir menemukan Doyoung di kamar Yuta.
"Kim!" Pekiknya ketika mendapati Doyoung sudah dalam keadaan tertidur lemas dengan kondisi penuh keringat.
Taeyong menghampiri Doyoung, menatap tubuh tak berdaya itu yang terlihat seperti tersiksa. Tanpa ragu dengan susah payah Taeyong membuat tubuh Doyoung terbangun dan membuatnya berdir hingga berusaha memopohnya dengan susah payah.
"Hey, biarkan dia di sini dulu" Yuta baru saja tiba dengan segelas air di tangannya.
"Tidak, aku harus membawanya pulang" Taeyong dengan mati matian mencoba membawa tubuh Doyoung untuk keluar dari kamar Yuta.
"Lee Taeyong, kau tidak akan sanggup membawanya dalam kondisi seperti ini" Yuta menyimpan gelas ditangannya pada meja.
"Tidak jika kau membantuku"
Rupanya sikap kukuh Taeyong membuat Yuta mau tidak mau harus membantu Taeyong membawa Doyoung kembali ke lantai 10. Sedikit sulit memang dengan keadaan Doyoung yang masih setengah sadar. Tapi untung saja posisi lift tidak jauh dari tempat asrama mereka sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk membawa Doyoung sampai kembali ke kamarnya.
"Terima kasih, Yuta!" Taeyong dan Yuta membaringkan Doyoung diatas ranjangnya. Setelahnya Yuta langsung meninggalkan keduanya. Taeyong menatap Doyoung dengan tatapan cemas. Tubuhnya benar benar penuh dengan keringat. Taeyong memperhatikan gerak gerik tangan Doyoung yang mulai melepas satu persatu kancing bajunya.
"Panas" racaunya lagi dalam keadaan setengah sadar. Taeyong yang melihat hal itu merasa bingung tidak tahu harus bertindak seperti apa.
"Tunggu sebentar Kim!" Taeyong berusaha mencari remote AC di kamar Doyoung, seingat dia Doyoung baru saja memasang AC di kamarnya. Taeyong mencari hingga sudut lemari, tapi remote itu entah Doyoung simpan di mana.
"Jae.." racau Doyoung yang membuat atensi Taeyong teralihkan. Taeyong tersentak kaget ketika mendapati Doyoung sudah menggeliat diatas ranjang tanpa sehelai benangpun. Taeyong masih mematung menatap sosok di hadapannya, detak jantungnya berdegup sangat kencang sekarang. Entah kenapa rasanya kamar Doyoung terasa begitu pengap dan dirinya merasa ikut kepanasan.
Taeyong menggelengkan kepalanya cepat, menepuk nepuk kedua pipinya pelan mencoba menyadarkan dirinya "Sadar Lee Taeyong!"
Taeyong langsung menghampiri Doyoung dan menutup tubuh polos itu dengan selimut. Doyoung yang merasa masih kepanasan melempar jauh selimut yang menutupi tubuhnya."Astaga Kim! Kau jangan membuatku tersiksa!" Taeyong kembali bersikeras menutupi tubuh Doyoung dengan selimut. Tapi Doyoung tetap saja berontak hingga kini posisi Taeyong sudah ada diatas tubuh Doyoung dan mengungkung tubuh polos itu dengan selimut di tangannya. Taeyong bernafas lega ketika berhasil mengunci pergerakan Doyoung. Entah kenapa tiba tiba saja Doyoung terlelap. Taeyong yang melihat deru nafas teratur Doyoung mulai menatap intens bibir Doyoung yang sebelumnya meracau menyebutkan nama si Jung berengsek itu. Ditatapnya lekat wajah terlelap itu.
"Aku tidak akan membiarkan kau menyebut namanya lagi" Taeyong tiba tiba saja mengunci bibir manis dihadapannya itu dengan kecupan. Awalnya hanya ciuman biasa, namun Doyoung yang merasakan adanya sentuhan hangat pada bibirnya membuat tubuhnya kembali terangsang hingga Doyoung kini membuka mulutnya dan ciuman itu berlanjut menjadi tautan penuh nafsu. Taeyong yang awalnya menahan diri kini hanya bisa membalas ciuman itu dan menuntunnya semakin memperdalam ciumannya. Selimut yang menjadi perantara diantara keduanya kini sudah terlempar jauh. Entah setan apa yang merasuki Taeyong hingga Taeyong mulai melepas seluruh pakaiannya dan kembali mengungkung tubuh polos di hadapannya lalu dengan cepat menautkan bibirnya hingga keduanya terbuai memenuhi hasrat masing masing. Ah, apakah Taeyong harus berterima kasih kepada si Jung berengsek itu setelah ini?
🎃
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
About Last Night ✔
Fanfiction[Completed] "Sial!" "Jung Jaehyun!" "Berengsek!" semua terjadi karena malam itu. [jaedo] 30. Mai 2020